Kehidupan Pahit

591 80 3
                                    

.
.
.
.
-----[Batas Awal]-----
.
.
.
.

Jisung berjalan santai menuju lokernya hanya untuk sekedar menaruh beberapa barang miliknya.

Dibukanya loker tersebut dengan santai, namun—lagi-lagi—sampah plastik dan kertas yang penuh dengan coretan hina dan juga cemoohan menumpuk di dalam lokernya.

Pemuda tupai itu hanya mempu menghela nafas saja. Toh, dia sudah terbiasa dengan hal ini.

Jisung itu memang sering terkena pembullyan di kampusnya. Namun bukan pembullyan secara fisik kok, hanya berupa hinaan serta cercaan sinis yang mengatakan kalau dirinya itu adalah manusia yang kotor dan penuh dengan dosa.

Membaca itu, Jisung hanya tersenyum sinis saja. Manusia kotor dan penuh dosa katanya? Lalu bagaimana dengan mereka juga yang kadang melakukan hal lebih buruk darinya? Membunuh? Mengambil hak dan harta orang lain? Apa kah itu bukan manusia kotor? Bahkan itu sangat menjijikan.

Jisung benar-benar tak habis pikir dengan semua itu.

"Ck—kurang kerjaan banget itu lonte-lonte segala ngotorin loker gue. Gue kasih kerjaan buat ngepel satu gedung fakultas mampus dah tuh mereka." Misuh Jisung sambil terus membersihkan lokernya yang kotor.

"JISUNG!"

"Eh copot!—Ya ampun Lix! Sorry sorry gak sengaja kelempar!"

Jisung berseru panik ketika dirinya tak sengaja melempar sampah-sampah itu hingga mengenai wajah Felix secara spontan.

Wajar saja Jisung begitu, toh dia kaget dan refleks melakukan hal itu. Salahkan Felix yang mengejutkannya.

"Anjing banget lo ngelemparin gue sampah! Dipikir gue tempat sampah?!"

"Ya elo nya ngagetin gue! Lagian gue gak sengaja kan."

"Ah bacot, bacot! Kesel gue sama lo! Baju gue bau sampah!"

"Semprot pake parfum kan bisa, Lix. Lebay amat ni jamet!"

"Dih anjing, ngaca lo setan! Lo juga jamet!"

"Jamet high Class gue mah. Hehehe."

Felix hanya memandang kesal kearah Jisung. Sungguh mood paginya rusak begitu saja oleh lelaki tupai itu. Padahal kalau di pikir lagi sebenarnya Felix yang memulai.

"Loker lo kotor lagi?" Tanya Felix yang mana Langsung mendapat anggukan dari sahabatnya. "Kenapa gak laporin ke pak Kyungsoo aja?"

"Percuma Lix, gue lapor malah yang ada mereka tambah parah ngelakuin ini ke gue."

"Lawan lah anjir! Elo kan laki bro! Masa lawan lonte aja gak bisa."

"Lix, lo kalo ngomong enak banget kayak gak ada beban dosa. Lo pikir gampang ngelawan anak lonte Hedon itu? Gue lawan fisik, dia lawan pake kuasa orang tuanya lah! Tabiat orang kaya gak ada akhlaq mah gue tau! Lagian juga, gue belom siap di DO ya dari sini."

Benar juga apa yang diucapkan Jisung tadi. Mereka yang tak ada takutnya menindas orang lain, hanyalah mereka yang berasal dari golongan atas.

Hanya karna memiliki kedua orang tua yang memiliki kuasa lebih, mereka jadi seenaknya berlaku begini. Dasar, mereka tidak tau dirinya?

Sejujurnya Felix jengah juga dengan apa yang dialami oleh Jisung-sahabatnya dari jaman embrio ini.

Ia tau, perjalanan hidup Jisung itu tak mudah. Lelaki manis itu banyak sekali mendapat cobaan sulit, yang bahkan belum tentu orang lain bisa menanggungnya.

Tapi dia—Han Jisung.

Lelaki manis yang menurut Felix adalah sosok kuat namun rapuh di waktu yang bersamaan.

Mr. Workaholic || MinsungTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang