Kini matahari telah tergantikan oleh sang bulan. Jam menunjukkan pukul 9 malam.
Bangunan megah di tengah hutan belantara itu nampak sangat suram di luar. Namun, bagi yang pernah memasuki bangunan atau bisa kita sebut mansion. Mereka akan di buat kagum oleh kemewahannya.
'keindahan tak harus terlihat bukan?!'
Banyak ratusan orang laki² berbaju serba hitam, di dalam mansion maupun diluar yang berlalu-lalang untuk penjagaan. Adapun dari mereka yang berbicang membahas tentang misi, strategi, ataupun masalah pribadi.
Di sebuah ruangan besar mansion itu. Kini berdiri 2 orang sedang berbicara serius. Yang satu menghadap ke arah jendela kaca ialah Queen yang banyak di perbincangkan semua orang. Dan yang satunya adalah seorang laki-laki tangan kanannya.
"Semua misi sudah di berikan ke setiap orang yang nanti akan terlibat, Queen", jelas sang tangan kanan bernama Renan.
Dia sang Queen kini tersenyum tipis. Pandangannya tetap ke arah jendela kaca yang mengarah ke hutan.
"Indah sekali saat kita bisa melihat dan membantu mereka ketika kita sendiri akan berakhir", ujarnya lirih.
Renan menunduk kepalanya dalam, saat mendengar ucapan lirih tuannya. Renan juga merasakan kesedihan saat tuannya dalam keadaan seperti ini.
"A-Apa kita berhenti saja Queen sebelum terlambat", ujar Renan gugup memaksakan diri untuk bertanya.
Queen tersenyum miris dengan tatapan kosong.
"Mereka memulai maka aku nantinya yang mengakhiri. Inilah takdirku Renan, aku harus mensyukuri bukannya berlari", jelas Queen tenang.
"Tap-Tapi masa depan anda masih panj-", "jika sudah takdir setiap orang tidak akan bisa menghindar", potong Queen.
Dia memejamkan mata sejenak. Dia kembali teringat keping-kepingan peristiwa besar nanti yang akan terjadi. Dia menertawai nasibnya sendiri. 'sangat miris'_batinnya.
°°°
Seorang gadis berhoodie hitam berjalan santai di jalan trotoar. Semilir angin malam semakin membuat tubuhnya kedinginan.
Mengunyah permen karet kebiasaannya seperti pepatah yang pernah di buatnya,
'Hidup itu kayak permen karet. ada manis diakhiri pahit. Manisnya hidup saat kau bisa merasakan meskipun sedikit dari kasih sayang orang disekelilingmu. Dan pahit hidup itulah nanti akhir dari alur kisahmu yang terselesaikan'
Author : maaf ye, aku buat sendiri kata²nya ngawur pula:)
Yap gadis itu yang tak bukan adalah Angel. Dia habis dari membeli novel di Gramedia tidak jauh dari perumahan komplek. Dia memilih berjalan untung² olahraga katanya.
Dia menatap ke arah langit, yang kini terisi banyaknya bintang. Dia jadi teringat sesuatu. Dia tersenyum tipis saat mengingatnya.
Lama waktu berjalan, dia sudah sampai di depan rumahnya. Dia masuk ke dalam sana. Suasana sunyi menghampiri. Satu bulan ke depan dia akan sendiri di rumah.
Orang tuanya ke Amerika mengurus pekerjaan. Sedangkan abangnya siang tadi berangkat ke Londen melanjutkan pendidikan. Abang Angel itu masih kuliah dan kuliahnya di Londen.
Angel menaiki tangga menuju kamarnya. Sesampainya di kamar dia duduk di pinggiran kasur. Dia membuka laci di dalam lemari dan mengambil sebuah buku bercover hitam.
Dia bangkit berdiri lalu berjalan ke arah balkon. Dia duduk di kursi balkon.
(Seperti di pict, tapi suasana malam hari)
Dia menulis sesuatu di buku tadi. Beberapa menit dia menulis, akhirnya dia selesai juga. Dia kembali membawa buku itu ke dalam kamar dan memasukkannya ke dalam laci tadi.
Guratan lelah tergambar di wajahnya. Dia menjatuhkan tubuhnya ke ranjang. Tak lama dia tertidur pulas.
°°°
_Happy reading_
KAMU SEDANG MEMBACA
Been Exchanged || ✓✓ (HIATUS)
Gizem / Gerilim"Sejauh apapun aku pergi dan menghilang. Kelak mereka pasti akan selalu menemukanku." -A- Ketiga rahasia yang meminta jawaban. Atas kebenaran yang sengaja di sembunyikan. Sangat menyakitkan hingga memilih tidak peduli. Dengan apa yang harus di perta...