12

69 11 0
                                    

Sudah seminggu ini Sherin kerap melihat kemunculan trio songong di sekolah. Agaknya mereka menepati janji untuk tidak bolos lagi. Di beberapa kesempatan pun Sherin acapkali mendengar para guru membicarakan fenomena rajinnya geng yang dikepalai Nugie itu walaupun masih sebatas masuk, belum pada tahap perbaikan nilai mereka yang memprihatinkan.

Hari ini jadwal Sherin di kelas 12-B sebagai jam terakhir bertukar pelajaran dengan kimia. Suara yang dirindukan anak-anak pun bergema, dering bel mengiringi riuhnya mereka keluar dari kelas. Sherin masih memasukkan buku-bukunya ke dalam tas ketika sebuah sosok menghadangnya.

"Lho, Nugie? Kenapa masih di kelas?"

"Gue tunggu di parkiran motor belakang sekolah ya Miss Erin," ujar Nugie berbisik lalu melenggang pergi begitu saja.

"Eh tunggu? Kenapa harus? Ada apa? Heeiii!!" teriakan Sherin tidak dihiraukan pemuda blasteran Korea Indonesia itu.

Sherin baru keluar dari sekolah setengah jam kemudian karena harus mengerjakan dulu tugas lain, serta meyakinkan hatinya bahwa permintaan bocah tengil tadi hanya sekadar gurauan. Pengajar honorer itu telah mengganti baju kerjanya dengan blus kuning cerah bermotif floral kecil dipadu celana jins model pensil yang membuat tubuh mungilnya terlihat lebih tinggi. Ia berjalan ringan berbelok ke arah parkiran motor belakang karena itulah rute hariannya menuju tempat kosannya.

Mendekat ke arah warung dekat parkiran, Sherin tercekat karena disana ada Nugie beserta kedua temannya sedang nongkrong sambil merokok di atas motor masing-masing. Nugie tampak membelakangi Sherin membuat gadis itu sedikit mempercepat langkahnya menghindari akan adanya konfrontasi.

"Missy!!" seruan bernada tajam menghentikan langkah tergesa Sherin. Rencananya gagal. Pelan ia menoleh. Nugie yang telah menukar seragamnya menjadi kemeja denim dengan kaos dalam berwarna putih tapi tetap mengenakan celana seragam sekolah itu membuang puntung rokoknya sembarangan, turun dari motor dan berjalan menghampiri gurunya. Sherin merasa melihat semua itu dengan gerakan slow motion, mirip adegan di film jagoan yang sering ditontonnya.

"Gue kira jadi guru itu bakalan tepat waktu, ternyata tukang ngaret juga dan sepertinya lo mau kabur ya?" tanya Nugie memiringkan kepalanya mencari manik mata Sherin yang menghindar seolah tertangkap telah berimajinasi sesaat.

"Saya tadi ..."

"Ini di luar gedung sekolah ya FYI, stop being formal!" Potong Nugie.

"Ppfffhh ... oke, gue banyak kerjaan makanya baru keluar sekarang." Sherin merubah gaya bicaranya lagi.

"Hhmm, gue rasa lo nggak menganggap serius omongan gue tadi ya?" Nugie mengintimidasi Sherin.

"Bukan, gue beneran ada tugas tadi," elak Sherin lagi.

"Ckk, ya udah ayo!" Nugie menarik pergelangan tangan Sherin ke arah motornya.

"Ngapain ya?"

"Anterin gue periksa jahitan kepala sama punggung!" Nugie menyerahkan helmnya namun Sherin bergeming.

"Siang Miss Sherin!" sapa Riko dan Eza kompak tersenyum simpul dan saling sikut melihat adegan guru dan murid itu.

"Kalian masih nongkrong?" Sherin merengut melihat anak-anak itu yang terlihat menyelipkan rokok di tangannya. Kedua cowok tanggung itu salah tingkah dan mematikan rokoknya.

"Hey Missy, ini ambil helmnya!" Nugie kesal karena Sherin tidak mengacuhkannya.

"Lo mau gue naik belalang tempur ini?" Tunjuk Sherin pada motor Honda CB150R StreetFire hitam milik Nugie.

"Memang kenapa?"

"Dikira kita Ksatria baja hitam apa ya? Mana duduknya nungging pula, makasih deh, gue menolak!"

Pelangi di Balik Awan - 구름 뒤무지개 (Gureum Dwi Mujigae) -- TAMATTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang