Sherin mengamati para siswa yang lalu lalang di depan ruang guru. Ada lima orang cewek geng sosialita yang hobi bergunjing dan tertawa keras, ada seorang cowok kutu buku yang jalannya selalu menunduk membaca buku, ada anak-anak ekskul basket yang akan berlatih di gor, dan ada tiga orang cowok berjaket jins hitam asyik bersenda gurau. Salah satu cowok berjaket itu menoleh ke ruang guru dan tersenyum sambil memberi hormat dengan dua jari pada Sherin lalu meneruskan obrolannya dengan dua temannya. Pengajar bahasa inggris itu terkejut dan menjatuhkan pulpen yang sedang dipegangnya.
Ingatan Sherin melayang pada kejadian Sabtu malam kemarin sepulang mereka dari Punclut. Blush ... pipi Sherin merona mengingat kecupan pada punggung tangannya.
"Ya ampun, sadar Sherin! Dia cuma godain lo doang, dia nganggap lo tempat curhat, jangan kejauhan mikirnya. Ingat age gap, ingat status lo, jangan cari masalah!" gerutu sebelah hatinya.
"Jangan muna Sherin! Lo suka kalo dia merhatiin lo lagi ngajar kan? Lo terkesan sama sikapnya kemarin kan? Lo tanpa sadar nyari dia kalau nggak kelihatan batang hidungnya kan? Lo suka dia Erin!" timpal hati satunya lagi.
"Aarrghh ... stop it!" tanpa sadar ia berteriak. Untung ruang guru sedang sepi.
"Bu Sherin, tolong ikut saya, kita dipanggil Kepsek." Pak Budi melongokkan kepala tiba-tiba di pintu membuat Sherin terperanjat.
"Eh oh, iya Pak!" Sherin berdiri dari duduknya mengikuti guru BK itu ke ruangan Kepala Sekolah.
"Jadi begini Bu Sherin, tiga bulan lagi kan anak-anak kelas 12 akan ujian. Nah untuk anak-anak dengan nilai kurang dari KKM akan diadakan remedial termasuk Nugie, Eza dan Riko. Khusus utuk Nugie, saya mendapat laporan dari Bu Siti selaku wali kelas 12-B bahwa ada kenaikan nilai di pelajaran bahasa inggris Nugie sementara nilai pelajaran yang lain masih merah. Saya tidak tahu metode apa yang Bu Sherin gunakan sehingga Nugie bisa memperbaiki nilainya, yang jelas saya ingin bu Sherin membujuk Nugie dan teman-temannya untuk belajar agar lulus di remedial kali ini karena ini kesempatan terakhir mereka." Pak Kepsek memulai ceramahnya.
"Waduh, apa tidak bisa oleh Bu Siti saja Pak?"
"Beliau menyerah. Ia justru yang mengusulkan agar Bu Sherin yang membimbingnya. Mungkin karena Bu Sherin juga masih muda jadi lebih mudah membaur dengan pergaulan anak muda sekarang, jadi diharapkan bisa membantu anak-anak itu," kata Pak Budi membantu menjawab.
"Saya hanya guru honorer sementara disini Pak, saya rasa Pak Budi lebih berhak melakukan itu sebagai guru BK." Sherin berusaha menolak.
"Hubungan saya dan mereka nggak bagus Bu Sherin. Tahu sendiri kan gimana lihainya mereka bermain kucing-kucingan dengan saya kalau ada razia?" Pak Budi terkekeh sendiri. Sherin hanya tersenyum masam. Ruangan Kepala Sekolah hening beberapa saat sebelum akhirnya Sherin buka suara.
"Begini Pak, saya akan coba bantu, tapi bisakah Bapak mempertemukan saya, Nugie dan ayahnya? Saya rasa mereka perlu bicara empat mata agar Nugie bisa memperbaiki nilainya."
"Baik Bu Sherin, saya akan coba menghubungi beliau dan mengatur waktu pertemuan kalian. Terimakasih Bu!" Pak Kepsek tampak sumringah menjabat erat tangan Sherin.
"Jangan berterimakasih Pak, saya belum mulai apapun."
"Saya yakin anda bisa!" Pak Kepsek menepuk pundak Sherin berulang sambil tertawa.
Kebiasaan Sherin sebelum meninggalkan sekolah adalah berganti baju kerjanya menjadi setelan santai. Kali ini ia memakai kaos body fit warna jingga muda dan overall rok jins selutut yang membuatnya terlihat seperti anak SMP, bukan seorang guru. Tampilan imutnya ini berbanding terbalik dengan raut wajah muram yang terlihat selama berjalan pulang. Melewati parkiran motor belakang, Sherin tidak menyadari ada yang mengikutinya di sebelah kanannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Pelangi di Balik Awan - 구름 뒤무지개 (Gureum Dwi Mujigae) -- TAMAT
RomanceBEWARA: Beberapa bab yang sempat dihapus, kini sudah di re-publish kembali ya, jadi selamat membaca dengan chapter yang lengkap! Sherin, seorang juara 1 lomba MUA yang berkesempatan menangani tata rias para pemain drama kolaborasi Indonesia dan Kore...