"Gimana kalau besok anak osis dispen?" Tanya Ferri meminta persetujuan Raka.
"Kalau boleh sama Pak Taya."
"Oke, besok kita coba."
Semua pengurus organisasi osis sudah berkumpul dirumah Raka. Mereka sibuk menyusun kembali proposal dari awal. Raka mengotak-atik ponselnya mencoba menghubungi nomor Naina berkali-kali, berharap gadis itu mengangkatnya.
"Hallo, kenapa?"
"Zio dirumah lo?" Tanya Raka membuat teman temannya yang lain menoleh kearahnya.
"Lah, lo kira gue maknya."
"Suruh kerumah gue sekarang."
"Dia nggak di rum---"
"Sekarang!" Kata Raka penuh penekanan lalu mematikan panggilannya secara sepihak.
Raka menghela nafas, mengusap wajahnya dengan kasar. Pasti Zio lah dalang dibalik semua kejadian ini.
"Kurang apa aja?" Tanya Raka kepada Rani.
"Emm, banyak ka." Jawab Rani sambil mengarahkan laptop kearah Raka.
"Lanjutin besok, besok gue pastikan ada dispen buat kalian." Ucap Raka, membuat semuanya memasukkan barang-barangnya kedalam tas.
"Ran, lo bareng Ferri." Ucap Raka membuat Ferri menatap bingung Raka. "Kan beda arah."
"Bareng Ferri." Ucap Raka mengulangi membuat Ferri mengalah. "Iya deh iya."
***
06.35 WIB.
"NAINA BANGUN! GUE TINGGAL BARU KAPOK!" Teriak Fauzi dari bawah tangga.
"Berisik, jam berapa sih ini?!" Ucap Naina sambil melihat jam di layar ponselnya.
"YA ALLAH, KENAPA NGGAK ADA YANG NGEBANGUNIN SIH?! LUPA SHOLAT SUBUH KAN GUE. BELUM MANDI LAGI."
Lima menit Naina keluar dari kamar mandi dengan seragam sekolah yang acak-acakan. Kalau Raka tau, pasti sudah mengejek Naina habis-habisan.
"Dasi gue mana?" Heboh Naina sendiri.
Dengan santainya Fauzi menunggu Naina di ambang pintu kamar sembari mengunyah roti sandwich.
"Dua puluh menit lagi, bel masuk." Ucap Fauzi mengingatkan.
"Alah, bacot mulu nggak ngebatuin" Jawab Naina asal membuat Fauzi menjambak sebagian rambut Naina, membuat si pemilik rambut memelototkan matanya dengan tajam.
"Ayo cepet!" Naina berlari kebawah mendahului Fauzi.
"Bunda, Naina sama bang Zi berangkat. Assalamuallaikum." Ucap Naina kepada Kiran yang berada didapur.
"Wa'allaikumsalam, sarapan dulu."
"Udah bawa ini kok bun." Jawab Naina saat mencomot roti sandwich dengan kasar.
"Bunda bungkusin lagi ya buat bekal."
"Nggak usah bun kelamaan." Tolak Naina membuat Kiran geleng-geleng kepala.
06.59 WIB.
Naina segera turun dari mobil, tak mengucapkan sepatah kata apapun kepada Fauzi.
"La bodo amat, bodo amat lah. Nggak tau diri." Gumam Fauzi didalam mobil, melihat Naina berlari secepat kilat kedalam sekolah.
Naina berhenti berlari saat sampai dikoridor sekolah. Matanya melihat kesekeliling, sudah tidak ada siswa-siswi yang berada diluar kelas.
Naina malah berjalan santai, mulut yang masih mencari sisa-sisa sandwich yang menempel di giginya dengan kedua tangannya menguncir rambut panjangnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
RAKAVA
Teen FictionRakava Andrian Pratama. Ketua geng motor Dalagaz yang tampan, gagah, berhati dingin, pemberani, dan angkuh, tetapi bisa berubah menjadi seorang laki-laki yang menggemaskan dimata para perempuan, atau bahkan kejam dan tidak tau rasa belas kasih, sesu...