Bagian 25

136 8 0
                                    

"Dari mana aja lo?" Sewot Firla ketika melihat Naina masuk kedalam kelas.

"Koridor." Jawab Naina sambil merampas tas ranselnya dan berjalan berlalu meninggalkan kedua temannya.

"Pulang bareng siapa?" Tanya Chia membuat Naina menghentikkan langkahnya. "Sama orang lah."

"Bareng lah kedepannya."

"Ya ayo cepet." Ajak Naina yang menunggu di depan pintu kelas.

"Yok." Kata Chia mendahului Naina dan Firla. "Dijemput siapa lo?" Kepo Firla.

"Abang gue lah." Jawab Naina sambil celingak celinguk mencari Raka.

"Sejak kapan laki laki biadab itu jadi abang gue." Batin Naina dalam hati.

"Gue duluan ya!" Ucap Chia dan Firla kompak sambil melambaikan tangannya

"Yoi hati hati."

Naina duduk didepan gerbang sekolah dengan kepala menunduk kebawah melihat kakinya yang diayun ayunkan.

"Ck! Lama banget!" Dumel Naina sambil melihat jam di layar ponselnya.

Sudah tepat satu jam Naina duduk didepan gerbang meninggu Raka. Naina membuka ponselnya, jari jarinya mulai menari nari diatas layar ponsel.

Raka
"

Jadi pulang bareng nggak?"
Send

"Pakai acara nggak terkirim lagi." Gerutu Naina. "Ck! gue naik ojol aja deh." Putus Naina kemudian memesan ojek online.


***

"Nai, ada temen lo tuh dibawah." Teriak Fauzi didepan pintu kamar Naina.

"Gue sibuk, suruh pulang aja." Jawab Naina tak kalah kerasnya.

"Keluar apa gue dobrak?! nggak sopan banget!" Gemas Fauzi yang sudah mengancang ngancang mendobrak pintu kamar Naina.

"Siapa sih?!" Gerutu Naina dengan muka ditekuk.

"Ada temen lo dibawah."

"Ya, siapa?"

"Lupa namanya."

"Ih! Nyebelin!"

"Makanya turun kebawah, liat sendiri."

Naina menghembuskan nafasnya kasar berjalan gontai menuruni anak tangga.

"Ngapain kesini segala?" Batin Naina saat berhenti di anak tangga paling akhir.

"Perlu apa lo kesini?" Sewot Naina membuat cowok yang tengah serius membaca berita harian itu menoleh.

Cowok itu melihat Naina dari ujung kaki sampai ujung rambut, membuat Naina memutar bola matanya malas.

"Apa? Nggak suka?" Sinis Naina.

"Gue nggak ada waktu buat ngomong sama orang yang kalau diajak ngomong kayak orang bisu." Naina membalikkan badannya, tangannya langaung dicekal begitu saja.

"Ikut gue."

"Enak aja lo kalau ngomong, ini rumah siapa? Berani beraninya lo nyuruh-nyuruh gue."

"Bentar doang."

"Nggak mau."

Cekalan tamgan semakin erat, membawa Naina keluar dari rumah.

RAKAVATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang