16

1.7K 192 14
                                    

Jennie POV

"Siapa yang memasang alarm itu di speaker?"

Aku membuka satu mata karena suara Chaeng. Perlu beberapa saat untuk menyadari kenapa aku mendengar suaranya di pagi hari.

Meminum alkohol dalam jumlah besar, makan pizza, Chaeng memuntahkan isi perutnya di halaman depan tadi malam, atau apakah itu Joy? Sesuatu yang lain terjadi dan itu di ujung kesadaranku ....

"Mataku. Kepalaku. Mulutku." Chaeng meratap. "Apa kita berpesta di malam kampus?"

"Kita pergi pesta untuk kakak Chanyeol. Dia baru saja lulus dan mendapatkan pekerjaan di Paris." Joy mengerang. Aku pikir aku mendengar suaranya di sebelah kananku. Mungkin dia berbaring di lantai?

Ugh. Tubuhku terasa seperti ditimpa oleh piano besar.

"Ayo lewati kelas hari ini." Chaeng bergumam. Kedengarannya dia baru saja menutupi wajahnya dengan selimut.

"Tidak!" aku mendengar Joy bangun dengan cepat. "Shit. Aku pusing."

Aku membuka satu mata. "Kau bisa berdiri?"

"Tidak. Tapi aku tidak bisa melewatkan kampus. Chanyeol datang hari ini. Jam berapa sekarang?"

"Sudah waktunya untuk tutup mulut dan kembali tidur." teriak Chaeng.

Hmmm. Ya, Chaeng sangat pintar. Saatnya diam dan kembali tidur.

Aku sangat bersyukur bahwa aku adalah salah satu dari orang-orang langka yang tidak mendapatkan mabuk. Ya, memang, tapi bukan mabuk biasa yang termasuk sakit kepala, mulut kering dan muntah. Aku hanya merasa berat.

"Sial. Di mana kunci mobilku, Jane? Jane!"

Aku mengerang ketika merasakan Joy mengguncangku.

"Tinggalkan aku sendiri." gumamku.

"Aku mencantumkan semua alasan di kepalaku mengapa aku tidak harus menusukmu." kesal Chaeng, yang tidurnya kembali terganggu.

Kenapa mereka tidak diam? Aku menggali lebih dalam ke dalam selimut.

"Aku harus meminjam bajumu, Chaeng." Joy bersikeras.

Aku mendengar bunyi gedebuk.

"Aduh, sial." Joy mengutuk.

Chaeng pasti melemparkan sesuatu padanya.

"Kau akan menyesal." Joy memperingatkan.

"Aduh!" Aku menggosok titik di wajahku di mana sesuatu yang keras memukulku.

"Maafkan aku, Jane! Itu seharusnya untuk Chaeng!"

"Sialan, tutup mulutmu." Chaeng menyalak.

"Aku akan tutup mulut begitu aku mendapatkan kunci mobilku. Jane, di mana kuncinya!"

Di mana kuncinya? Aku pikir aku meninggalkannya di meja ruang tamu.

"L-wang a-mu, u-asa." gumamku tidak jelas.

Aku mendengar Joy bergerak, mengutuk dan kemudian mengutuk lagi. "Bajumu yang ku dapat ini untuk anak berusia lima tahun tanpa payudara. Sialan. Aku tidak bisa masuk ke dalam bajumu!"

Chaeng mengerang. "Aku dikelilingi pelacur dengan payudara besar. Kenapa aku tidak bisa memiliki sedikit pertumbuhan pada payudaraku, Tuhan, mengapa? Sepertinya bahkan lemon saja sudah cukup bagus, tetapi aku hanya punya anggur!"

Aku mendengus. Dan mendengar Joy tertawa. "Sampai jumpa, bitch!" dia berteriak dan akhirnya, terima kasih Tuhan, akhirnya suasana diam. Tepat ketika aku akan tertidur lagi, aku mendengar telepon Chaeng berdering.

Red  ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang