Hati Hyun Gi kebat-kebit memandangi jarum jam dinding di ruang tamu rumahnya. Jarum detik seakan berjalan lebih lambat dari biasanya. Lima menit lagi ia akan tersambung ribuan kilometer jauhnya melalui satelit yang akan menghubungkannya dengan Papa Sherin lewat jaringan skype. Kabar dari Juna yang berhasil meyakinkan papanya untuk meluangkan waktu mendengar permohonannya, membuatnya bersemangat sekaligus cemas akan reaksi orang tua Sherin tersebut.
Hyun Gi mengeklik tetikusnya memulai panggilan video. Mulutnya sibuk komat-kamit mengulangi doa agar pertemuan perdana ini berlangsung lancar.
"Assalamualaikum A Jun." Sapa Hyun Gi begitu melihat wajah Juna terpampang di layar laptop.
"Waalaikumsalam Gie, siap? Gue panggil Papa ya." Penyanyi Mujigae itu mengucap basmalah dalam hati dan mengangguk. Video pada layar laptopnya bergerak-gerak, kemudian muka Juna berganti menjadi muka papa Sherin yang tersenyum tipis.
"Assalamualaikum Om ..."
"Waalaikumsalam ..."
"Tanpa mengurangi rasa hormat, sebelumnya saya minta maaf karena lancang berkenalan via skype, bukannya langsung datang menemui Om."
"Ya, saya sudah dengar sekilas dari Juna dan saya mengerti kondisi di sana, tapi saya ingin dengar lebih lengkapnya lagi dari yang bersangkutan."
"Baik Om. Bismillah ... perkenalkan nama saya Seok Hyun Nugraha biasa dipanggil Nugie. Saya anak tunggal dari Ayah Korea dan ibu Pontianak, kedua orangtua saya telah tiada. Saya kenal Sherin saat dia menjadi guru di sekolah SMU saya dulu dan kami sempat berpacaran beberapa bulan sebelum ayah saya tahu dan akhirnya membawa saya ke Korea."
"Beberapa tahun terakhir ini saya bekerja sebagai pekerja seni di Korea dan lebih dikenal dengan nama Hyun Gi. Saya bertemu kembali dengan Sherin tanpa sengaja di Korea saat ia menjadi make up artist untuk proyek drama yang saya bintangi. Saya kembali menyatakan perasaan saya tetapi tidak dapat terlaksana karena kami sadar dengan perbedaan prinsip diantara kami berdua."
"Tiga tahun terakhir ini saya baru menemukan titik terang dalam keimanan saya dan memutuskan memeluk Islam. Baru beberapa bulan ini saya memantapkan hati ingin kembali menjadikan Sherin pendamping hidup saya dan saya memohon izin dan restu Om untuk melakukan pendekatan pada anak Om." Hyun Gi memaparkan tujuannya dengan jelas dan tenang tapi jelas terlihat kegugupan dari raut wajahnya yang tegang.
"Tenang Nugie ... tarik napas, minum dulu ..." Papa Sherin melirik Juna dan keduanya tersenyum geli melihat Hyun Gi yang seorang aktor terkenal hanya bisa tertunduk menanti jawaban ayah dari wanita yang dicintainya selama ini. Hyun Gi mengangguk dan minum dua teguk air dari gelas di sampingnya lalu kembali fokus menatap layar laptop.
"Begini ya Nugie. Saya baru tahu ternyata kalian mempunyai cerita masa lalu yang cukup menarik dan saya salut karena kamu masih ingin meminang Sherin walaupun sudah tahu status dan kondisi anak saya. Apakah kamu sungguh mencintainya?" Pertanyaan pertama Papa mulai dikeluarkan.
"Dari dulu hingga detik ini saya masih mencintai Sherin, Om."
"Dia ini ibu tunggal dengan seorang anak, dan perbedaan umur kalian juga jauh. Kamu ini aktor terkenal yang sedang di puncak kejayaan, terhalang jarak pula Korea dan Indonesia. Apa kamu siap dengan segala konsekuensinya, pandangan masyarakat dan juga para fans kamu?"
"Saya sudah memikirkan dan mempersiapkan semuanya Om. Saya akan mundur dari profesi saya saat ini dan saya sudah memulai bisnis lain yang insyaa allah halal untuk kehidupan keluarga saya kelak. Masalah jarak itu bisa dikondisikan, saya bisa tinggal di Indonesia atau Sherin ikut saya ke Korea. Untuk masalah umur, menurut saya lebih muda atau tua umur tidak menjamin kedewasaan. Walaupun saya lebih muda dari Sherin, insyaa allah saya akan berusaha menjadi imam yang bisa membimbing Sherin dan Alea menjadi keluarga sakinah mawaddah wa rahmah."
Hening menjeda. Hanya terdengar embusan napas panjang Papa Sherin dari dalam laptop. Papa melirik Mama yang duduk di ujung sofa. Mama hanya tersenyum sambil menghapus air mata yang mengalir tanpa suara di pipinya. Juna yang juga ikut mendengarkan di sebelah Mama hanya bisa merangkulnya dan mengelus punggung Mamanya itu. Juna mengangguk pada Papa.
"Bagaimana kamu akan membimbingnya, sedangkan kamu juga baru memperdalam Islam?"
"Saya sadar ilmu agama saya masih kurang, oleh karena itu saya sedang berguru pada Imam besar agar tidak salah langkah dalam membina rumah tangga saya nantinya. Saya akan mengajaknya untuk sama-sama belajar lebih mencintai Allah, dan insyaa Allah akan membahagiakannya seumur hidup saya," jawab Hyun Gi dengan yakin dan mantap.
"Saya masih belum sepenuhnya yakin. Siapapun dapat mengatakan hal seperti itu di awal, tapi banyak yang tidak sanggup dan memutuskan mengakhiri pernikahan. Saya tidak mau anak saya mengalami kesedihan berulang, apalagi dia punya anak." Papa masih mencari celah kelemahan tekad Nugie.
"Saya memang bukan lelaki sempurna dan dan saya juga tidak dapat memprediksikan masa depan, tapi satu hal yang dapat saya yakinkan pada Om dan keluarga adalah bahwa Insyaa allah saya tidak akan membuat Sherin dan Alea sedih, saya akan menjaga dan melindungi mereka, menyayangi dan mencintai keduanya hingga akhir hidup saya." Hyun Gi mengatakan dengan tegas dan menunduk hormat di depan laptop.
"Kamu benar-benar bertekad rupanya anak muda! Saya masih memerlukan satu approval lagi dari seseorang untuk mempertimbangkan maksudmu ini. Orang ini sangat berpengaruh dalam kehidupan Sherin dan tanpa izin orang ini, saya sulit memutuskan. Tunggu sebentar." Papa menyatukan kedua ujung alisnya tampak berpikir.
"Ba-baik Om." Hyun Gi tidak menyangka akan ucapan terakhir Papa Sherin tadi. Ia bingung, siapa orang yang lebih berhak memutuskan selain ayah kandungnya sendiri?
"Nah, orangnya sudah hadir. Kamu siap mendengar keputusannya?" Wajah Papa Sherin berubah cerah, berbanding terbalik dengan Hyun Gi yang semakin tegang di ujung sana.
"Om Gi!! Om Gi!! Ih, Om Gi jahat, katanya mau main ke Bandung ketemu Lea, tapi sampai sekarang belum juga! Lea kan kangen Om! Kok malah video call sama Aki sih? Om Gi nggak kangen sama Mimi? Om Gi masih di Korea?" Alea muncul memonopoli layar laptop dan langsung menyerocos tidak bisa menutupi rasa rindunya pada penyanyi Mujigae itu. Hyun Gi terlihat sangat terkejut dan hanya bisa membiarkan mulutnya menganga.
"Masyaa Allah, Lea! Ya ampun, kamu sudah besar! Kok ada di rumah Aki? Mimi ikut? Om Gi kangen sama kalian, iya Om masih di Korea. Om Gi ada perlu sama Aki." Tanpa disadarinya aliran deras air mata meluncur dari ujung mata elangnya melihat Alea. Rasa rindu yang tertahan selama tiga tahun akhirnya membuncah saat Hyun Gi melihat permata hatinya Sherin telah tumbuh menjadi anak yang semakin menggemaskan itu.
"Mimi nggak ikut Om, ada kerjaan. Lea lagi liburan disini diantar sama Om Juna. Asyik Om Gi mau jadi papanya Lea kan? Yeeeaay!!" Tuding Alea penuh semangat sambil tepuk tangan dan loncat-loncat membuat wajah Hyun Gi merah tomat di seberang sana.
"Dih Lea, sini dulu, biar Aki ngobrol dulu sama Om Gi. Kita temani Tante Eci bikin es buah yuk." Juna menggendong Alea pergi ke dapur. Papa Sherin memperhatikan interaksi cucunya dengan pria yang berniat mendekati Sherin itu dengan binar mata bahagia dan senyum samar.
"Nah Nugie, sepertinya ucapan Lea tadi sedikit mewakili jawaban saya. Saya akan memberi kesempatan padamu. Pada akhirnya tetap Sherin yang berhak memutuskan dan saya selaku orang tua akan mendukung apapun pilihannya."
"Alhamdulillah, terimakasih banyak atas kesempatannya Om. Kalau boleh saya minta tolong pada Om dan A Juna untuk merahasiakan identitas saya dulu. Saya ingin kami saling mengenal kembali dari awal dengan diri saya sebagai seorang muslim. Kenalkan saya sebagai Agra." Papa Sherin mengangguk dan mereka melanjutkan mengobrol tentang banyak hal.
*
KAMU SEDANG MEMBACA
Pelangi di Balik Awan - 구름 뒤무지개 (Gureum Dwi Mujigae) -- TAMAT
RomansaBEWARA: Beberapa bab yang sempat dihapus, kini sudah di re-publish kembali ya, jadi selamat membaca dengan chapter yang lengkap! Sherin, seorang juara 1 lomba MUA yang berkesempatan menangani tata rias para pemain drama kolaborasi Indonesia dan Kore...