🕊25🕊

9.5K 1.2K 38
                                        

Hal yang tidak pernah Chenle lakukan selama ini adalah mengajak seseorang menginap di kediaman nya.

Sejak kecil Chenle tidak terlalu memiliki banyak teman. Baik di rumah maupun sekolah.

Sekali nya ada yang berkunjung, paling hanya berkunjung untuk mengerjakan tugas kelompok saja. Selain itu tidak ada.

Jadi ini adalah pertama kali nya Chenle mengajak seseorang lain menginap di kediaman nya, plus di kamar nya.

"Aaa~"

Satu suapan potato chip mendarat sempurna di dalam mulut si manis. Jisung menyuapi nya dengan wajah malas, tapi tidak tega untuk membiarkan Chenle membuka mulut terlalu lama.

"Makan sendiri. Tangan lo guna nya apa ha?"

Jisung mendorong kepala Chenle dari pangkuan nya. Jisung sedang asik bermain game, tapi Chenle terus menganggu nya di atas pangkuan.

"Tangan gue guna nya buat usap kepala lo~"

Diikuti tawa takut-takut Chenle mengusak surai Jisung. Hairband yang Jisung kenakan sedikit bergeser dari tempat nya karena sapuan tangan Chenle.

"Ck." Jisung hanya berdecak. Tapi tidak menolak, tidak juga mengiyakan.

"Ji. Pizza nya nanti keburu dingin. Lo ga makan?"

"Ya. Nanti gue makan." ucap nya singkat dengan kepala yang masih mendongak menatap layar LCD di hadapan nya.

Chenle mengedikan bahu. Ia tutup kembali box tersebut lalu beranjak mengambil handuk menuju toilet.

Karena jam sudah menunjukan pukul 6 sore. Langit pun mulai gelap, Chenle tidak mau mandi terlalu larut nanti nya.

BLAM

Jisung mematikan game. Ia menatap kebelakang dimana Chenle sudah mengunci pintu kamar mandi.

Menarik tas nya untuk mengambil sesuatu dari dalam tas.

Obat. Jisung menegak beberapa butir obat di tangan nya.

Sengaja, Jisung tidak ingin Chenle melihat nya meneguk obat nya.

Kondisi nya sih sudah lebih baik, tapi ia hanya tidak ingin Chenle melihat nya. Ia tidak ingin Chenle nya khawatir.

Menurut nya itu sangat menyedihkan.

Setelah selesai meneguk obat. Jisung memakan pizza nya dengan tenang, sesekali mengobservasi kamar sang kekasih dalam diam.


===


Jisung mendorong selimut nya hingga dada. Ia mendorong bantal lain nya ke arah samping.

"Aduh!! Ji! Kena muka gue~"

Jisung hanya terkekeh kecil. Sengaja ia melempar nya agar mengenai Chenle. Bagi nya suara Chenle yang merengek itu sangat lucu di dengar.

"Sorry. Sengaja."

"Hmph!!"

Chenle mengerucut kesal. Namun tangan nya memeluk sang kekasih erat-erat.

"Udah ngantuk?" tanya Jisung, Chenle menggeleng kecil. Kedua nya terdiam menatap langit-langit kamar dengan lampu yang sudah dimatikan.

"Le, gue mau bahas tentang mimpi lo, dan masa depan itu. Kasih tau gue kalo lo mulai ngantuk."

Chenle mengangguk.

Jisung mengubah posisi tidur nya. Kedua nya sama-sama terlentang di atas kasur, namun kali ini Jisung menjadikan tangan nya sebagai bantalan kepala sang kekasih.

"Kalo emang mimpi lo bakal kejadian sama kita di masa depan.. Kita janji satu hal."

"Apa?"

"Kita harus besarin baby sama-sama."

"Mm. Gue janji. Lo masih takut tentang mimpi lo di sekolah?"

Jisung mengangguk kecil membuat Chenle tertawa ringan. Ternyata Jisung sangat penakut. Padahal apa yang dimimpikan belum tentu benar adanya.

Apalagi Jisung hanya bermimpi sekilas. Tidak seperti nya yang benar-benar berinteraksi dengan objek mimpi.

"Lo bakal baik-baik aja. Kita bakal baik-baik aja. Asal lo percaya sama diri lo sendiri kalo lo bisa lewatin cobaan yang bakal kita hadapi nanti."

Jisung mengangguk kecil. Perlahan hatinya mulai menenang oleh kalimat kekasih nya.

Ia eratkan pelukan Chenle membuat Chenle menyamankan kembali posisi nya dalam dekapan Jisung.

"Baby nya bakal kita kasih nama Ji Woo "

Chenle terperanjat dari rebahan nya. Ia menatap Jisung dengan raut tidak percaya nya.

Park Ji Woo? Tepat seperti apa yang Chenle dari masa depan katakan di dalam mimpi nya!!

"Kenapa Ji Woo?"

"Karena gue pengen namanya itu. Lo keberatan? Terserah sih, gue bakal tetap kasih nama Ji Woo"

Chenle menghela nafas. Ternyata benar apa yang dikatakan Chenle dalam mimpi nya. Jisung kekeuh menginginkan nama itu untuk baby nya kelak.

"Apa ada arti dari nama Ji Woo?" tanya Chenle sambil kembali pada posisi semula. Bersandar pada dada sang kekasih.

"Semua yang punya nama Ji Woo itu pasti orang nya cerdas dan bijaksana.

Nama Ji Woo juga terdengar manis kan? Gue pengen suatu saat baby kita, entah cewe atau cowo.

Dia bakal lahir dan besar jadi sosok bijaksana dengan wajah manis dan cantik nya. Biar sama kaya lo.

Arti nama Ji Woo juga sama kaya lo. Lo itu hujan, rumah, dan semesta nya gue."

Chenle tersipu, berusaha untuk tidak bereaksi namun gagal karena bibir nya merasa seperti tertarik untuk mengukir senyum.

"Le-"

Jisung menarik pergelangan Chenle. Gelang di kedua tangan itu berdenting karena magnet yang melekat satu sama lain.

Chenle tersenyum melihat nya. Ia tatap genggaman tangan kedua nya di bawah sinar bulan yang masuk melalui jendela kamar.

"Genggaman ini ga bakal pernah gue lepas. Karena ini pusat hidup gue, maksud gue. Lo. Lo pusat hidup gue."

Chenle menyembunyikan wajah nya di dada sang kekasih. Malu tentubsaja hingga rasanya ia mengubur diri saat ini juga.

"Kenapa lo jadi sweet gini." bisik Chenle

"Sisi gue yang lain mungkin? Sisi gue yang cuma gue tunjukin buat lo. Lo ga suka?"

Chenle terkekeh gemas, menggelengkan kepala nya hingga surai nya jatuh mengenai wajah Jisung.

"Enggak. Gue suka kok."

"Tidur. Besok kita berangkat pagi karena ada pekan kesehatan."












Tbc

Next chap dimajuin jadi beberapa tahun kemudian ^•^

Orange [jichen] ENDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang