"Aku tahu persis di toko mana kita bisa mendapatkan gaun cantik dengan harga murah." Chaeng berkicau, mengaitkan tangannya di lenganku. "Jika kita beruntung kita akan menemukan satu yang tampak seperti satu juta dolar."
Aku bisa mendengar kegembiraan dalam suaranya saat ia menyeretku ke dalam toko barang bekas dan toko konsinyasi. Chaeng senang menemukan penawaran yang bagus, tetapi ketika kami tidak dapat menemukan apa pun, dia menyerah dan memutuskan pergi ke mal.
"Jadi, kau sudah mendapatkan hadiah untuk kekasihmu?"
Aku mengangguk. "Aku merajut beanie untuknya."
"Di tengah musim panas?" Chaeng menatapku seperti aku baru saja melarikan diri dari rumah sakit jiwa. "Kau memberinya benda itu untuk ulang tahunnya?"
Apakah ada yang salah? Kenapa dia membuatnya terdengar seperti kejahatan.
"Well. Jeon bisa memakainya selama musim dingin. Dia suka memakai topi beanie. Ditambah aku sendiri yang membuatnya." ucapku membela diri. Aku bekerja keras untuk membuat benda itu. "Apa kau tahu betapa sulitnya merajut beanie selama minggu ujian? Aku hampir tidak punya waktu untuk menyelesaikannya!"
Chaeng menatapku dengan tatapan menyedihkan. "Dengar, kau adalah temanku jadi aku harus jujur padamu atau ini tidak akan berhasil."
Aku merengut padanya sebelum ia menarikku ke dalam toko. "Keterampilan memberi hadiah mu sangat payah," katanya.
"Aku memberinya beanie," aku bersikeras dengan keras kepala.
Chaeng menghela nafas, kalah. "Kurasa kau beruntung Jeon Jungkook sudah memiliki segalanya.
Dan kurasa...." tambahnya, menarik gaun hijau dari rak. Dia menoleh padaku, menyipitkan matanya saat menempelkan gaun itu ke depanku sebelum menggelengkan kepalanya dan mengembalikan gaun itu."....Jeon Jungkook sangat kecanduan padamu. Aku hanya berpikir itu menarik bahwa faktanya kau bahkan tidak bisa memilih hadiah yang tepat untuknya."
"Tidak ada yang salah dengan itu," aku bersikeras. "Selain itu, jika dia tidak menginginkannya, aku akan menggunakannya sendiri."
"Baiklah. Aku menyerah. Kita tidak bisa selalu sempurna, kurasa." ucapnya, menjentikkan rambut cokelat keemasannya ke belakang bahu layaknya seorang diva
"Ya ampun, Chaeng. Kau begitu sempurna sehingga kau harus memiliki patung dan bendera dengan wajahmu di atasnya."
Dia mengedipkan mata padaku. "Aku tahu."
Saat ia menarik keluar sebuah gaun hijau lainnya, aku menggelengkan kepala dan mengatakan padanya bahwa bajuku harus berwarna merah. Dan Chaeng hanya memutar mata malas dan kembali berjalan ke bagian lain.
"Jadi...." ucapnya dengan santai, mengambil gaun lain dari rak dan melemparkannya ke arahku. Dia melanjutkan ke rak lain dan aku hanya mengikutinya. "...Seberapa besar penis seorang Jeon Jungkook?"
Jika aku sedang minum, aku pasti akan tersedak.
"Chaeng!"
"Jangan berpikir bahwa aku tidak tahu apa yang kalian lakukan di kamarmu malam itu."
"Ya Tuhan...." Aku tertawa terbahak-bahak, melihat sekeliling untuk memastikan tidak ada yang mendengarnya. Tapi, wajahku memanas karena malu ketika melihat seorang petugas berusaha keras untuk tidak tertawa. "Chaeng, tutup mulutmu."
Dia hanya mengangkat alisnya ke atas dan ke bawah, menggodaku.
"Coba ini," perintahnya, mengusirku ke dalam ruang ganti.
Aku mengunci pintu dan, menatap ragu pada baju spandeks kecil yang kupegang.
"Beritahu aku satu detail...." suaranya kembali mengudara dari luar ruang ganti. "Apa dia bisa menggagahimu sepanjang malam?"