Kesabaran tidak pernah menjadi salah satu sifat terbaikku.
Berdiri di dekat jendela, dengan tangan memainkan kunci mobil di dalam saku. Aku ingin segera pulang, menemui Jennie.
Lebih baik si brengsek Taehyung itu mulai berdoa dan menawarkan beberapa pengorbanan untuk menyelamatkan lehernya jika ia mencoba menyakiti Jennie lagi. Aku yakin, aku akan melakukan lebih dari sekedar mencekiknya.
Melirik jam tangan, aku menyadari bahwa ini sudah hampir dua jam sejak aku meninggalkan Jennie. Lebih baik aku segera kembali. "Aku harus pergi sekarang." Ucapku.
Hanbin mengangkat dagunya dengan susah payah untuk melihatku. Dia sudah sangat mabuk. Dia memilih untuk tetap tinggal bersama beberapa teman lainnya dirumah Eunwoo untuk memastikan tidak ada lagi poster terkutuk itu di internet. Sedangkan aku, Jimin dan beberapa tim lainnya kembali ke kampus untuk mencari dan menghancurkan poster-poster terkutuk itu.
Setelah memastikan semuanya beres, aku kembali menuju rumah Eunwoo untuk menjemput Hanbin. Aku ingin segera pulang dan menjemput Jennie. Sebelum aku mengantarnya ke rumah Chaeng, ada kilatan emosi dimatanya yang tidak bisa aku pahami saat menatap matanya. Dan itu membuatku merasa tidak nyaman. Aku ingin memastikan semuanya baik-baik saja.
Kami baru saja kembali bersama. Aku tidak ingin kehilangan Jennie lagi. Jika kau kehilangan dia lagi, aku..... Aku mungkin akan menjadi gila.
Mataku menyipit saat melihat truk kuning melewati rumah Eunwoo. Itu tampak seperti truk Taehyung.
"Apa Taehyung tahu kita akan bertemu dirumahmu?" tanyaku pada Eunwoo.
"Aku mengirim pesan di obrolan grup."
Menggumamkan serangkaian kutukan, semua orang di tim basket ada didalam obrolan grup, dan si brengsek itu juga ada di dalamnya.
"Kenapa? Apa menurutmu dia akan datang kesini?" Tanya Eunwoo.
"Aku ingin melihat dia mencobanya." Ucapku.
Ketika truk kuning itu menghilang, aku menghela napas. "Baiklah, ayo Hanbin."
Hanbin hanya menggumamkan hal-hal yang tidak jelas. Aku tahu dia sudah benar-benar mabuk.
Aku menggelengkan kepala, dan mulai membantu Hanbin bangkit dari sofa."Jika kau muntah di mobilku, aku akan meninggalkanmu di pinggir jalan."
"Kedengarannya amazing..." ocehnya tidak jelas. "Kenapa kau mengangkatku? Apa kau akan menculikku? Apa kita akan menikah lalu kabur...." ocehnya lagi, mengerucutkan bibir dan mulai berencana untuk menciumku.
Aku mendorongnya dan tertawa. "Menjauhlah agar tidak ada yang terluka. Mengerti?"
"Sakiti aku, Tuan. Cambuk aku. Itu akan membuatku makin bergairah..."
Aku mendengar raungan tawa Eunwoo sebelum menutup pintu dan melangkah keluar.
"Masuk ke mobil, Bung. Serius, aku harus menjemput wanitaku." Ucapku masih setengah tertawa.
Aku membuka pintu mobil dan mendorongnya ke kursi belakang, lalu membanting pintu hingga tertutup.
Saat aku sedang memasang sabuk pengaman, sebuah mobil polisi berhenti di belakangku, lampu merah dan biru dimobilnya berkedip. Kemudian mereka mulai mendekat kearahku.
"Good afternoon, officers." sapaku.
Dua orang petugas itu mengangguk. Seorang petugas tampak seperti popeye, sementara yang lainnya tampak kurus seperti tiang. Lalu petugas yang seperti Popeye itu menatap Hanbin dengan curiga.