Tinggalkan jejak ya, sayang 😚
☜☆☞
"Seharusnya kau melihatnya berjalan malu pagi ini." aku memicingkan mata melihat kesadisan dalam suara Chaeng.
Dia berdiri di depan meja, menuangkan sebotol cola ke dalam gelas berisi batu es. Ada tiga kantong keripik terbuka, setumpuk oreo dalam mangkuk, sepiring mandu, dan kentang goreng di atas meja.
"Aku jelas tidak mempunyai malu." ucap Joy yang sibuk melahap segala jenis makanan.
Tapi aku merasakan panas membakar pipiku. Aku menundukkan wajah agar Chaeng tidak melihat wajahku yang memerah, aku berjalan ke lemari dan mengambil tiga gelas.
"Jane?" panggil Joy sambil memasukkan satu kentang goreng ke dalam mulutnya. "Aku sudah melihat pria-mu. Dia seksi. Dimana kau mendapatkannya?"
"Joy, izinkan aku memberitahumu untuk mengeluarkan semua seprai kasur jika mereka menginap di tempatmu."
"Chaeng!" teriakku malu.
Chaeng mengedipkan mata. "Joy adalah bagian dari gelembung persahabatan kita. Dia punya hak untuk tahu."
Muka ku memerah. Chaeng tidak seharusnya tahu tentang......kehidupan sex ku.
Joy memutar bahunya, mengipasi wajahnya dengan tangan. "Astaga. Aku kepanasan!"
"Tidak ada alkohol untukku. Aku sudah bersumpah untuk tidak minum minumam manis. Aku sedang diet." ucap Joy saat Chaeng menuangkan cola ke dalam gelasnya.
Chaeng mencibir. "Bitch, I just saw you eating cookies."
"Koreksi. Hanya setengah kue! Itu tidak bisa dihitung karena hanya setengah."
"Dan kentang goreng," tambahku, dengan senang hati beralih ke topik lain.
"Satu kentang goreng juga tidak dihitung."
Mata Chaeng membelalak saat ia meraih mangkuk kue, tapi Joy dengan cepat menahannya. "Apa yang kau lakukan?"
"Kau bilang sedang diet."
Joy menyipitkan matanya. "Benarkah?"
Mereka saling menatap.
"Aku membencimu," geram Joy setelah beberapa saat, mengambil satu kue dari mangkuk sebelum melepaskan mangkuknya.
Ketika Chaeng melangkah pergi membawa mangkuk oreo, Joy merengek. "Oke. Yang terakhir. Singkirkan hal-hal jahat itu. Bawa mereka jauh jauh dariku."
Chaeng menyeringai nakal padaku. "Hei, J, ternyata ada kue lezat di kulkas. Kau mau?"
"Kau benar-benar brengsek, Chaeng." gumam Joy "Apakah rasa cokelat?"
"Tentu saja. Apakah ada rasa lain yang pantas untuk mulutku?"
"Aku akan mengambilnya," ucapku sebelum menuju ke lemari es.
"Jadi, bagaimana pestanya tadi malam? Kau tidak harus pulang pagi ini."
"Aku tidak akan meninggalkanmu tadi malam jika—"
Chaeng menampar lenganku. "Sudah kubilang aku baik-baik saja. Aku hanya sangat, sangat bersyukur tidak ada yang terjadi pada Ayahku dan Lucas. Jika—" suara Chaeng pecah.
Joy meremas tangan Chaeng. Aku meletakkan sekotak kue di atas meja dan meletakkan tangan ku di bahu Chaeng untuk menenangkannya.
"Aku baik-baik saja," ucap Chaeng, menarik diri dari kami. Aku memberinya tisu dan dia dengan hati-hati menyeka maskara di bawah matanya.