28

808 69 19
                                    

Kicau burung bersahutan. Sinar mentari mulai menyapa. Menembus sela-sela gorden kamar seseorang yang masih bergelung selimut di kasur.

Matanya mengerjap menyesuaikan cahaya matahari. Dia terbangun duduk. Rambutnya menutup setengah wajahnya. Tangannya terangkat. Jemarinya menyisir rambutnya kebelakang.

Kini terpampang wajahnya yang penuh lebam. Salah satu sudut bibirnya sobek. Pelipisnya terdapat darah yang telah mengering. Tak ada raut kesakitan. Matanya menatap kosong ke depan. AC telah di matikan. Namun hawa kamar itu semakin lama semakin dingin.

Dia melamun mengingat kejadian semalam. Dia tidak begitu mengingat seperti ada yang sengaja menghapus ingatan itu.

Dia mengacak rambutnya kesal. Lalu beranjak dari kasur ke kamar mandi. Beberapa menit dia sudah bersiap dengan setelan kasual. Kemudian keluar dari kamar. Saat menuruni tangga dia berpapasan dengan adiknya.

"Bang", panggil sang adik.

Dia berhenti lalu menatap adiknya yang berjalan mendekat.

"Apa?", tanya dia datar.

Tangan adiknya terangkat ingin menyentuh wajah kakaknya. Namun tiba-tiba pergelangan tangannya di pegang sang kakak.

"Abang gapapa?? Kenapa lebam² gitu??", tanya adiknya khawatir.

"Abang gapapa El", jawab sang kakak singkat.

"Tapi it-"

"Udah yuk sarapan. Nanti kamu telat loh"

"Bang tap-"

"Udah ayok. Habis itu Abang anter ke sekolah"

Dia jalan meninggalkan adiknya. Adiknya pun ikut turun menuju ruang makan.

"Morning", sapa sang adik.

"Morning too", tiga orang di meja makan balas sapaan itu dengan senyum hangat.

"Mom", panggil sang adik.

Perempuan paruh baya yang hendak mengambilkan nasi goreng untuk anak bungsunya terhenti.

"Kenapa sayang hm??"

"Adek mau bilang sesuatu", si bungsu berucap lirih. Sambil melirik ke arah abangnya. Yang sedang sarapan dengan tenang.

"Mau bilang apa dek??

"Wajah Abang lebam semua, mom", cicit pelan si bungsu.

Langsung saja mereka serempak menatap sang Abang dengan raut khawatir.

"Wajahmu kenapa, Kev?!", Suara berat menyapa Indra pendengarannya. Itu suara Daddy-nya.

Lalu dia mengangkat kepalanya. Menatap daddy, mommy, dan adiknya bergantian. Kemudian menghembuskan nafas kasar.

"Kalian masih ingat dengan pertemuan keluarga waktu itu??", tanyanya.

"Iya Daddy masih ingat. Memangnya kenapa?!", mommy dan adiknya ikut mengiyakan ucapan daddy-nya.

Dia kembali menunduk berusaha menyembunyikan cairan bening di matanya yang siap meluncur kapan saja.

"Bang, ayo jawab! Emang ada apa??", tanya sang mommy dengan raut khawatir.

Hingga pertahanan itu hancur. Air matanya mengalir begitu saja. Kepalanya mendongak menatap keluarganya. Mereka bertiga kebingungan. Kenapa dia menangis.

Saat adiknya akan bertanya. Terpotong dengan ucapan dia yang membuat semua yang di meja makan terkaget dan menatap tak percaya ke arahnya.

"Bang ke-"

Been Exchanged || ✓✓ (HIATUS)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang