***
Hari ini hari Senin, upacara bendera sebentar lagi akan dimulai.
Naina berada dibarisan paling depan karena ingin melihat kelas Raka bertugas sebagai petugas upacara.
"Bayu! Ponsel gue ketinggalan di atas meja."
Bayu menoleh menatap Chia. "Ambil sendiri." Singkat Bayu membuat Chia menghentak-hentakkan kakinya.
"Ah, gimana nih?" Panik Chia. "Udah, nggak bakal ilang. Tadi pintu kelas gue kunci, nih kuncinya." Kata Ratih mencoba menenangkan Chia.
"Jendelanya lo tutup?" Ratih mengangguk membuat Chia menghela nafasnya tenang.
"Lo kesambet apa nai baris paling depan? Biasanya juga milih ditengah biar bisa lesehan." Sindir Ratih membuat Naina menoleh. "Gue lagi insaf, jangan lo omongin. Gagal nanti insaf gue."
Ratih tertawa mendengar jawaban itu. "Ada-ada aja lo! Ngomong aja mau lihat Raka jadi pengibar bendera kan?"
Naina mengacungkan jempolnya. "Sip! Itu tau!"
"Aduh! Sakit bu!" Pekik Alved yang diseret oleh Bu Kas ditengah-tengah lapangan.
"Kamu yang jadi pengibar bendera." Alved mengusap telinganya yang masih sakit karena jeweran Bu Kas.
"Nggak mau ah, kan saya kebagian paduan suara."
Bu Kas berkacak pinggang. "Nggak! Saya pindah kamu jadi pengibar bendera!"
Alved mengumpat habis-habisan, hanya dia saja yang kepergok Bu Kas saat mau bolos ke Warung Mbok Jum. "Nggak ah bu! Paduan suara aja, suara saya bagus."
"Baris sekarang disana!" Tunjuk Bu Kas kearah kedua teman sekelasnya yang sudah baris rapi.
"Nggak mau bu, hukum aja deh bantuin nyuci piring penjual kantin."
"Nggak! Cepat kesana atau Ibu panggilkan kepala sekolah?" Ancam Bu Kas membuat Alved menatap sengit Bu Kas dan berjalan kearah kedua temannya yang bertugas sebagai pengibar bendera.
"Mana, gue yang bawa bendera."
"Lo pengerek bendera." Alved memelototkan matanya. "Yang bawa bende----"
"Pengerek aja lo ped, mau gue panggilin Bu Kas?" Alved berkacak pinggang, dengan malas berdiri disebelah kanan sebagai pengerek.
"ALVED! RAPIKAN DULU BAJU KAMU!"
"Aish! Bacot mulu tuh guru." Kesal Alved merapikan seragam osisnya dengan kesal.
"Kok nggak ada Raka, Nai?" Tanya Firla menyenggol lengan Naina. "Nggak tau ah! Sebel gue udah semangat mau lihat dia malah nggak ada!"
"Sabar, Nai. Bolos mungkin di WBJ." Kata Chia membuat Naina menghela nafasnya.
Upacara bendera dimulai dengan begitu khidmat. Muka Alved tidak bersahabat sama sekali, masih kesal dengan Bu Kas yang selalu menargetkan dirinya dan keempat temannya disegala macam keadaan.
"Pengibaran Bendera Merah Putih diiringi lagu Indonesia Raya."
"LURUSKAN."
Alved malah menunduk memainkan batu kerikil yang ada didepan kakinya. "Alved!" Suara panggilan itu membuat Alved terpengarah menatap kearah Bu Kas yang sedang menatapnya tajam.
"Oh ya luruskan, bilang dong." Gumam Alved melirik kearah temannya.
"LURUS!"
"LANGKAH TEGAP, MAJU JALAN!"
Langkah tegap Alved sangat berantakan, kaki kanannya dan tangan kanannya sama-sama maju, begitupun dengan kaki dan tangan kirinya. Membuat seluruh siswa siswi tertawa. Upacara yang tadi khidmat berubah menjadi ricuh tak terkendali.
KAMU SEDANG MEMBACA
RAKAVA
Teen FictionRakava Andrian Pratama. Ketua geng motor Dalagaz yang tampan, gagah, berhati dingin, pemberani, dan angkuh, tetapi bisa berubah menjadi seorang laki-laki yang menggemaskan dimata para perempuan, atau bahkan kejam dan tidak tau rasa belas kasih, sesu...