Lembur yang pernah kubicarakan, tidak selalu tentang menghabiskan waktu di lapangan melakukan pengamatan. Ada kalanya lembur juga tentang aku, Pak Kus, bersama anak teknikal yang melakukan pemantauan dan perawatan teknis. Atau ketika masa-masa panen yang kami habiskan sesorean menjaga kemurnian benih antar galur tidak tercampur.
Hari ini pun demikian. Lembur kali ini bukan kulakukan untuk pengamatan, melainkan demi merangkum kenangan yang ingin kusimpan dalam jangka waktu sangat panjang. Untuk itu aku datang jauh lebih pagi dari biasanya, bahkan merelakan salat subuh kutunaikan di jalan. Sesampai di KP, kularikan kaki penuh semangat ke petak produksi benih sumber lebih dulu. Aku hanya perlu bekerja tanpa lelah untuk memastikan otak dan tubuhku tidak pernah lupa dengan yang kukerjakan pagi sampai sore nanti. Sebab hari ini terakhir kali aku menginjakkan kaki di sini.
"Pagi amat, Teh?" tanya Pak Edi. Dia satpam rekan kerja Pak Ucu yang bekerja pada giliran malam. "Sendirian aja? Heunteu sareng Kusumo?"
Aku menggeleng seraya memberikan senyuman. "Hari ini nggak ada pengataman, Pak. Jadinya saya sendirian tanpa Pak Kus."
"Oh, kirain. Atuh ngapain ke kebun kalau nggak ada pengamatan?"
"Ngecek emitter," jawabku asal. Aku tergesa pamit setelah menjawab pertanyaan basa-basi Pak Edi. Dia tidak jauh berbeda dengan Pak Kus, pribadi yang terlalu ramah sampai semua hal diurusi. Alasanku mengajukan surat pengunduran diri pun, dicecar Pak Kus seperti polisi sedang melakukan investigasi.
Pak Kus mempertanyakan keputusan mengejutkan yang kuambil. Dia memaksaku untuk menimbang-nimbangnya ulang, tetapi aku berkeras menolak. Aku sudah memantapkan hati untuk mengajukan pengunduran diri. Sedikit berat saat dia memintaku bertahan sampai panen jagung tiba, menuntaskan tugas pengamatan. Itu berarti satu setengah bulan terhitung sejak surat pengunduran diri kuajukan. Tidak mungkin aku mampu bertahan menghindari Pak Doddy selama itu terus-terusan.
Beruntung Pak Doddy memudahkan segalanya, seolah keputusanku mengundurkan diri hanyalah tentang permintaan persetujuan L2K. Dia tidak tampak terkejut ketika kuserahkan surat pengunduran diri pagi pertama setelah seminggu aku cuti mengurusi kepergian Papah. Dia bahkan membaca suratku dengan tenang, memasang wajah datar tanpa senyuman. Dia mengangguk setelah selesai membaca suratku lalu berjanji akan memberikan tembusan kepada HRD secepatnya. Hatiku terasa nyeri kala itu, tidak menduga reaksinya akan begitu. Namun, apa lagi yang kuharapkan memangnya?
"Sebulan kelamaan?" tanya Pak Doddy setelah membaca surat pengunduran diriku pagi itu. "Saya tahu kamu akan keberatan, tapi hanya sebanyak itu yang bisa saya usahakan. Anggap saja kamu sedang membantu Kusumo. Tidak mungkin jagung itu kamu tinggalkan begitu saja? Setidaknya tunggu sampai R4, selesai parameter pertumbuhan kamu tuntaskan. Berharap saja Kusumo sudah menemukan penggantimu saat itu."
Urutan keempat fase reproduksi jagung sering kali hanya kami sebutkan dengan kode R4 yang berarti reproduksi keempat. Ada juga yang menyebutnya dengan dough karena pada fase ini bagian dalam biji telah sedikit mengeras berbentuk serupa pasta. Aku lebih senang membayangkan biji yang terbentuk telah lebih padat seperti adonan donat. Fase ini terjadi pada 24-28 hari setelah munculnya bunga betina dengan diawali fase reproduksi silking, blister lalu masak susu.
"Selama Pak Kus .... " kataku terputus. Aku tidak mampu menyelesaikan kalimatku karena Pak Doddy sudah memotongnya lebih dulu.
Dia kibaskan tangannya yang beberapa saat lalu masih memegang surat pengunduran diriku. Kini surat itu tergeletak mengenaskan setelah dilempar Pak Doddy sembarang bersama tumpukan dokumen di atas mejanya. "Kusumo biar saya yang urus. Kamu hanya perlu menuntaskan pengamatan selama sebulan yang saya janjikan. Nggak keberatan, 'kan?"
Aku mengangguk pelan. Aku merasa bingung juga karena tidak diberi waktu lebih lama untuk memikirkan keputusan Pak Doddy. Saat itu aku hanya berpikir daripada dipersulit, kusambar saja segera penawarannya. Ave juga tidak sedang terburu-buru, dia memintaku untuk mengambil waktu sebanyak yang kumau untuk membereskan semuanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Berpengaruh Tidak Nyata
RomanceSeperti paket nasi di restoran cepat saji, kehidupan seorang Lady Dayana komplet. Selain namanya yang selalu mengundang olok-olokan, kondisi keluarganya juga berantakan. Membuatnya menjadi sosok yang merasa tidak berharga, minder, curiga dan tidak m...