[41] Perbedaan sifat?

1.2K 125 23
                                    

Winwin merebahkan tubuhnya di ranjang, ia melirik ke arah Jungwoo yang sedang melamun. Sering kali ia melihat teman sekelasnya itu melamun, ketika ditanya kenapa anak itu selalu bilang tidak apa-apa bahkan kadang hanya menggelengkan kepalanya. Jujur Winwin gak tahu apakah orang-orang tahu gimana sikap Jungwoo yang sebenarnya? Soalnya ketika ia sudah keluar dari kamar ini maka ia akan menjadi manusia paling bahagia sedunia, tidak ada Jungwoo yang merenung sendirian di kamar, tidak ada Jungwoo yang dingin, dan tidak ada Jungwoo yang murung. Semua berbanding balik, Winwin hanya penasaran akan satu hal. Apakah hanya dia yang tahu hal ini?

"Jungwoo? Kamu baik-baik saja kan?" tanya Winwin untuk kesekian kalinya dan jawaban yang lebih muda juga tidak berubah hanya menggeleng. Ia beralih memainkan ponselnya. Biasanya Winwin akan mengabaikan hal itu namun kali ini ia mendekat membuat Jungwoo mendongkak.

"Kenapa kak?" tanya Jungwoo dengan senyum manisnya. Winwin yang tadinya ingin memaksa Jungwoo berbicara mengurungkan niatnya.

"Keluarlah aku ingin sendiri di kamar," ucap Winwin pada akhirnya. Jungwoo mengangguk dan tanpa banyak bicara langsung pergi meninggalkan Winwin yang merebahkan kembali tubuhnya di ranjang.

Di tempat lain, Jaemin hari ini berencana tidur di kamar Yuta dan Doyoung. Kedua kakak kelasnya itu tidak masalah karena kebetulan Doyoung juga mau mau saja sekamar dengan Jeno. Jaemin pun mengambil keperluannya untuk pergi ke kamar YuDo, dan sebelum pergi ia melirik ranjang Jeno yang tertata rapi.

"Maaf Jeno," batin Jaemin.

Pintu kamar terbuka oleh Doyoung yang juga membawa bantal kelinci kesayangannya. Ia tersenyum manis ke arah Jaemin sebelum Jaemin pergi meninggalkan ruangan kamarnya.

Doyoung meletakkan bantalnya di ranjang dan melihat-lihat isi dari kamar Jeno dan Jaemin. Tatapannya jatuh pada bingkai foto Jeno dan dirinya yang di pasang tepat di depan ranjang Jeno.

"Gak terasa Jeno udah makin dewasa saja, waktu awal ketemu dia masih polos dan gak tau apa, sekarang dia udah puber," ucap Doyoung melihat-lihat bingkai yang lain.

"Apa Jeno menyukai Jaemin? Atau Jaemin yang menyukai Jeno?"

***

Sungchan meletakkan tas sekolahnya di sofa dan mendudukkan dirinya di teman lain. Ia lelah sungguh, setelah latihan sepak bola untuk seleksi mencari kapten sepak bola yang baru. Ia menatap ke segala arah. Sepi, sepertinya tidak banyak orang yang pulang ke asrama. Dengan malas ia bangkit  menuju dapur dan mengambil minum sendiri. Namun, saat ia ke dapur banyak anak asrama yang berada di sana. Ada yang sekedar makan cemilan, masak, bahkan hanya duduk sambil main ponsel pun ada.

"Sungchan sudah pulang?" tanya Kun yang di jawab Sungchan dengan anggukan lesunya.

"Sungchan kau mandi dulu sana, setelah itu bersiap untuk makan malam!" pintah Taeil.

"Iya kak, aku mau minum dulu!" Ia pun membuka kulkas dan mengambil satu botol minuman sebelum pergi dari dapur.

"Yuta belum pulang?" tanya Taeyong kepada Johnny yang sedang memainkan ponselnya.

"Hmm sepertinya, dia agak sibuk akhir-akhir ini," jelas Johnny.

"Kalau Mark kapan dia akan pulang ke asrama?"

"Malam, biar aku saja yang menunggu. Kalian istirahat saja," ucap Johnny lagi.

"Baiklah, yang lain jangan main ponsel aja. Bantuin Doyoung sama Kun sana!" tegur Taeyong kepada Hendery, Yangyang dan Lucas.

Tak lama Shotaro, Renjun dan Xiaojun bergabung ke dapur dan duduk di tempat masing-masing. Jaemin juga, Haechan bahkan Chenle sudah bergabung. Tinggal Jisung, Sungchan, Yuta, Jeno, Winwin, dan Ten.

"Ten kemana?" tanya Taeyong kepada Johnny lagi.

"Sepertinya keluar? Palingan bentar lagi sampai," ujar Taeil mendahului Johnny. Johnny menatap ke arah Taeil yang hanya menaikkan kedua bahunya.

"Eyy, kak Taeil," ucap Haechan membuat Taeil mendengus.

"Kenapa? Kamu kan lihat sendiri tadi," jelas Taeil. Haechan mengangguk saja namun masih menggoda Taeil yang wajahnya hampir memerah. Sedangkan Johnny hanya mengabaikan hal itu dan kembali memainkan ponselnya.

Jaehyun yang melihat itu tersenyum jahil, ia menepuk bahu Jungwoo pelan membuat sosok itu menoleh.

"Kenapa kak?" tanyanya sambil tersenyum manis.

"Sepertinya kak Taeil suka kak Johnny deh," bisik Jaehyun.

"Benarkah? Sepertinya tidak, kak Taeil gak urus cinta-cintaan kak," ucap Jungwoo ikut berbisik.

"Tapi kenapa wajahnya jadi merah gitu waktu di godain sama Haechan?"

"Mungkin malu? Sudahlah kak jangan berasumsi begitu, belum tentu apa kakak liat semuanya asli." Jaehyun terdiam ketika melihat Jungwoo tersenyum manis ke arahnya. Ia jadi ingat ucapan Winwin tadi.

"Aku tidak bisa merahasiakan hal ini padamu, tapi dengarkan aku. Jungwoo itu punya perbedaan sifat yang kontras. Kau pasti selalu melihat dia ceria kan?" Jaehyun mengangguk.

"Iya, bahkan dia tidak pernah menangis. Moodnya selalu bagus," ucap Jaehyun.

"Tapi aku sering melihatnya menjadi pendiam dan menjadi berbeda saat di kamar. Aku gak tau apa yang dia pikirkan tapi itu membuatku khawatir," ujar Winwin.

"Sejak kapan dia begitu?"

"Sejak aku dan dia menjadi teman sekamar,  sekitar 6 bulan yang lalu."

"Je? Woy Jaehyun ngapain lu!" tegur Doyoung sambil mengeplak kepala Jaehyun yang melamun sedaritadi.

"Aduh, kasar mulu lu Doy." Jaehyun mengusap kepalanya sebentar sambil melirik ke arah Jungwoo yang memakan makan malamnya.

"Jangan kaya om pedofil yah lu, untung Jungwoo bukan gue. Kalau gue ditatap gitu sama lu bisa-bisa habis lu," celetuk Doyoung yang diabaikan oleh Jaehyun. Yang lain juga fokus makan dan mengabaikan kedua orang gila itu.

Jaehyun menoleh ke sana kemari mencari di mana Winwin berada. Ia melihat Winwin yang kini melirik Jungwoo juga. Keduanya melakukan kontak mata seraya menggangguk.

"Ayo kita selidiki Jungwoo!"

TBC

Relationship NCT [SELESAI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang