3 - Impas

1.4K 316 111
                                    

Voment sangat di harapkan, dan hargailah para penulis 💛

●●●
.
.
.


Sebenarnya, Dyandra adalah gadis pemaaf. Andai saja saat itu si pelaku menunjukan itikat baiknya dan bertanggung jawab atas kesalahan yang telah orang itu perbuat, atau setidaknya menunjukan rasa bersalahnya, Dyandra pasti tidak akan memperpanjang rasa dendamnya.

Tapi apa? Si om-om itu malah melengos begitu saja saat di tarik oleh pengasuhnya? Atau siapapun itu, yang jelas Dyandra juga membencinya.

Menurut Dyandra, hal yang paling menyakitkan di dunia ketika barang yang amat sangat berharga buat kita tengah di rusak oleh orang lain, beda cerita jika yang merusak diri sendiri, mungkin kita masih bisa berpikir untuk lebih hati-hati lagi kedepannya. Tapi kalau sama orang lain yang bahkan tidak kita kenal? Rasanya sudah seperti dihukum karena bukan kesahalan kita. This is true!

Dyandra yakin, seluruh pecinta kpop akan setuju dengan pendapat Dyandra. Karena Dyandra juga tahu, banyak di luar sana yang pengen punya album-album para idol Korea, namun ada yang tidak mampu membeli, jadi bisa membayangkan bukan? Betapa amat sangat berharganya 'anak-anak' Dyandra itu?

Tidak terasa langkah kaki Dyandra sudah dekat dengan ruangan dosen, sebelum masuk ke ruangan dosen, Dyandra sengaja menghubungi pak Bambang terlebih dahulu, memastikan jika dosen yang ingin ia ajak konsultasi perihal skripsinya bisa untuk di temui,

"Selamat siang pak. Bambang. Saya Dyandra dari kelas bisnis ingin konsultasi bimbingan dengan bapak"

"Oh ya, tunggu 15 menit lagi. Saya masih ada kelas"

"Baik pak terimakasih"

Dyandra memilih berjalan mengambil tempat duduk di depan ruangan dosen.  Ruangan dosen fakultas bisnis memang dekat dengan ruangan ruang Rektor. Dan di depan ruangan Rektor terdapat parkir mobil pribadi hanya untuk Rektor dan tamu penting saja. Namun langkah kaki Dyandra terhenti saat mendapati lelaki yang membuat kedua bola matanya hampir copot dari tempatnya,

"Hay girl... masih ingat saya?"

Mau tidak mau Dyandra berhenti dari langkahnya dan meladeni sosok lelaki yang keluar dari dalam mobil yang kini tengah berdiri menjulang tinggi di hadapannya. Bagimana Dyandra bisa lupa? Dyandra bahkan sengaja menyimpan ingatan di memori kebenciannya.

"Maaf ya, teruntuk siapapun bapak! Saya bukan mahasiswi bodoh dan juga polos. Tentu saja saya tidak mungkin lupa dan akan selalu ingat dengan donsen mesum dan kurang ajar seperti anda. Thanks!" Tolak Dyandra mentah-mentah,

Dyandra merasa cukup yakin dengan status lelaki yang ada di depannya, yakni seorang dosen mata keranjang, yang suka sekali memanfaatkan keadaan apa lagi jika bertemu dengan mahasiswi, bisa di lihat dengan ucapannya yang terdengar menggoda.

Jika bukan dosen mata keranjang lalu apa?
Melihat penampilannya yang kuno, pakaiannya yang resmi, terlebih usianya. Tidak mungkin kan lelaki matang masih menempuh S1 di kampus ini? Dyandra bisa menafsir jika usianya menginjak kepala tiga.
Dyandra melangkah ke samping ingin melanjutkan langlahnya,

"Tunggu-tunggu" langlah Dyandra kembali terhenti, "saya mau minta maaf perihal kejadian tempo h-..."

"Oh! Jadi udah sadar?" Wajah Dyandra mendongak menatap tajam ke arah lelaki yang tingginya jauh berbeda dengannya, "bagus! Tapi sayangnya permintaan maaf dari bapak sudah expired"

Lelaki itu terkekeh mendengar ucapan Dyandra yang sepertinya benar-benar marah besar karena ada masa kedaluarsanya, "hanya karena foto yang ukurannya bahkan tidak lebih besar dari telapak tangan saya, kamu marah sama saya?"

Symbiosis Mutualism - END ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang