41

1.4K 172 21
                                    

JEON POV



Kami terjaga sepanjang malam.

Jennie ada di pelukanku, dan hanya itu yang kubutuhkan saat ini. Hanya itu yang kubutuhkan untuk waktu yang sangat sangat lama. Aku sangat merindukannya hingga terasa seperti ada lubang besar yang menganga dalam dadaku. Tapi saat ia memelukku, aku merasa lubang itu terisi dengan cepat.

Kami meninggalkan sepatu di dalam mobil, berjalan bertelanjang kaki disepanjang pantai, lalu duduk ditepi pantai dan menyaksikan matahari terbit. Jaket dan selimut yang kubawa membungkus badan mungilnya, dengan lenganku melingkari bahunya dan tangannya yang melingkari pinggangku.

Ketika dia menatapku, jantungku berdegup kencang seperti rasanya ini adalah waktu terakhirku.

Oh Tuhan, betapa aku sangat merindukannya.

"Jangan," ucapnya, suaranya terdengar sedikit malu.

"Jangan apa?"

"Jangan menatapku."

Aku menyeringai. "Aku tidak bisa menahannya."

Jennie menunduk, menatap kakinya, menyelipkan seuntai rambut ke belakang telinga saat ia tersipu.

Ow, my blushing Red.

Aku tahu Jennie masih khawatir tentang apa yang terjadi diantara kami, tentang keretakan yang disebabkannya. Aku sudah memaafkannya, bahkan sebelum dia bertanya. Aku hanya menunggunya untuk kembali padaku jika aku memang sesuatu yang berarti untuknya. Dan dia melakukannya, ia kembali padaku. Fakta bahwa kami sama-sama menginginkan sudah lebih dari cukup bagiku.

Aku berhenti, memegang bahunya agar menghadapku dan mengangkat dagunya untuk menatapku. "Kurasa aku akan menatapmu untuk waktu yang lama."

Merundukkan sedikit kepalaku untuk memagut bibirnya. Sangat lembut, sangat hangat. Tangannya bertumpu pada dadaku saat aku mendengar sedikit lenguhannya.

"Kau merindukanku."

"Ya, aku merindukanmu. Sangat." Jawabnya pelan, matanya masih memancarkan permintaan maaf, masih terlihat sedikit sedih.

Aku ingin menghapus kesedihannya.

"Mungkin kau bisa memberiku beberapa gerakan dansa lagi?" godaku.

Jennie tertawa dan menampar lenganku seperti yang aku inginkan. "Mungkin saat kau memakai gaun." godaku lagi.

"Aww." Aku mengusap tempat dimana ia menamparku. Ini tidak bohong, dia menamparku sangat keras. "Bagaimana dengan G-string? Atau yang lebih-"

Jennnie menatapku dengan datar.

Aku menyeringai. "Dimana kau belajar menari seperti itu?"

"Ibuku bekerja di studio dance untuk waktu yang lama, dan aku mendapat pelajaran gratis disana. Aku ingin pergi ke sekolah tari, tapi kami tidak punya cukup uang untuk itu. But it's okay, I have new dreams now." Dia tersenyum, menutup matanya saat menghirup udara segar. "Ibuku.... Dia akan sangat senang karena sekarang aku kuliah, itu adalah salah satu impiannya."

Aku tidak berpikir bahwa Jennie menyadari perubahan suaranya menjadi sedih saat menyebut Ibunya. Tapi aku tidak mengatakan apapun, dan memilih untuk tetap mendengarkannya, mendengarkan semua yang ia pendam seorang diri.

"Jika kami membutuhkan uang, aku akan mengatakan pada Ibuku bahwa aku bisa menjadi Stripper, tapi kau harus mengajariku gerakan sexy yang kau lakukan dengan pinggulmu. Aku bisa memakai salah satu pakaian yang hanya dengan satu tarikan semuanya akan lepas."

Red  ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang