Dompet yang Jatuh

468 67 3
                                    

.
.
.
.
-----[Batas Awal]-----
.
.
.
.

Drrrtt...

Drrrtt..

Handphone milik Jisung bergetar diatas nakasnya. Alarmnya berbunyi, merupakan pertanda bagi Jisung untuk segera bangun.

Dengan keadaan yang belum sepenuhnya sadar, Jisung mulai menggapai-gapai sesuatu disana. Mencari dimana letak Handphone nya berada saat ini.

"Eungh~jam berapa ini?"

Rasa kantuk yang masih menggelayuti, Jisung berusaha untuk mengumpulkan seluruh nyawanya menyadarkan dirinya. Di lihatnya jam di layar handphonenya yang sudah menunjukan pukul setengah 8 pagi.

Dan saat itu juga, mata Jisung langsung membola sempurna.

"Oh shit! Mampus gue bentar lagi telat!"

Jisung segera bangkit dari kasurnya. Pinggangnya terasa sedikit sakit akibat kegiatan yang semalaman ia lakukan bersama dengan pelanggannya.

Pemuda tupai itu meruntuk dalam hati, sungguh om-om yang menikmati tubuhnya semalam benar-benar cukup kasar. Untung saja om-om itu tampan dan kaya, jadi Jisung hanya bisa mencoba menikmati permainannya walaupun kelewat kasar.

"Gila, om Siwon kalo main kasar banget. Kalo sampe lubang gue lecet, awas aja nanti gue mintain biaya kompensasi tambahan. Sialan." Gerutunya terus hingga akhirnya ia berjalan sedikit tertatih menuju kamar mandi.

Ia harus cepat siap-siap untuk berangkat kuliah nanti.

Beruntung di kamar bar ini sudah di sediakan perlengkapan khusus untuk Jisung, siapa lagi yang menyiapkan semua itu jika bukan Changbin.

Changbin selalu mengutamakan Jisung dari pada jalang-jalang pekerja yang lainnya. Selain karna Jisung adalah sahabatnya sendiri, ia juga kan sudah menganggap Jisung seperti adiknya. Jadi sebisa mungkin Changbin memperlakukan Jisung dengan baik supaya lelaki tupai itu nyaman ketika bekerja bersamanya.

Meskipun itu sedikit menimbulkan konflik antara Jisung dengan pekerja Changbin lainnya.

Tak butuh waktu lama, hanya 15 menit Jisung habiskan untuk mandi. Kini ia sudah rapih dengan balutan switer baby blue serta celana jeansnya. Menata sedikit rambutnya agar terlihat rapi.

Dirasa sudah siap, Jisung mengambil amplop tebal yang terletak diatas meja. Jisung tebak, pasti kali ini nominalnya akan lebih besar melihat setebal apa amplop itu. Oh, dan jangan lupakan di samping amplop itu terdapat sekotak hadiah.

Dengan senyuman lebar, Jisung segera memasukkan kedua benda itu kedalam tasnya, lalu beranjak keluar dari dalam kamar.

"Eh? Jisung? Lo mau langsung pergi?" Sapa Changbin yang baru saja merapikan meja bartender.

"Yoi kak! Mau langsung berangkat kuliah sih, udah telat nih."

"Kalo ada kuliah pagi, harusnya lo gak usah Dateng tadi malem."

Jisung menyengir kearah Changbin sambil berujar "Sayang kak, pelanggan gue ngantri."

"Dasar—eh! ini gue ada bingkisan buat lo." Lelaki berwajah sangar itu kemudian memberikan sebuah paper bag berisikan kue dan camilan lain untuk Jisung. "Nanti lo makan ya sampe kampus, lo gak sarapan kan sekarang, gue takut lo sakit."

"Iya kak! Makasih loh! Perhatian banget dah sama gue."

Changbin sedikit mendengus geli. "Soalnya Lo orang yang penting buat gue, Sung."

"Penting karna gue ngahasilin banyak Cuan ya?"

"Ck—perusak suasana lo. Sana pergi!"

Jisung tertawa sekilas, lalu bersiap akan pergi dari sana. "Kalo gitu gue berangkat dulu ya? Thanks kak!"

Mr. Workaholic || MinsungTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang