Trang! Trang!
Suara dentingan antara dua besi itu terdengar begitu nyaring. Seketika itu juga atmosfir di sekitar sana terasa lebih berat dibandingkan sebelumnya. Hawa membunuh yang kuat salin terpancar satu sama lain.
Karin meneguk ludah, menatap dua lelaki yang tengah saling mempertaruhkan nyawanya hanya demi mendapatkan dirinya. Keduanya sama-sama memiliki ambisi yang kuat dan Karin dapat merasakan dendam serta kebencian yang saling menyelimuti diri mereka masing-masing.
Keduanya sama-sama unggul. Tapi seiring berjalannya waktu, energy mereka mulai terkuras. Karin dapat merasakan hal itu dari tuan penculik yang sekarang tengah terengah-engah. Bajunya telah robek di beberapa bagian akibat serangan Leo, sementara Leo masih berdiri dengan santai dan memainkan pisau besarnya dengan kelima jarinya.
"Ahahahaha! Hanya segini kemampuanmu, Tuan Penculik?" Leo tertawa seraya mengusap surai peraknya. "Aku tidak menyangka kalau ternyata kamu begitu lemah."
"Brengsek. Jaga ucapanmu, Bocah!" Pria penculik itu langsung menghunuskan pisaunya ke Leo, namun meleset karena Leo bisa menghindarinya dengan mudah.
"Bocah, eh? Memangnya kamu sendiri bukan bocah?" Leo menarik sebelah alisnya dan kembali menyiapkan pisau andalannya dengan sigap. "Ah, benar juga ya. Aku masih belum melihat wajahmu."
"Wajahku atau tidak, itu sama sekali bukan urusanmu, Brengsek." Pria itu langsung mengambil pistol yang sedari tadi di simpan di sakunya. "Aku akan mengakhirimu sekarang."
DOR! DOR! DOR!
Tiga buah timah panas melesat dengan cepat. Leo langsung menghindar dengan sigap kemudian berlari mendekati pria penculik itu sambil menghindari tembakan pria tersebut. Sepasang iris matanya bagaikan elang yang dapat membaca pergerakan musuh. Kemudian ia melayangkan pisaunya dan berputar, melayangkan tendangan karatenya dengan kuat.
BUGH!
"UAKH!"
Tendangan dari bawah itu sukses mengenai rahang bawah pria itu, sekaligus melepas topeng anonymous itu dengan sendirinya. Leo tak langsung berhenti, ia kembali melayangkan tendangannya dan tepat mengenai pergelangan tangan pria itu. Sontak, pistol yang sedari tadi dipegang pun terjatuh.
"Sialan ...." Pria itu melompat mundur seraya mengibaskan pergelangan tangannya yang terasa perih. Wajahnnya kini terekspos dengan sempurna. Memperlihatkan wajah familiar yang mereka ketahui.
"Zuko ...?" Kedua iris Karin melebar. Bibirnya terbuka tak percaya. "Kamu ... benar-benar ... Zuko?!"
Pria yang dipanggil Zuko itu kini memalingkan wajahnya dan menggigit bibir bawahnya. Namun sorot matanya masih tajam dan memancarkan aura penuh kebencian.
"Ahahaha. Siapa sangka kalau penculiknya ternyata adalah ketua kelas itu sendiri?" Leo kembali tertawa dan menggelengkan kepalanya. Tak habis pikir kalau musuhnya adalah orang terdekatnya. "Kalau gitu kita sama-sama diposisi tak menguntungkan, eh?"
"Yah, karena sudah terbongkar ... mau gimana lagi," ucap Zuko seraya menghela nafas panjang. Ia merenggangkan otot-otot tubuhnya dan tersenyum kecut sambil melihat ke arah Leo dan Karin secara bergantian. "Sekarang aku benar-benar ingin membunuh kalian."
"Lalu setelah membunuh kami, kamu mau berada di masukkan ke dalam jeruji besi, eh?" tanya Leo yang kembali memainkan pisaunya. "Atau bagaimana kalau kita mati bareng-bareng aja? Sepertinya itu ide yang lebih baik."
Karin menekuk kedua alisnya dalam-dalam, tak mengerti mengapa Leo berbicara gila seperti itu. Ajakan yang benar-benar konyol. Mana ada orang yang mau diajak mati bareng-bareng?
KAMU SEDANG MEMBACA
LACUNA [✔️]
Romance"Tidak ada yang bisa membunuhmu, selain aku, Karin. Karena kamu milikku." "Leo, aku benar-benar membencimu!" *** Karin, cewek dingin yang selalu acuh akan sekitarnya. Sedangkan Leo, lelaki humble yang ternyata menyimpan sejuta misteri. Pertemuannya...