61

1.2K 143 29
                                    

JEON POV

Dengan enggan, aku mengembalikan tatapan pada Tzuyu. "Maaf. Aku menghargai bantuan mu tapi aku tidak akan pindah ke Kanada." ucapku, dengan lembut melepaskan lengannya dari pinggangku. "Tunanganku ada disini dan aku hanya akan pergi kemana pun dia pergi."

"Tunangan?"

Aku menepuk punggungnya dengan canggung dan membeku ketika melihat betapa pucat wajahnya.

"Tzuyu? Kau baik-baik saja?"

Dia menjauh dariku, menutupi mulutnya dengan tangan saat air mata mulai mengalir di wajahnya.

"Tzuyu....."

Tapi dia tidak mendengarkanku. Matanya mengarah ke Jennie dan apa yang kulihat di dalamnya membuatku merinding. Dia berbalik dan bergegas menuju Jennie.

Untuk sesaat, aku sangat ingin menghentikannya sebelum dirinya mencapai Jennie. Tapi aku bisa bernapas lega saat Tzuyu hanya melewati Jennie dan menuju tangga.

Aku mengirimkan ekspresi terima kasih pada Wonwoo saat ia mengangguk padaku dan pergi untuk menenangkan Tzuyu.

Semuanya memudar saat tatapanku mengarah pada Jennie.

Wanitaku, dia tampak begitu memikat, begitu menawan, berdiri di sana dengan gaun merahnya. Rambut hitamnya tergerai di punggung dan bahunya, persis seperti yang kusuka. Bibirnya, mata kucingnya, tepat seperti apa yang ku suka.

Meraih tangannya, aku mengikatkan jemari kami dan menariknya ikut denganku. Berjalan cepat, melewati ruang tamu dan perpustakaan, aku membawanya ke arah barat rumah tempat kamarku dulu. 

Segera setelah menutup pintu kamar, aku menangkup wajahnya dengan tanganku lalu menyatukan dahi kami.

"Kau disini." bisikku. "Aku sangat merindukanmu."

Senyumannya teramat manis saat tangannya menyusup pada pinggangku, memeluk ku. Jennie menggenggam erat belakang bajuku sebelum membisikkan sesuatu yang membuatku kehilangan akal. "Selamat ulang tahun, Jeon."

"Cium aku." titahku.

Mendongakkan kepalanya, Jennie mengeluarkan tangannya dan menarik sisi kepalaku mendekat. Perlahan dan dengan lembut bibirnya menyentuhku, sangat manis.

"Kau terlihat sangat indah." bisikku.

"Aku suka setelan serba hitam, dan dasi merah ini. Sangat tampan." dia meletakkan sisi wajahnya di dadaku. "Kita cocok."

"Sempurna." ucapku, mencium rambutnya. "Kau tidak marah padaku?"

Jennie memundurkan sedikit kepalanya untuk melihatku. Lalu salah satu alisnya terangkat. "Haruskah aku marah?"

Aku memiringkan kepala untuk mengamati wajahnya. Dia tidak terlihat kesal atau sedikit kesal, tapi ada sesuatu di wajahnya yang memberitahuku ada sesuatu yang salah. "Apakah itu pertanyaan jebakan?"

"Jeon," dia membisikkan namaku dengan cara yang meremas hatiku. "Aku mempercayaimu."

"Dan aku mencintaimu." mengecup kilas pipinya. "Dimana hadiahku?"

"Ini. Mereka ingin aku meninggalkannya di bawah dengan semua hadiah lainnya, tapi aku ingin memberikannya kepadamu secara langsung." dia menggigit bibirnya.

"Aku ingin membukanya sekarang. Apa kau memberiku dua hadiah?"

"Tidak, ini untuk Ibumu."

Kenapa dia sangat manis?

"Ibu akan suka itu. Dia suka hadiah."

Aku merobek kertasnya, dan melihat beanie merah di dalam kotak. "Kau membuat ini?"

Red  ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang