Gadis berpenampilan sederhana, kini tengah menyiapkan makanan di meja makan setelah ia memasaknya. Bangun pagi sudah menjadi hal biasa baginya, usai bersiap diri ia membantu pekerjaan rumah sebelum berangkat ke sekolah.
"Adek, semuanya ayo! Makanan sudah siap." Panggilnya dengan nyaring.
"Selamat pagi kak." Semua anak mengucapkan dengan serempak.
"Pagi adek kakak, sekarang kalian sarapan ya nanti kalau sudah langsung berangkat sekolah."
Semuanya mengangguk dan mulai sarapan termasuk dirinya juga.
Maira Tsamara Khairunnisa gadis berusia 17 tahun itu tinggal di Panti Asuhan Asih sejak bayi. Ia dibesarkan dan dirawat oleh Ibunya dan sahabat Ibunya.
Umi Ida namanya, ia adalah seorang yang merawat Mara semenjak Ibunya meninggal dunia saat ia berusia 7 tahun. Umi Ida sosok pengganti Ibu yang baik dan lembut, tentu ada ruang tersendiri di hati Mara untuknya. Semakin Mara bertumbuh besar semakin rentan pula usianya. Tapi ia masih terlihat masih muda dan sangat cantik.
Awalnya di rumah ini hanya Mara dan Umi Ida yang menempati. Suaminya telah meninggal dunia setahun sebelum Ibu Mara meninggal juga. Ia tidak dikarunia seorang anak maka dari itu Mara sudah dianggapnya sebagai anak kandungnya sendiri.
Saat itu Umi Ida menemukan seorang balita di trotoar dekat rumahnya. Karena merasa kasihan ia membawanya pulang, hingga ia beberapa kali menemukan anak dibawah umur tanpa orang tua dibawalah ke rumahnya. Dan ya sekarang ini sudah menjadi Panti Asuhan tempat Mara tinggal sekarang.
Tempat ini sederhana tapi cukup untuk tinggal bersama mereka. Sayangnya tanah ini bukan milik Umi Ida, setiap 3 bulan sekali ia akan membayar uang sewa tanah yang cukup besar.
Setelah Mara selesai makan ia membeli bubur yang kebetulan lewat untuk diberikan pada Umi yang saat ini sedang sakit.
"Assalamualaikum Umi, sarapan dulu ya."
"Wa'alaikum salam, iya."
Mara membantu Umi bersandar pada kepala ranjang dengan bantal.
"Umi sarapan ya aku suapin."
"Tidak usah Mara, kamu sekolah saja nanti terlambat lho. Ini sudah siang."
"Ngga kok Umi ini masih bisa kok."
"Gapapa, adek adek mu sudah berangkat semua?"
"Beneran? Iya sudah baru aja pergi."
"Beneran, ini juga udah mendingan kok."
Mara sebenarnya tak tega tapi waktu sudah mepet jadinya ia langsung pamit dan bergegas berangkat sekolah naik angkutan umum.
-•-•-•-•-•-
Bel istirahat sudah berbunyi seluruh murid kelas sudah bubar sendiri."Mai, mau kantin ga?"
"Ga lah males gue."
"Ya udah gue juga disini aja, males juga."
Gracia Eliana, sahabat sekaligus teman sebangku Mara. Gadis dengan rambut panjang nya itu adalah sahabat dan teman satu satunya yang Mara punya disini. Entah apa yang membuat El mau berteman dengan Mara. Jika ditanya oleh Mara maka jawabnya selalu 'Cuma lo yang tulus Mai, dan lagi mungkin ini takdir untuk kita bisa kaya gini lagian kita satu frekuensi.' yah mau bagaimana lagi Mara yang merasa seperti remahan rengginang berteman dengan seorang yang cantik tapi tomboy sama seperti dirinya.
Hari ini adalah hari pertama masuk sekolah setelah libur semester. Maira sekarang kelas XI pertengahan. Mengambil jurusan IPS dan bertempat di kelas XI IPS 2.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Husband : Devian
Teen Fiction[FOLLOW DULU SUPAYA LEGOWO!] ~Married Iife Mari kita mulai semuanya. Devian Addison dan Trinitarios tidak dapat dipisahkan. Kemanapun Devian pergi, ia senantiasa membawa gelar 'Ketua Trinitarios'. Devian tak segan-segan untuk menghabisi seseorang ya...