12

255 33 3
                                    

Haeeeee comeback lagiii

Cha back karena Cha mau lanjutin yang kemarin kan di gantung mwehehehe.

Okey Happy reading

~'|•|'~

Jujur saja kepergian Darrel tidak di terima oleh semuanya, Mereka semua menunduk menahan tangisan yang hendak keluar.

Arkan, Alan Dan Galang mencoba tegar, sebagai pengganti Darrel mereka yang harus bisa bangkit dari keterpurukannya namun sia sia air mata mereka memaksa keluar.

Alvika menghapus air matanya, jika yang lain tidak bisa menahan air matanya maka Alvika yang harus menahan air matanya.

Grepp

Alvika memeluk Alan cepat, Alan hampir saja kehilangan kesadarannya. Alan menyembunyikan wajahnya di ceruk leher Alvika, memeluk pinggang Alvika erat.

" Abang gak boleh nangis ya, Bang Darrel masih hidup kok dan yang di omongin sama dokter pasti bohong. Percaya sama Vika kalau Bang Darrel masih hidup " ucap Alvika mengelus punggung Alan.

Alvika tau Alan masih menangis, terlihat dari bahu Alan yang bergetar dan leher Alvika basah.

Seketika mereka larut dalam kesedihan, Alvika tersadar mengapa Alan hanya diam ? Apa Alan tertidur?, Alvika melepas pelukannya lalu matanya terbelak saat Darah keluar dari hidung Alan.

" Bang sini bantu Vika bawa bang Alan ke UGD " Ucap Vika sedikit kencang, Galang dan Arkan membelakkan matanya melihat Kondisi Alan.

Skip~~~~

Pemakaman pun selesai, Saat mereka hendak menyalakan Mesin motor sebuah suara menahan mereka.

" Kalian kenapa disini? " Tanya seseorang, Alvika membalik kepalanya Membuat Rambutnya yang tadi Nya rapi kini sedikit terurai.

" Kak Avgar? Lo yang ngapain disini? " Tanya balik Alvika, Avgar seperti gelagapan entah apa yang membuat Avgar gelagapan.

Avgar Seketika gugup untuk menjawab, " gu-gue habis ziarah ke makam Oma gue " jawab Avgar, Alvika mengangguk namun ada rasa tidak percaya di pikirannya.

" Kita langsung ke Markas Moondark " instruksi dari Zia membuat Alvika mengalihkan pandangannya. Avgar yang mendengar cukup terkejut ada masalah apa Danger dengan Moondark? Bukannya saudara? .

Alvika menyalakan mesin motornya, tanpa menggunakan helm mereka langsung berangkat meninggalkan Avgar yang kebingungan.

Avgar memilih mengikuti mereka bersama Dengan Raga yang tadi di telfonnya.

Sesampainya di markas Moondark, Alvika langsung Turun dari motornya jalan terlebih dahulu. Alan dan Galang langsung mengejar Alvika agar Alvika tidak meluapkan emosinya.

Sedangkan Arkan, Elnata dan Zia masih duduk di atas motor nya.

" ALBERT!!!!! REI!!!! KELUAR LO PADA!!! JANGAN PENGECUT!! " Teriak Alvika membuat Albert dan Rei langsung keluar kebetulan disini cuma ada beberapa anak Moondark terutama Albert dan Rei.

Bughhh

Bughhh

Bughhh

Pukulan tiba tiba dari Alvika Membuat Albert dan Rei limbung kebelakang, Galang dan Alan hanya bisa diam sebelum dirinya jadi sasaran kemarahan Alvika.

Alvika menarik kerah jaket Rei, " APA TUJUAN LO BUNUH DARREL? JAWAB BANGSAT! " Bentak Alvika emosi, Albert tak bisa apa apa, membantu Rei saja tidak bisa karena dirinya di tahan oleh Aldo - anggota Danger.

" Gu-gue gak sengaja " jawab Rei gugup, Bohong! Bohong jika tidak sengaja. Alvika mengeluarkan handphone nya memutar video penusukan Darrel.

" Mau ngelak Lo hm? " Tanya Alvika mencengkram erat kerah jaket tersebut. Rei semakin tidak bisa bernafas, nafas nya tercekat karena Alvika terlalu kuat mencengkram kerah jaket miliknya.

" BAKAR JAKET NYA! BAKAR BENDERANYA! " teriak Elnata memerintahkan kepada beberapa Anggota Danger yang ikut ke markas Besar Moondark.

Albert dan Rei hanya bisa melihat Bendera Moondark dan Jaket mereka di bakar Habis habisan oleh Alvika.

" Ini akibat Lo berdua udah bikin Danger marah " Ucap Alvika kembali memukul Albert dan Rei membabi buta, tak peduli Albert adalah Sepupu nya yang terpenting Dendamnya karena kematian Darrel terbalaskan.

Setelah Albert dan Rei hampir saja pingsan, Alvika di tarik oleh Galang. Mereka tidak banyak bicara, cukup saksikan dan diam.

" maafin Vika yang udah lalai " batin Alvika. Galang memeluk Alvika, Galang tau Alvika butuh pelukan, butuh sandaran.

Alvika menangis, di pelukan Galang. Galang mengelus Rambut Alvika lembut, Se cuek dan dinginnya Galang jika Alvika sudah menangis Dia tidak akan bisa bersikap dingin.

Tidak ada Darrel masih ada Galang. Selain Darrel ada Galang yang bisa menenangkan Alvika, Selain darrel juga yang dewasa adalah Galang.

~'|•√•|'~

Maap elah pendekkk

Hehe, haeeeeee Cha up.

Raga Aldebaran [ TERBIT ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang