Bagian 1.1

174 4 0
                                    

Jika ini adalah dunia doraemon, aku akan menggunakan alat pemundur waktu. Dan perandaian itu akan sangat menyenangkan kalau benar benar terjadi. Karena pagi yang sangat teramat menyebalkan ini harus aku lalui dengan berlari di tengah gerimis. Sayangnya aku lupa membawa payung kecilku, dan jarak parkiran mobil dengan gedung kampusku cukup memakan waktu.

Setelah menempuh perjalanan menyebalkan, akhirnya aku bisa mengehela nafas lega. Beberapa temanku juga mengalami hal yang sama. Aku melihat ke sekeliling. Berharap salah satu orang menyadari kehadiranku.

Tak jauh dari tempatku berdiri, ada Lauda yang berjalan mendekatiku. Penampilannya jauh lebih buruk. Beberapa bagian bajunya basah. Aku bersyukur setidaknya nasibku masih lebih baik.

"Anne. Oh God! Hujan tadi membuatku harus mengalami hari terburuk sepanjang minggu ini" keluhnya .

Aku terkekeh mendengarnya. "Apa yang terjadi dengan bajumu? Bolehkah aku tertawa?"

Lauda memberengut kesal "tertawalah sesukamu Anne. Phine tadi menumpang di payungku. Dan kau pasti tau apa yang terjadi, saat satu payung untuk dua orang dewasa"

Tawaku sudah tidak bisa di tahan lagi. Phine adalah pacar Lauda untuk beberapa bulan ini. Laki laki itu adalah orang ter-perfeksionis yang aku kenal. Jadi aku bisa tahu kalau Phine mungkin saja mengambil sebagian besar ruang payung yang Lauda dan dia pakai. Dan laki laki itu tidak akan mengalah untuk pacarnya.

"Kau begitu beruntung. Hujan di kampus tadi begitu deras. Mungkin kau sedang asyik berpacaran dengan earphone dan lagu maroon 5-mu itu"

"Betul sekali. Aku begitu menikmati jalan dengan playlist lagu mereka. Dan menyesap susu yang aku bawa dari rumah tadi"

Dan kemudian kami tertawa bersama. Lauda adalah teman dekatku sedari SMA. Dia sudah hapal dengan tabiatku. Mungkin lain kali aku bisa membuatkannya piala penghargaan.

Diantara jutaan orang di kampus ini, hanya Lauda yang selalu ada. Mungkin juga aku harus bersedih. Karena orang itu harus terpisah jarak denganku beberapa waktu lagi. Apalagi mengingat aku yang selalu bergantung padanya mungkin akan merasa sedikit kesulitan. 

Aku adalah mahasiswa akhir di salah satu universitas terbaik di negri ini. Sedang bersusah payah mengumpulkan energi untuk menyusun skripsi. Dan ini kesempatan yang aku tunggu tunggu.

Hari ini aku akan melakukan bimbingan dengan Bu Annis, selaku dosen pembimbingku. Dia adalah dosen ter-baik menurut mahasiswa sini. Dan semoga saja dia baik kepadaku juga. Aku harap begitu.

Meskipun aku dan Lauda masuk pada tahun yang sama tapi dia masih berada di semester lima karena keterlambatannya mengejar mata kuliah. Gadis itu terkadang masih sibuk dengan urusan bisnis papanya. Bisnis kain batik mereka sedang melambung. Terkadang aku iri dengannya karena sudah bisa mandiri.

"Aku mendengar kalau kau sedang menyusun skripsi"

Aku tersenyum tipis, "iya"  tidak enak membahas persoalan ini saat Lauda masih berjuang mengejar ketertinggalannya.

"Aku ikut senang"

Aku menoleh kearah Lauda sebentar. Senyumnya tulus "terimakasih. Suatu saat nanti kau akan ikut merasakan seperti ini"

"Aku aminkan ucapanmu"

Kami berpisah di persimpangan. Aku menuju ruangan Bu Annis dan Lauda menuju ke kelasnya. Aku menatap punggung Lauda sebentar. Dia tampak sedikit murung akhir akhir ini. Mungkin aku bisa bertanya nanti sore.

Pintu kayu di depanku membuatku sadar. Perjalananku masih panjang untuk menuju kata wisuda. Mencari pekerjaan lalu membina rumah tangga yang bahagia bersama pasanganku kelak.

Kopi SusuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang