Prolog

60.9K 3.3K 94
                                    

"Wah, wah, wah. Speechless gue. Bener-bener nggak ada yang lebih bucin dari Pasha Galantara Aristo," laki-laki itu melangkah mendekati meja Icha dan Pasha dengan kepala menggeleng diiringi decakan berulang kali. Bibir tipisnya menyeringai kecil, jelas sekali mencibir kedua tamu yang sedaritadi sudah menunggunya itu. "Kembali bersama Ibu Tavisha Auristela Deolinda. Waw. Hebat!"

Pasha berdecak pelan seraya menatap sahabatnya itu dengan tatapan malas. "Terserah, Lik. Menurut lo bucin, menurut gue ini namanya setia."

Malik yang baru saja duduk di hadapan Pasha dan Icha itu kontan ngakak. "Lo pake dukun mana sih, Cha? Kuat banget sampe lima tahun berlalu juga."

Icha tak langsung menjawab karena dia sedang terpana melihat makhluk bertestosteron di hadapannya hingga mulutnya sedikit menganga. Malik menunggu jawabannya dengan senyum lebar yang masih terlukis di wajahnya, kedua alisnya terangkat, sedang pandangannya terfokus pada Icha yang tampaknya sedang kehilangan kata-kata.

Menyadari Icha tak kunjung menjawab, Pasha yang duduk di sebelahnya langsung menoleh. "Heh! Istigfar, ya! Pandangan dijaga!" Pasha mengusap wajah Icha dengan cepat hingga akhirnya pacarnya tersebut baru tersadar. "Sampe mendelik gitu lihat Malik. Emang penjaga pintu neraka ini seganteng itu apa?!"

Malik semakin ngakak. Sedangkan Icha langsung cengengesan sambil menggaruk tengkuknya yang tidak gatal.

"Lo operasi plastik, Lik? Kok jadi ganteng banget gini? Apa karena semakin banyak duit? Gue tau soalnya emang kita semua pada dasarnya ganteng dan cantik. Nggak ada yang jelek, cuma kurang berduit. Tapi kan seinget gue lo udah tajir dari dulu, kenapa gantengnya baru sekarang?"

Pasha berdecak kencang sambil menatap Icha dengan melotot kesal.

"Mungkin karena sekarang gue rajin berwudhu, Cha." Jawab Malik asal.

"Bah. Rajin salat sekarang rupanya?" Icha terkesiap.

"Nggak. Wudhu doang."

"Takut kalau tidur nggak bangun lagi kan lo? Siap-siap." Sahut Pasha mencibir yang langsung ditanggapi Malik lagi-lagi hanya dengan tawa renyah.

"Udah deh. Buruan, kasih tau lo ngapain kesini nyari gue? Gue orang sibuk nih. Nggak lihat restoran gue rame?" Malik mengarahkan tangannya ke semua penjuru restoran, menegaskan bahwa restoran miliknya ini sukses dan penuh dengan pengunjung. "Udah pesen belum? Kalo kesini nggak pesen apa-apa, mending keluar lo berdua!"

"Udah!" dengkus Pasha jengah. Malik mengangguk-angguk sambil mengangkat ibu jarinya. "Es teh manis doang aja lama banget datangnya! Tau gitu tadi gue pesen aqua!"

"Anjir! Es teh manis doang mah lo beli aja di warung depan!"

Icha tertawa terbahak-bahak mendengar perdebatan dua sahabat yang sudah lama tak bertemu itu. Entah kenapa ia sangat senang melihat interaksi mereka lagi. Rasanya seperti kembali ke masa kuliah dan ia sangat merindukan itu semua karena ia sendiri melewatkan masa-masa bersama Malik dan teman-teman yang lain karena pergi ke Amerika.

"Udah, udah. Rame banget kaya Upin Ipin. Jadi nggak sabar kita ngumpul lagi semuanya." Sela Icha melerai perdebatan tidak berfaedah antara Malik dan Pasha.

Tiba-tiba Malik yang sedaritadi duduk santai, langsung menegakkan duduknya penuh antusias. "Emang mau ada ngumpul-ngumpul?" Tanya nya serius.

"Ada," Icha cengengesan. Ia menaruh sesuatu di hadapan Malik sambil tersenyum lebar. "Dateng, ya."

Malik terbelalak saat melihat apa yang Icha taruh di hadapannya. "Kalian mau kawin?!"

"Hm." Gumam Pasha singkat.

Sedangkan Icha mengangguk-angguk dengan semangat. "Gila, kan. Kita khusus jauh-jauh dari Jakarta ke Bali cuma buat ngasih lo undangan ini, Lik. Kurang spesial apa coba, lo bagi kita berdua?"

Malik mengerutkan dahinya lalu berdecih. "Alasan! Itu mah emang kalian pengen honeymoon duluan!"

"Sialan!" Pasha menjitak kepala Malik. Soalnya si penjaga pintu neraka itu benar, kan Pasha jadi salah tingkah nggak karuan!

"Ini kemeja sama celana, Lik, buat seragaman bareng Abaya ama Zora." Icha mendekatkan tas kertas berisikan benda yang tadi ia sebutkan. "Dateng lo, ya! Kalau nggak dateng, jangan salahin gue kalau restoran lo dibakar sama Pasha."

Malik memandangi undangan yang berada di hadapannya. Jantungnya tiba-tiba saja berdebar dengan sangat kencang saat menatap tanggal yang tertera di undangan tersebut.

Satu bulan lagi.

Pernikahan mereka satu bulan lagi.

Mendadak ritme degupan jantung Malik semakin tidak beraturan. Ia tidak bisa menggambarkan perasaan nya yang saat ini tiba-tiba jadi tidak karuan. Dadanya penuh dengan harapan. Sesak, namun membahagiakan. Ia yakin, kali ini mereka akan dipertemukan. Tidak mungkin wanita itu tidak datang.

"Semua datang, kan?" Tanya Malik mencoba memastikan.

"Semua tuh siapa? Anak kampus diundang semua kok," jawab Icha dengan anggukan. "Abaya, lo, Zora, Qiandra sama Shalitta nggak punya pilihan nggak datang! Kalian jadi Bridesmaid dan Groomsmen. Mau gue pajang jadi pagar ayu sama pagar bagus sekaligus bantu-bantu!" Icha terkekeh geli.

Itu dia.

Namanya akhirnya disebut.

Jantung Malik semakin bertalu kencang.

Shalitta.

Wanita yang telah membuat Malik sakit jiwa selama lima tahun ke belakang. Wanita yang sejak tiga tahun silam, benar-benar telah membuat Malik hancur karena rasa kehilangan. Wanita yang membuat Malik mengerti kalau rindu itu benar-benar menyakitkan.

Mereka akhirnya akan kembali dipertemukan. Wanita itu akan keluar dari persembunyian dan tidak akan lagi bisa menghindar. Malik bersumpah, kali ini, wanita itu tidak akan sedetik pun ia lepaskan.

Malik benar-benar tidak sabar.


—————❤️❤️❤️—————


Author's note:
Haiiii. Jumpa lagi akhirnya dengan Malik dan Tata. Aku tau banyak sekali bacotku beserta janji manis macam tokoh politik yang bilang akan revisi dan republish ini setelah Infidelity kelar republish. Namun, kenyataannya ... aku nggak punya waktu dan tenaga. Semua habis buat kerjaan. Kalau kalian lihat aku aktif di cerita orang, atau di IG, itu semua karena aku butuh hiburan, dan makin ke sini, nulis malah nggak jadi hiburan buat aku. Maka dari itu, aku memutuskan ... aku tidak akan merevisi Shalitta karena trnyata merevisi itu memerlukan buanyak waktu dan pikiranku WKWKWK udah kayak nulis cerita yg sama dari awal dan aku capek. Hiks.

Aku akan republish Shalitta tiap hari Rabu sama Jum'at (Insya Allah). Namun, aku akan post yang lebih ngebut di KK. By the time, yang di WP tamat, aku akan langsung hapus sebagian karena pada dasarnya, aku emang nggak ingin cerita ini ditaruh di WP lagi, tapi ya bole dah buat kangen-kangenan ya, kan.

So, yang kangen Malik sama Tata, stay tune.

Dah gitu aja. Peace, love and gaul!

Shalitta ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang