🕊22🕊❤

15.2K 1.2K 495
                                    

Chenle meremat kaus Jisung di bagian dada karena tubuhnya mulai kehilangan keseimbangan.

Jisung terus memagut nya tanpa memberi Chenle kesempatan bernafas.

Tapi ia menyukainya. Apalagi saat tangan itu menahan pinggulnya lembut namun sesekali diikuti rematan halus.

"A-ahh"

Jisung menyatukan kedua dagu nya dengan milik Chenle, tanpa bisa Chenle tahan lelaki itu malah memiringkan kepalanya ke arah lain dan kembali memagut nya.

Saliva yang entah milik siapa mulai turun membasahi dagu. Lidah Jisung bekerja dua kali dari biasa nya.

Dan itu membuat tubuh Chenle bereaksi lebih tanpa bisa ia tahan.

Jisung menyandarkan tubuh nya pada meja rias sementara tangan nya menarik Chenle agar bersandar pada tubuh bagian depan nya.

"E-enh!"

Tapi Chenle berusaha untuk tidak semakin bersandar karena dirinya terlalu takut. Takut jika Jisung tidak nyaman jika mereka melakukan lebih.

"Kenapa?" bisik Jisung yang langsung melepas pagutan saat melihat gelagat Chenle yang tak nyaman.

Chenle menggigit bibir nya. Dua tangan bertumpu pada dada bidang Jisung.

"J-jangan dorong gue ke arah lo."

"Hm. Gue tanya kenapa?"

"Ung.. Uh-"

Chenle tidak ingin menjelaskan yang sebenarnya. Ia terlalu malu!

Miliknya mulai menegang, jika Jisung terus mendorong nya agar bersandar pada bagian depan tubuh maka sudah dapat dipastikan Jisung pun akan merasakan miliknya yang mengeras di bawah sana.

"Sini."

Chenle menggeleng keras hingga surai nya ikut bergoyang. Jisung menyibak poni kekasihnya ke samping, ia usap pipi berwarna kemerahan itu dengan ibu jari.

Chenle manatap Jisung dan menyesal setelah nya.

Kekasihnya menatap Chenle lekat dengan wajah dingin. Surai nya yang setengah basah membuat pikiran Chenle semakin kotor.

Tapi Jisung dengan penampilan seperti ini memang benar-benar gila.

"J-jangan. Gue malu."

Jisung tau. Tau jika kekasih mungil nya menegang di bawah sana, jadi itu alasan kenapa Chenle memiringkan jaket nya ke bawah? Agar privasi nya yang mengembung tertutup?

Jisung terkekeh. Dalam satu tarikan ia menjatuhkan Chenle ke dalam dekapan nya.

Kepala itu bersandar di dada. Tubuh kedua nya melekat tanpa ada batas sedikit pun.

Chenle yang kemudian sadar langsung mencoba berontak untuk lepas. Tapi Jisung semakin mengeratkan pelukan nya.

"Lo malu karena tegang?" bisik Jisung di telinga kiri Chenle.

"L-lepas. Enggak kok!! G-gue enggak-"

"Shh. Diem dan rasain ini."

Chenle menggigit bibir nya lebih kuat saat Jisung memajukan pinggul ke arah nya.

Jari kaki Chenle menggelung kuat, tungkai ramping nya bergetar kecil saat merasakan bagian selatan nya bergesekan dengan milik Jisung yang ternyata sama keras nya.

"Hm? Jadi lo ga perlu malu."

Chenle manahan suara nya agar tidak keluar. Ia memilih pasrah dan menyandarkan kepala nya di dada sang kekasih.

Orange [jichen] ENDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang