Jisung berjongkok dengan punggung bersandar pada tembok putih rumah sakit. Beberapa suster dan lalu lalang masuk ke dalam ruang operasi.
Ya. Chenle sedang berjuang sekarang.
Pagi tadi, Jisung di bangunkan dengan suara tangis Chenle di samping tubuh. Lelaki manis nya terus bergumam jika perut nya nyeri hingga tubuh mungil itu sulit di gerakan karena sakit nya.
Akhirnya Jisung membopong tubuh Chenle, membawanya ke rumah sakit saat itu juga.
Dokter mengatakan jika ada beberapa masalah yang mengharuskan Chenle agar segera melahirkan baby nya.
Jisung mengangguk, mengurus semua administrasi agar istrinya segera di operasi, karena demi Tuhan Jisung tidak sanggup melihat Chenle merintih kesakitan.
"Shit." Jisung bangkit lagi. Berjalan menatap jendela yang tertutup. Ia ingin melihat Chenle, ia ingin mengenggam tangan nya erat.
Meyakinkan sang istri jika ia tidak sendiri, ada dirinya di sana. Jisung akan selalu bersama nya.
Tapi apa daya? Dokter tidak mengizinkan nya masuk. Jisung tertahan di luar.
Meninggalkan Chenle dengan perasaan khawatir, kalut, gelisah, takut dan sebagainya.
"Suster. Apa saya masih belum boleh masuk?"
Jisung menahan pergelangan salah satu suster yang kebetulan lewat di hadapan nya. Ia hanya ingin memastikan jika Chenle baik-baik saja.
"Maaf tidak bisa karena dokter tidak memberi izin."
Jisung berdecak. Rasa khawatirnya semakin membesar hingga tanpa sadar peluh mulai muncul dari dahi.
Hampir satu setengah jam sejak Chenle masuk ke dalam ruang operasi. Setelah itu Jisung tidak tau menahu tentang kabar Chenle.
Hingga beberapa menit kemudian, Jisung dipanggil untuk masuk ke dalam ruangan.
"Tuan Jisung. Silahkan masuk."
Dengan segera Jisung masuk ke dalam ruangan. Tentu saja setelah ia mencuci tangan dan memakai alat perlindungan.
DEG!
Ada sesuatu di sana. Jisung sukses membeku di tempat.
Ia mendengar suara tangisan bayi. Apakah itu bayi nya? Bayi nya dengan Chenle?
"Tuan Jisung. Selamat, bayi anda lahir sempurna tanpa cacat."
Suster lain nya datang menghampiri. Di dalam dekapan sang suster ada seorang bayi mungil. Menangis dengan tangan naik mencari pegangan.
"..... B-baby"
Jisung mendekat. Ia menyodorkan jari telunjuk tepat di hadapan sang bayi mungil hingga bayi itu menyentuh dan mengenggam jari nya.
"Eeng~" Jisung ingin menangis karena bahagia. Baby nya terdiam tepat saat kulit nya bersentuhan.
"Silahkan tuan."
Dengan hati-hati Jisung membawa sang bayi ke dalam gendongan. Tampan dan manis. Baby nya akan tumbuh menjadi lelaki manis dan pemberani seperti Chenle.
Ngomong-ngomong tentang Chenle. Jisung hampir lupa dengan keberadaan sang istri.
"Suster gimana Chenle?"
Suster itu menuntun Jisung menuju sisi lain. Ia membuka tirai dan mempersilahkan Jisung masuk ke dalam nya.
"C-chenle.."
Tubuh itu tergolek lemah. Mata setengah tertutup karena lelah, menatap ke arah Jisung.
Air mata menetes saat mata nya menatap sosok lain dalam dekapan Jisung. Chenle berkedip, dan Jisung paham untuk segera mendekatkan baby pada Chenle.
KAMU SEDANG MEMBACA
Orange [jichen] END
FanfictionOriginal Story @Ddongie_ Orange [Minsung] Chenle di beri kesempatan kembali ke masa lalu untuk memperbaiki sesuatu. masa depan nya adalah sebuah kehancuran. dan dia tidak ingin hidup dalam bayang kesalahan dan penyesalan. jadi, Chenle melakukan nya...
![Orange [jichen] END](https://img.wattpad.com/cover/243941029-64-k586929.jpg)