🕊15🕊

9.2K 1.4K 231
                                        

Kasian banget pada kepo 🙄

.
.

"Sejak gue lahir, gue ga pernah berhenti jalanin pengobatan dan terapi. Waktu dulu gue mungkin bisa mati kapan aja kalo ga jalanin pengobatan.

Gue punya imun yang lemah. Infeksi apapun bjsa nyerang gue dengan mudah kalo gue ga minum obat dan berobat rutin. Gue pernah pingsan berkali-kali dalam sehari. Selemah itu tubuh gue Le.

Salah satu alasan gue benci kegiatan olahraga, adalah karena fakta nya gue ga bisa lakuin kegiatan itu sama sekali.

Kegiatan fisik bener-bener ga bisa gue lakuin karena kondisi tubuh gue yang bener-bener kacau.

Di saat temen gue yang lain asik nikmatin waktu main bola, berenang, main basket.

Gue cuma bisa diem di pinggir lapangan dan natap mereka dari kejauhan. Lo harus tau betapa menyedihkan nya itu.

Hidup gue bergantung sama obat dan pengobatan yang ga akan ada berhenti nya. Kecuali kalo gue mati."

Chenle terperangah saat mendengarkan itu semua.

Jadi ini alasan Jisung enggan mengikuti pekan kegiatan, jadi ini alasan Jisung sangat membenci pelajaran olahraga di tiap minggu nya.

Chenle jadi merasa bersalah sekarang karena dulu sering meledek Jisung sebagai lelaki yang payah.

"Tapi itu dulu. Sekarang gue ga pernah lagi minum obat ataupun berobat ke dokter buat cek kesehatan dan terapi ringan. Gue ga peduli sekalipun hidup gue ga akan bertahan lama.

Gue pengen hidup kaya remaja normal lain nya. Main, ngabisin waktu bareng, pergi ke tempat-tempat baru yang sebelumnya belum pernah gue datengin tanpa perlu mikirin obat dan kesehatan.

Gue ngerasa jauh lebih hidup walau sebenarnya gua ga tau apa yang gue lakuin ini bener-bener bahaya buat hidup gue."

Chenle menunduk dengan tangan yang saling meremat satu sama lain. Ia benci mendengar Jisung yang lemah seperti ini.

"Jadi.. Waktu lo mimisan itu--"

"Waktu gue mimisan. Itu karena gue udah ngelewatin batas gue sendiri. Beberapa hari sebelumnya gue selalu dateng pagi buat... Um-sorry jailin lo, gue buang barang lo dan sebagainya.

Ternyata yang gue lakuin itu ngambil banyak energi gue dan yah... Gue hampir pingsan tapi lo bantu gue padahal gue udah sering jahat sama lo."

Chenle menggelengkan kepala nya. Ia tidak masalah dengan itu, apalagi saat ia mengetahui kondisi yang sebenar nya tentang Jisung.

"Gue juga ga paham. Tapi gue seneng liat lo marah, teriak apalagi nangis. Aneh, gue emang aneh."

Fakta nya Jisung hanya butuh perhatian, Jisung bukan seseorang yang aneh. Chenle tau itu.

Tapi Chenle hanya mengucap nya dalam hati karena ia terlalu malu untuk mengatakan nya pada Jisung.

"Gue ngerti sekarang kenapa 'gue di masa depan' dateng dan minta tolong sama gue buat jaga lo."

Gumam Chenle dengan suara kecil nya namun masih bisa Jisung dengar dengan samar.

GREP--

Jisung menatap telapak tangan nya yang di genggam oleh Chenle, saat ia menoleh ia melihat Chenle yang menatap nya dengan mata berkaca-kaca.

"Jisung... Please gue mohon lanjutin lagi pengobatan lo."

Jisung berdecak kecil. Wajah Jisung terlihat semakin kebingungan saat ini.

"Jisung... Gue mohon-"

"Sakit le. Jalanin terapi itu sakit rasanya, di tambah obat-obat yang gue minum ga ada habis nya--"

"Jisung... Gue ga tau sesakit apa yang lo rasain selama pengobatan itu. Tapi gue mohon, gue ga mau sesuatu terjadi sama lo. Gue bakal terus temenin lo. Disisi lo."

Jisung total bungkam dengan manik yang terpaku pada manik kelam Chenle yang seperti hampir menangis.

Belum lagi genggaman tangan lelaki kecil itu cukup erat. Jisung semakin bingung.

"..... Janji sama gue." bisik Jisung dengan wajah menunduk. Chenle mengangguk cepat.

"Iya!! Gue janji gue bakal terus temenin lo. Please lanjutin lagi pengobatan lo sampai kondisi lo semakin baik."

Jisung mengangguk kecil dan Chenle mendesah senang. Aneh

Baru kali ini Jisung bertemu seseorang seperti Chenle. Memikirkan kesehatan nya, memikirkan hidup nya, masa depan nya.

Kenapa harus ada seseorang seperti Chenle di hidup nya? Di saat Jisung tidak lagi peduli akan hidup nya yang sangat melelahkan.

Chenle mau bangkit bersama nya. Membantu berusaha menjadi sehat.

Kenapa harus Chenle? ...

Apa Tuhan menghukum nya? ...

"Thanks Le."

Chele menoleh dan terkejut dengan pandangan Jisung yang lagi-lagi terlihat berbeda.

Chenle berdegub saat Jisung...
Mendekatkan wajah nya ke arah nya.

Tubuhnya seolah membeku tak bisa digerakan saat Jisung semakin memiringkan wajah nya.

Apa yang harus Chenle lakukan??! -
Chenle merutuk dan semakin berdegub saat nafas Jisung menyapu wajah nya lembut.

Chenle melemah. Ia membiarkan degupan nya menggila, ia membiarkan darah nya berdesir cepat, ia mengabaikan... Bibir Jisung yang menyentuh bibir nya.

Chenle meutup mata. Jisung mengecup nya tepat di bibir.

Hanya kecupan namun entah kenapa perut nya seperti di hinggapi ribuan kupu-kupu hingga Chenle merasa pening.. Pening oleh sensasi asing yang belum pernah ia rasakan sebelum nya.

CUP-

Jisung melepas kecupan nya dan menatap Chenle dengan hidung yang saling bertabrakan.

Chenle hanya diam. Menatap Jisung dengan mata sayu dan pipi merona tipis.

Tidak ada satu pun kalimat yang terucap dari bibir kedua nya. Mereka hanya diam dengan manik yang saling beradu satu sama lain.

Jisung mengagumj wajah Chenle di depan nya. Bagaimana Jisung merasa senang saat melihat Chenle menangis?

Nyatanya melihat Chenle tersenyun dan menatap nya sayu seperti ini membuat nya senang berkali lipat.

Jisung melesakan tangan kanan nya pada pinggang kecil Chenle. Menariknya mendekat dan kembali mengecup nya.

Namun kali ini disertai lumatan di bawah bibir Chenle. Jisung melakukan nya karena ia merasa tidak ada perlawanan.

Chenle tidak menolak nya, justru lelaki itu menyentuh pundak nya dengan kedua tangan.

Ini adalah ciuman pertama Jisung dan Jisung rasanya sepertinya ia pun jadi yang pertama untuk Chenle.

Dilihat dari cara Chenle mencoba mengimbanginya terasa berantakan dan hanya mengecup-ngecup kecil.

Sementara Jisung menggerakan bibirnya sesuai insting. Mengulum bagian bawah dan atas bergantian.

Namun ia tidak berani untuk melesakan lidah nya ke dalam rongga hangat Chenle.

"S-sorry le--" Jisung melepas pagutan nya, ia menarik Chenle ke dalam pelukan hangat. Sengaja agar Chenle tidak malu jika mereka kembali bertatapan.

Kemudian keduanya terkekeh bersama. Entah karena apa, tapi mereka menganggap rasa malu yang saat ini mereka rasakan sangat lucu.







Tbc

Orange [jichen] ENDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang