***
Naina menendang tong sampah yang ada di depannya. Hari ini masih terlalu pagi bagi dirinya untuk datang ke sekolah. Ada acara kerja bakti untuk semua siswa-siswi kelas sebelas. "Lo kenapa markinah?! Sapu lagi sampahnya!" Kesal Ratih.
Naina mendengus, matanya melirik kearah Ratih yang sedang menatapnya garang. "Gue jijik nyentuh sampah. Bau banget, gila!"
"Eh lo mentang-mentang jadi pacarnya ketua osis jadi se'enaknya sendiri kalau ngomong." Serbu Bobi yang mendengar ucapan Naina.
Firla menatap Naina dari kejauhan. "Bestie lo kenapa chi?"
"Nggak tau, lagi berantem kali sama Raka." Jawab santai Chia sambil mencabuti rumput liar dengan asal-asalan. "Btw Fir, lo tadi bawa deodorant nggak?"
Firla menendang Chia membuat gadis itu tersungkur ketanah. "Anjrit! Bawa apa nggak? Gue mau minta!"
"Nggak bawa! Kalaupun gue bawa nggak bakal gue kasih ke lo. Jijik banget." Jawab Firla bergidik ngeri.
Chia tertawa puas melihat mimik wajah Firla. Matanya tak sengaja menatap kearah Naina yang sedang jongkok didepan tong sampah. "Mau kemana lo?" Tanya Firla melihat Chia yang tiba-tiba pergi meninggalkannya. "Nyamperin itu monyet betina."
"Eh, monkay. Ngapain lo semedi didepan tong sampah?! Lo tadi udah sarapan belum? Kalau belum, ayo gas ke kantin. Gue mau beli es teh."
"Udah."
"Kenapa sih lo? Lagi berantem sama Raka?" Tanya Firla. "Kalau nggak dia siapa lagi, hah?!"
"Cih, masalah apa? Dia keroyokan sama Valas?" Naina menggeleng. "Enggak, nanti deh gue cerita ke kalian. Males banget kalau disini, banyak yang nguping."
Prang!
Galon air menggelinding di tengah-tengah lapangan. "Apa tuh?" Kaget Firla melihat sepatu sekolah yang juga terlempar di tengah-tengah lapangan.
"MAU MATI LO? HAH?!"
Bugh!
Naina terkejut melihat Raka menonjok muka siswa kelas sepuluh tanpa rasa kasihan. Baju Raka yang acak-acakan, dasi di tali di leher. Tidak mencerminkan jika dia adalah seorang ketua osis.
"ULANGI KATA-KATA LO DI SINI!" Teriaknya lantang membuat semua bulu kuduk berdiri. Siswa bername tag Galang itu meringis ketakutan melihat raut wajah Raka yang benar-benar menakutkan.
"ADA MASALAH APA LO SAMA DALAGAZ?!" Urat nadinya begitu kentara, kedua tangannya mencengkram kerah seragam Galang. "Mau nantangin gue disini? Yakin?" Raka mundur beberapa langkah. "Maju sini, lo!"
Jaket kulit hitam Dalagaz masih melekat ditubuhnya. Ke empat temannya melihat di pojok koridor dengan santai. "Ped, sana gih ikut." Alved menguap. "Ogah anjrit, masih ngantuk gue."
Rangga menggaruk tengkuknya yang tidak gatal. "Anjrit!" Heboh Rangga saat melihat Raka hampir melempar galon air itu kearah Galang. "Masalah apa tadi ang?" Tanya Riva yang baru datang, dengan tangan membawa dua bakwan.
"Biasalah, ngomongin Dalagaz. Ditambah mood Raka lagi nggak baik gara-gara masalah semalam."
"Ya jelas gue marah lah kalau begitu masalahnya. Mau ikut gue."
"Ikut apa va? Mau keroyokan gitu?" Tanya Jayno. "IYA LAH! BEGO LO!"
"Makan dulu tuh mendoan lo!" Riva tertawa, lalu mentap Raka yang sedang meliriknya. "Bentar bro! ngabisin ini dulu, nanggung belum sarapan!"
"Huahhhhh, ayo ah! Kelamaan nungguin lo." Kata Jayno sambil meregangkan tubuhnya.
"Wih-wih, butuh tongkat baseball nggak nih?" Tanya Jayno yang sudah berdiri di depan Raka dengan membawa tongkat baseball yang entah dari mana dia dapatkan.
KAMU SEDANG MEMBACA
RAKAVA
Teen FictionRakava Andrian Pratama. Ketua geng motor Dalagaz yang tampan, gagah, berhati dingin, pemberani, dan angkuh, tetapi bisa berubah menjadi seorang laki-laki yang menggemaskan dimata para perempuan, atau bahkan kejam dan tidak tau rasa belas kasih, sesu...