15

1K 71 0
                                    

Sinar matahari yang diiringi awan kelabu menyapa sesosok insan yang masih bergelung selimut. Tak lama mata itu mulai mengerjab menyesuaikan cahaya samar yang masuk lewat jendela kamar.

Dia berdiam diri sejenak sambil menatap kosong langit² kamar. Pikirannya melayang entah kemana.

"Kenapa kalian berdua pergi ninggalin Aris", lirihnya.

Air mata mulai mengalir kembali. Hanya tangis yang dapat sedikit membuatnya lega walau sementara.

Angin semilir menerpa gorden jendela kamar, membuat agak tersingkap. Disana berdiri seseorang yang selalu menatapnya sendu. Ingin hati merengkuh memberi kekuatan untuknya. Namun itu hanya sebatas angan yang tak akan pernah tercapai.

Dia melirik ke arah nakas. Disana terdapat foto tiga anak kecil saling menggenggam tangan dan bercanda tawa.

Tangannya meraih foto itu lalu mendekapnya erat. Kepalanya menunduk dalam dan menutup mata.

"Tuhan...   apa bisa aku mengulang masa lalu? Saat tangan ini masih penuh akan genggaman orang yang ku sayangi. Aku sangat merindukan masa itu Tuhan...   ", Lirihnya dengan air mata yang semakin deras.

Anggaplah dia lemah, tapi itulah kenyataannya. Memang masih ada tempat bersandar untuknya. Tapi itu tak kan sama saat bersama dengan orang yang berharga bagi kita.

Sepintas ingatan masa lalu memasuki kepalanya.

Ada dua remaja yang kini duduk bersebelahan di bangku taman kota.

"Aris", ujar seorang gadis. Menatap lurus ke depan.

"Kenapa kak?", tanya remaja laki-laki lebih muda darinya. Menoleh ke sampingnya.

"Jika nanti kakak juga pergi sama kayak a-"

"Kak..  jangan pernah ngomong gitu", seru remaja tadi bernama Aris.

"Kamu harus percaya ya..  Tuhan memisahkan kita bukan untuk sekedar berpisah. Tapi itu karena Tuhan percaya, takdir yang sesungguhnya telah menanti kita masing-masing", jelas gadis itu tak menghiraukan ucapan Aris.

"Kamu harus janji sama kakak", pintanya.

"Janji apa ??", Aris mengernyit heran dan cemas saat gadis tadi kini menatapnya dalam.

"Janji untuk selalu kuat untuk dirimu sendiri. Jangan biarkan air mata menutup jiwa semangat kamu. Ingat! kamu tidak sendiri. Ada tuhan, orang² yang sayang kamu, dan termasuk kakak yang akan selalu jaga kamu",

"Kakak akan maju di garda terdepan saat ada yang menyakitimu, Aris", tambahnya sambil tersenyum samar dan menitikkan air mata.

Matanya mulai terbuka. Senyum samar terbit di wajahnya. Kata² penyemangat dari sang kakak. Itulah yang menjadikan dirinya dulu kuat, supaya bisa melindungi kakaknya agar tidak pergi meninggalkan dirinya.

'kakak akan selalu mengenggam tanganmu, jadi semangat adek tampanku'

Kalimat penyemangat terakhir dari sang kakak. Sebelum kakaknya bersikap dingin dan acuh pada dirinya dan keluarganya.

Dia menghapus air matanya lalu bangkit menuju kamar mandi.

Dia sudah bertekad. Berjanji tak ada lagi air mata yang tumpah. Kakaknya harus kembali menggenggam tangannya.

°°°

Seorang gadis berhoodie hitam berjalan santai di trotoar. Suasana pagi yang agak mendung. Membuatnya ingin menikmati terpaan angin semilir yang segar itu.

Headphone di telinga. Mengalunkan lagu favoritnya. (Lagu ada di mulmed).

Lagu itu selalu mengingatkan dirinya akan suatu hal. Tapi dia tak tau suatu hal apa itu.

Langkahnya menuntun menuju ke arah hutan. Dia memasuki hutan lebih dalam. Tangannya dimaksudkan ke dalam saku Hoodie.

Lama berjalan seperti ada yang mengintai. Tapi dia acuh dan tak menghiraukan. Langkahnya sengaja di perlambat. Instingnya menebak jika yang mengintai lebih dari 10 orang.

Tiba-tiba dia berhenti. Tangannya melepas headphone lalu memasukkannya ke saku.

"Keluar", ujarnya datar.

Benar dugaannya, ada sekitar 25 orang yang kini mengepungnya. Mereka semua tersenyum miring melihat gadis itu seorang diri, dan akan mudah untuk melumpuhkannya.

Dia meraih sesuatu dari saku Hoodie. Ternyata dia mengambil permen karet, lalu memakannya.

Mulutnya mengunyah sambil meniup membentuk gelembung² dari permen karet tadi. Matanya menelisik lawannya. Setelah menemukan yang diincarnya.

"Mau bermain??", tanyanya santai. Melipatkan tangannya ke belakang.

"Hahaha sudahlah gadis kecil. Menyerah saja sebelum nyawamu ku habisi", tawa mereka meremehkan dia.

Dia tersenyum manis. Mungkin bagi mereka mengira itu senyum asli. Kalian salah! Itu termasuk strateginya. Membuat lawannya terpesona dulu, baru dia akan memulai permainannya.

"Hm...   apa itu pertanyaan atau pernyataan?", tanyanya dengan nada rendah.

"Sudahlah..   CEPAT HABISI GADIS ITU!!", Teriak salah satu dari mereka.

Saat mereka akan melangkah menyerang. Dia sudah terlebih dahulu berlari melewati mereka. Berlari cepat semakin masuk ke hutan.

25 orang yang tadi mengejar tiba² kehilangannya. Mereka berhenti meneliti sekitarnya.

Tiba-tiba angin kencang menerpa mereka. Bersamaan dengan anak panah yang melesat cepat ke arah mereka. Sontak membuat mereka kaget. Anak panah itu tertancap di pohon dekat mereka.

Salah satu dari mereka mencabut anak panah itu. Mengambil sebuah kertas yang tertali di panah itu.


Kertas itu tertulis,
'Tunggu sebentar lagi. Permainan besar akan segera di mulai.'

"Balik ke markas", seru salah satu dari mereka. Sambil membawa anak panah dan kertas tadi.

Tanpa mereka sadari di pohon tak jauh dari tempat mereka tadi berdiri. Disana ada seseorang yang sedang tiduran santai di atas pohon. Tangan kanannya memegang alat panahan.

'hihi aku sudah tidak sabar lagi'_batin orang itu. Dengan seringai kecilnya.

°°°

_Happy reading_

Been Exchanged || ✓✓ (HIATUS)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang