"Jisung. Pengen semangka."
Padahal Jisung baru saja mendudukan tubuh nya di teras rumah setelah selesai merapikan kebun sesuai permintaan Chenle.
Baru saja ia ingin beristirahat, tapi istri tercintanya sudah kembali berulah.
"Jisung~"
"Iya iya diambilin nih."
"Jangan marah."
Chenle melengkungkan bibirnya kebawah. Jujur Chenle pun tidak mau terus menerus menyuruh Jisung melakukan ini dan itu.
Tapi mau bagaimana lagi? Ini semua keinginan baby nya di dalam perut yang sudah sangat membesar.
Chenle terus mengusap perut nya. Bersandar pada kursi bantal yang sudah Jisung sediakan sejak lama.
"Ini. Hati-hati makan nya."
Chenle hanya diam menatap buah yang baru saja dibawakan Jisung. Tiba-tiba keinginan nya berubah saat melihat air semangka menetes membasahi lantai.
"M-mau nya jus semangka."
Astaga. Jisung kembali memutar tubuh dan masuk dalam dapur, mengambil beberapa buah lagi dan ia masukan ke dalam blender.
Chenle semakin mengerucut. Ia jadi merasa bersalah pada Jisung.
Selama kehamilan nya, Jisung lah yang sering ia buat kerepotan. Kadang di tengah tidur nya Chenle meminta sesuatu sampai menangis.
Mau tak mau Jisung pergi keluar untuk membeli pesanan yang Chenle ingin kan. Hanya dengan celana bokser hitam, kaus dan rambut berantakan.
"Ini. Hati-hati minum nya."
Chenle mengambil gelas nya dengan tatapan takut-takut. Bagaimana jika Jisung nya marah?
Chenle saja kadang kesal dengan tingkah nya sendiri yang banyak mau selama mengandung.
"M-makasih."
Jisung mengangguk lalu mendudukan tubuh di lantai teras. Melepas kancing teratas nya karena rasa panas dari cuaca.
Sesekali ia sibak surai hitam nya yang basah oleh keringat. Chenle yang sedang hamil membuat tenaga nya terkuras berkali lipat.
Untung ia sudah jauh lebih sehat dari sebelumnya.
Entahlah. Mungkin Tuhan pun tau, jadi Tuhan memberi nya kesehatan agar bisa mengabulkan apapun keinginan istri dan anak nya di dalam perut.
"Jisung.."
Jangan lagi. Jisung sungguh sangat lelah seharian ini tidak habis Chenle suruh ini dan itu.
"Hm? Kenapa. Sayang?"
Jisung bergidik. Jisung menekankan kata sayang namun dengan wajah yang terlihat kesal. Chenle tau Jisung pasti sangat lelah, wajar saja jika Jisung marah padanya.
"I-ini.. M-minum"
Chenle menyerahkan gelas berisi jus semangka nya ke arah Jisung dengan takut-takut. Jisung yang melihat itu jadi merasa bersalah.
"Kenapa ga habis? Bukan nya tadi kamu bilang haus?"
Chenle menggeleng kecil, ia dorong lagi gelas nya agar segera Jisung ambil.
"Yaudah, sini."
Jisung mengambil nya. Ia tegus jus itu samlai habis. Lalu sadar jika sejak tadi Chenle terus menatap jus nya yang Jisung teguk.
Jadi sebenarnya Chenle masih menginginkan jus itu. Tapi ia memberikan sebagian nya untuk Jisung karena merasa kasihan.
Jisung tersenyum. Ia tarik tengkuk lelaki manis itu.
Ia salurkan jus nya lewat rongga mulut yang saling terhubung.
"Emph."
Jisung menyapu ujung bibir Chenle yang basah oleh jus. Lucu
"Jangan khawatir. Cukup kamu dan baby aja."
Chenle menunduk dan mengangguk. Ia duduk di samping Jisung. Sedikit kesulitan karena perut nya yang sudah besar.
"Jisung capek ya urus Chenle? Chenle banyak mau se-selama ada baby di sini."
Jisung hanya diam. Chenle berbicara masih dengan tangan mengelus perut.
Apakah wajah nya terlalu masam sampai Chenle berasumsi demikian? Pikir Jisung dengan bodoh nya.
"Chenle minta maaf ya. Habis baby lahir, Chenle janji bakal buat sarapan lagi buat Jisung, beresin rumah, siapin air hangat buat Jisung-"
Kalimat Chenle terputus saat Jisung menidurkan kepala nya di atas paha Chenle.
"Diem. Aku ga marah. Aku seneng, bisa lakuin banyak hal yang bikin badan berkeringat. Dan yang paling penting, aku seneng liat kamu senyum setelah aku lakuin sesuatu sesuai permintaan."
Chenle menggigit bibir nya. Benar juga, sebelumnya kan Jisung paling jarang berkeringat.
Selain karena sakit nya yang dulu. Tapi karena Jisung jarang melakukan hal-hal melelahkan sebelum nya.
Ia usak surai basah Jisung. Banyak sekali keringat yang dikeluarkan, Chenle jadi kasihan melihat nya.
Jisung memejamkan mata merasakan sapuan lembut Chenle.
Sebenarnya Jisung cukup terkejut. Sentuhan dan pelukan Chenle jadi terasa semakin hangat dan nyaman setelah mengandung baby.
Jisung tidak mengerti apakah semua yang sedang mengandung akan membuat perubahan pada sentuhan nya. Tapi Jisung merasakan nya sendiri.
Telapak istri nya jadi semakin nyaman jika menyentuh kulit.
Jisung jadi mengantuk jika Chenle sudah mengusap nya di kepala atau di wajah.
"Sayang. Mandi dulu sebelum tidur." gumam Chenle namun Jisung tak membalas. Ia malah membalikan tubuh menghadap ke arah perut besar Chenle.
CUP
"Baby jangan nakal di dalam sana."
Chenle tersenyum. Hal yang paling di sukai nya adalah saat Jisung mulai mengajak bayi nya bicara.
Menurut nya itu sangat lucu.
"Kalo udah di luar, ayo kita main semprot air di taman. Papa udah potong rumput seharian ini karena suruhan Dada."
"Bayi baru lahir mana bisa main semprot air Jisung hahaha"
Chenle tertawa renyah, kadang kalimat-kalimat Jisung tidak masuk akal hingga membuat nya tertawa.
"Ugh-" Chenle meringis memegangi perut bagian depan nya. Jisung yang melihat itu jelas panik!
Apa sudah waktu nya? Pikir Jisung
Namun kemudian Chenle tersenyum. Senyum lirih sambil menarik tangan kanan Jisung untuk ia letakan di bagian perut depan.
"Hhaa-" Jisung terperangah. Baby nya menendang-nendang di dalam sana.
Jisung usap perut Chenle dengan lembut.
"Baby. Jangan nakal, dada kesakitan kamu tendang begitu. Kalau mau tendang, kamu bisa tendang papa kalau sudah di luar."
Chenle masih meringis, namun perlahan tendangan nya berkurang. Mungkinkah baby nya mendengar ucapan papa nya?
"Masih sakit?" tanya Jisung dengan raut khawatir nya. Chenle memggeleng kecil, gantian ia usap kepala Jisung.
"Makasih. Baby nya udah tenang karena kamu omelin hihihi"
Jisung ikut tertawa kecil. Ia peluk perut Chenle. Menenggelamkan wajah nya pada perut besar itu hingga tanpa sadar dirinya tertidur.
"Bayi besar butuh istirahat ya.."
Tbc
KAMU SEDANG MEMBACA
Orange [jichen] END
FanfictionOriginal Story @Ddongie_ Orange [Minsung] Chenle di beri kesempatan kembali ke masa lalu untuk memperbaiki sesuatu. masa depan nya adalah sebuah kehancuran. dan dia tidak ingin hidup dalam bayang kesalahan dan penyesalan. jadi, Chenle melakukan nya...
![Orange [jichen] END](https://img.wattpad.com/cover/243941029-64-k586929.jpg)