Aku tahu beberapa pasang mata sedang memperhatikanku. Tatapan yang dipenuhi rasa penasaran, bingung, dan menilai. Karena itu, aku berjalan dengan punggung yang lebih tegak, melangkah dengan percaya diri, dengan raut wajah datar.
Aku bisa mendengar bisikan-bisikan seperti....
Siapa dia?
Lihat cincin yang diberikan Jeon padanya!
Kalung itu menakjubakn!
Jennie Kim? Apakah keluarganya dalam bisnis hotel yang sama dengan keluarga Jeon? Ataukah perumahan?
Perusahaan mana yang mereka miliki?
Lihat gaun dan sepatunya. Aku tidak berpikir dia dari keluarga yang bermanfaat.
Diikuti dengan cekikikan yang mengejek dan merendahkan dari para wanita yang tiba-tiba bungkam saat aku melewatinya.
Abaikan saja, Jane!
Harga sampanye yang mereka minum memang lebih mahal dari seluruh pakaianku. Lalu kenapa?
Jika aku membiarkan hal seperti itu mengangguku, aku tahu aku akan segera keluar dari sini dengan berlinang air mata. Tapi Ibuku mengajarkanku lebih baik dari itu. Jeon pantas mendapatkan lebih baik dari itu. Jadi, aku memastikan untuk tetap menebar senyum di wajahku.
"Kuharap malammu menyenangkan sejauh ini." ucap Ibu Jeon. Dia mengenakan gaun biru royal yang konservatif dan cantik, rambut dan riasan yang sempurna dan senyum yang ditata sopan.
"Ny. Jeon?" suaraku pecah. Dia masih Mrs. Jeon bukan? Aku ingat Jeon pernah mengatakan bahwa orang tua nya bercerai, tapi apakah sudah sampai final? Jeon tidak suka membicarakannya, jadi aku tidak pernah bertanya lebih lanjut.
Aku berdehem. "Selamat malam Ny. Jeon. Saya Jennie." sapaku sesopan mungkin.
"Aku ingat."
Nada suaranya sopan tapi aku merasa itu sarat akan makna. Apa dia memikirkan bagaimana pertama kali kami bertemu di penjara? Dengan ketakutan yang semakin bertambah, aku bertanya-tanya apakah dia ingat saat itu atau apakah ia bahkan melihatku ketika aku duduk di luar apartemen Jeon, menunggunya seperti seorang penguntit.
"I-ini untukmu." ucapku, menyodorkan hadiah padanya. Tetapi aku melihat sedikit keraguan di matanya sebelum mengambil hadiah yang ku tawarkan padanya.
"Terima kasih."
"Terima kasih telah mengundang ku."
"Tentu saja. Rasanya sangat aneh jika aku tidak mengundang tunangan anakku, bukan?" perutku serasa turun saat matanya mulai mengamati pakaianku dari atas sampai bawah. "Pilihan gaun yang bagus."
Apa yang seharusnya ku katakan? Terima kasih? Itu tidak terdengar seperti pujian. Lebih seperti tantangan. Dia mungkin tau ini bukan dari designer dan mencoba untuk bersikap sopan.
Aku menyipitkan mata saat melihat Tzuyu turun dari tangga. Wanita itu telah mengganti gaunnya menjadi gaun putih.
"Tzuyu memberitahuku bahwa kau berada di toko yang sama dengannya kemarin ketika ia mencoba gaun yang sama dengan yang kau kenakan sekarang."
Aku menarik napas tajam. "Gaun itu pasti membuatmu terkesan karena mengenakan gaun yang sama dengan yang dipakainya di pesta anakku."
Aku memejamkan mata.
Jane, hitung sampai sepuluh!
Oh fuck!
"Aku tahu kau tidak mengenalku, dan kita tidak bertemu dengan situasi yang baik. Tapi satu hal yang bisa kukatakan padamu adalah abhwa aku sangat menyayangi putramu. Aku tidak akan mempermalukan dirinya atau diriku sendiri dengan hal sepele seperti dengan jahat sengaja mengenakan gaun yang sama dengan Tzuyu, atau siapa pun."