26. Dosa di Masa Lalu (2)

101 12 0
                                    

Karin kembali membuka kedua matanya perlahan. Entah sudah berapa jam ia terkurung dan disiksa di sini. Setelah pengakuannya tadi, lelaki itu terus memaki dan menendangnya, bahkan hingga membenturkan kepalanya sampai kembali pingsan.

Karin menghela nafas pelan dan kembali memandang kosong langit-langit ruangan. Beruntung setelahnya, bibirnya tak lagi dilakban. Tapi ia juga tak bisa memungkiri lebam dan rasa sakit yang masih tersisa di sekujur tubuhnya.

"Huft ... dia bukan ayahku lagi, kok. Lagian juga dia ayah tiri! Kenapa malah dendam ke aku, sih?" gumam Karin pelan. Giginya bergemelatuk, menahan emosi yang sedari tadi ditahan. "Kenapa jadi aku yang menanggungnya, sialan!"

Oh, astaga. Lagipula kasus itu sudah berlalu tiga tahun yang lalu. Sekarang pun, mantan ayahnya itu sudah cerai dengan ibunya dan menghilang begitu saja dari peradaban. Karin sama sekali tidak tahu informasi mengenai keberadaannya.

Lalu kenapa semua dosa ayahnya itu kini menghujani kehidupannya?

"Andaikan aku bisa membunuhmu sekarang ...." Karin memejamkan mata, teringat sosok mantan ayah yang amat dibencinya.

Jordan Podebrat adalah nama yang dikenal oleh kalangan masyarakat di luar sana sekaligus mantan ayah tirinya. Pekerjaannya yang amat sibuk membuat Karin jarang bercengkrama dengannya. Meskipun orang itu tidak jarang muncul di layar TV, tapi Karin tidak bisa menyangkal kalau ia membencinya.

Iya, dia begitu membenci mantan ayah tirinya ini. Dia benci seberapa lebarnya senyuman yang terpampang jelas di layar TV itu dan seberapa munafiknya ia ketika menceritakan tentang keluarganya.

Sebaliknya, Jordan adalah orang yang ringan tangan ketika di rumah. Tidak jarang ia pulang dalam keadaan mabuk dan ditemukan bekas lipstick di kemeja atau bajunya. Salah sedikit saja, Jordan bisa langsung memukul Karin tanpa belas kasihan. Bahkan, masalah itu pun menjadi cikal bakal dari penyakit dari ibu kandung Karin saat ini.

Keadaan semakin memburuk ketika Karin memergoki ayah tirinya yang merupakan pembunuh bayaran. Memanfaatkan ketampanan dan kekayaannya, orang itu mudah sekali menjebak target pembunuhannya dan menghabisi serta menghilangkan jejaknya dalam satu malam.

Karin ingat ketika ia tak sengaja membuka catatan Jordan di kamarnya. Daftar nama itu berjumlah belasan dengan beberapa nama yang telah dicoreng. Di sampingnya, rencana tanggal pembunuhan itu pun dituliskan secara jelas dan rinci beserta lokasinya.

Malam itu, mimpi buruk Karin pun mulai menjadi kenyataan ketika Jordan mengetahuinya. Karin menjadi salah satu asset untuk menggait mangsa buruannya.

"Dari dulu ... aku memang tidak pernah dianggap sebagai anak, kan? Aku selalu dijadikan barang ...." gumam Karin pelan. Ia memejamkan mata. "Andaikan dulu ... aku benar-benar tidak melihat apapun ... andaikan aku tidak tahu apapun ...."

Karin meringis, mengingat misi pertamanya. Menjadi anak ceria untuk menjadi objek fotografi. Lokasinya pun di tengah alam hingga hanya menyisakan mereka bertiga di sana. Kemudian ketika ia sedang bergaya memunggungi sang fotografer, ayah tirinya itu akan beraksi dan dalam sekali hunusan pisau, lelaki itu membuang mayat korbannya ke jurang.

Pertama kali melihatnya, Karin tahu kalau tidak ada jalan untuk kembali. Sorot mata yang dingin itu selalu mengingatkan Karin betapa kejamnya sang ayah ketika menghabisi nyawa korbannya. Kemudian di tengah keramaian, akting ayah tirinya itu sukses menipu penonton dan mengubah pandangan orang-orang padanya.

Pernah suatu hari Karin hampir tidak tahan mengatakannya saat berhadapan dengan wartawan. Tapi sorot mata itu selalu menciutkan nyalinya, seolah membungkam Karin untuk tidak mengatakan apapun di luar kehendaknya.

LACUNA [✔️]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang