"APAAAA?!!"
Seketika aku menutup kedua telingaku seraya menyingkir, bagaimana tidak? Dia, Kakak keduaku yang biadab baru saja berteriak sekeras toa masjid tepat menusuk gendang telingaku. Biadab memang, tidak ada akhlak! Laknat! Astaga, aku pun begitu. Aula singgasana sampai terasa bergetar karena teriakannya.
"Kakak, kenapa pita suaramu tak putus berteriak sekeras itu?"tanyaku heran.
Seketika itu dia melotot ke arahku, sekilas terlihat bola matanya yang hampir keluar menggelinding dari tempatnya. Itu membuatku hampir menyemburkan tawa.
"Kamu mau kakakmu yang tertampan ini menderita?!"
Mendengar itu aku mencibir, tampan dari mananya, muka semenyebalkan itu dibilang tampan. Huh, seleranya rendah.
"Kamu sungguh-sungguh ingin kembali? Bukankah kamu baru saja selesai bermeditasi?"
Akhirnya! Ayahandaku berbicara setelah sejak tadi berdiam diri. Aku mengangguk semangat. Memang benar, pemilik tubuh ini baru saja selesai bermeditasi selama ratusan tahun dan akan kembali ke negerinya. Selama ratusan tahun itu, negeri disana di urus oleh kepala pelayan, hebat bukan.
"En. Yah setidaknya aku sudah makan banyak, Ayahanda,"jawabku tanpa ragu yang langsung mendapat tatapan sinis dari kakak pertama, tentu saja, kubalas dengan sedikit juluran dengan bola mata menatap ke atas.
"Kakak harus kembali kesini ya? Aku pasti merindukan kakak, atau jika boleh aku akan berkunjung ke kastilmu,"
Aku menoleh ke arah adik laki-lakiku yang duduk di pembatas jalan atas, wajahnya sangat tampan dan menggemaskan meskipun baru kecil, apalagi jika sudah dewasa!
"Tentu saja,"
Ayahanda menghela napas pelan,"baiklah jika itu mau mu. Ayahanda tidak akan memaksa, pergilah dan jaga baik-baik dirimu,"pesannya padaku.
Aku yang hendak melompat ke arah jendela mengangguk ke arah ayahanda,"aku akan kembali kapan-kapan, sampai jumpa!!"
"Kamu tidak sopan sekali melompat dari jendela kastil!! Setidaknya lakukanlah secara baik lewat gerbang!! Heii!! Kamu tuli!!"teriak kakak keduaku setelah beberapa meter aku melompati pepohonan.
Aku tak mengindahkannya, hanya tetap fokus melesat di antara pepohonan. Bisa saja aku berteleport atau menggunakan portal, tetapi aku ingin lebih mengetahui tentang dunia ini, ya dunia novel fantasy.
/-/
"Sudahlah, Ernest. Dia gadis anti-aturan, susah membenahi jati dirinya,"ujar laki-laki bersurai hitam pada adiknya. Ia membenarkan letak kacamatanya dengan satu jari telunjuk.
"Hahh, gadis itu. Senang sekali membuat semua orang khawatir!"
"Kakak itu hebat, jangan meragukannya, Ernest!"
Laki-laki bersurai putih dengan nama Ernest itu berbalik dengan penuh emosi menunjuk adiknya yang bertengger manis di atas,"dan kamu! Kamu menyebutnya kakak! Sedangkan aku, yang jelas-jelas lebih tua darinya! Hanya kamu sebut namaku!? Tidak sopan, tahu!!"
Senyum miring itu khas seperti iblis terukir pada bibir adiknya tadi,"hehh, baru sadar jika kamu tua?"
Ernest dengan segera melesat untuk menghajar bocah itu, dan terjadilah aksi kejar-kejaran sampai keluar aula singgasana.
"Kamu bisa saja mengawasi dia kan, Edgar?"
Edgar, ia menoleh pada ayahandanya,"itu merepotkan ayahanda,"
Laki-laki itu tak acuh keluar aula singgasana meninggalkan ayahandanya sendiri menuju perpustakaan, kediamannya yang tenang. Edgar mengusap bola kristal di atas bantal merah, menampilkan sesosok gadis yang melintasi pepohonan.
Laki-laki yang di sebut sebagai ayahanda tersenyum. Mungkin usianya sudah sekian ratus tahun, tetapi, bahkan ketampanannya pun tak memudar dikala rasa sakit dihatinya terasa menggerogoti mengingat sosok wanita yang ia cintai sudah pergi.
Ia tahu, anak tertuanya itu diam-diam selalu mengawasi satu-satunya adik perempuan di keturunan mereka.
Vloexe Seirevyakava Aixdeghair
Gadis mungil yang memimpin di wilayah selatan. Walaupun beredar rumor tentang kekuasaannya yang di sebut Ratu Jahat, tetapi ia akan memastikannya sekali lagi.
Gadis dengan seribu luka digantikan dengan gadis seribu jaman dimasa depan.
...
535 kata.
Kamis, 26 Nov 2020.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Heir to The Crown{End}
FantasíaAku bereinkarnasi ke dalam gadis penguasa Calvara. Aku bersikeras mempertahankan tahta dan menghalau tombak kematian dari rakyatnya. Meski begitu, gadis ini hanya tokoh sampingan sebagai karakter yang muncul sesaat lalu mati dalam novel. Aku tidak i...