Para siswa-siswi satu persatu turun dari bus, Naina turun masih mengenakan Jaket Raka yang melekat ditubuhnya. Tangannya memeluk tubuhnya sendiri sembari memejamkan matanya dan tersenyum kecil menikmati udara yang begitu sejuk.
"TAS LO AMBIL DULU, BARU SENYUM-SENYUM." Teriak Chia gemas yang mau tak mau membanting tas ransel Naina dan Firla.
"Yang ikhlas dong, tas gue mahal kali." Ucap Naina tak tau diri.
"Wait, wait." Chia menghadap kearah Naina.
"Jaket siapa?"
"Jaket gue. Ayo, udah ditungguin Firla tuh." Naina mengalihkan pembicaraan, tak mau jika Chia menanyakan hal-hal yang lebih dalam yang akan membuatnya terdesak.
"DIBERITAHUKAN KEPADA SELURUH SISWA AGAR SEGERA MERAPAT KEDEPAN RUANG SEKETARIAT SEKARANG."
"SATU."
"DUA."
"TIGA."
"EMPAT."
"LIMA."
"Anjir! Apa apaan nih? Lomba apa gimana ini ceritanya."
"Foto fotonya nanti dulu, lo budek apa?!"
"Dihukum baru tau rasa."
"Emang iya ada hukuman segala?"
"Beneran lo? Gila sih kalau beneran dihukum."
"ENAM."
"TUJUH."
"DELAPAN."
"SEMBILAN."
"SEPULUH."
"BAIK, SEKARANG ADALAH PENDIRIAN TENDA, TENDA LAKI-LAKI DAN PEREMPUAN DIPISAH, DAN PENDIRIAN TENDA DIBERI WAKTU SEPULUH MENIT. DIMULAI..... DARI SEKARANGG!!!"
Seluruh siswa langsung berhamburan mengambil tenda kelasnya masing-masing.
"Idih,idih, idih, ini kenapa dikasih waktu segala?! Dikira kemah apa gimana sih?!" Sensi Firla melihat seluruh siswa siswi berlarian kesana dan kemari.
"Alarm Nai."
"Siap bos."
Semuanya sibuk dengan pendirian masing-masing tenda, ada yang masa bodo, ada yang foto-foto, ada yang heboh kesana kemari, ada yang sudah selesai, dan ada yang menangis karena waktu pendirian tenda sudah habis.
"Untung kita tim gercep." Bangga Chia.
"Berapa menit tadi kita selesai?" Tanya Firla kepada Naina.
"Emmm, delapan menitan."
"Miris geng miris."
"Terus ini disuruh ngapain?" Tanya Firla bingung.
"Entah, nggak tau. Duduk dulu yuk."
"Hey, ada pensi kan?"
Chia menoleh kearah Tari. "Kelas kita dapat apa?"
"Nyanyi, hayo siapa yang nyanyi nih."
"Nainaaa!!! Naina bisa nyanyi." Usul Chia dengan semangat yang membara
Naina memlototkan matanya tak terima, yang benar saja dia yang menyanyi untuk mengisi pensi, dilihat banyak orang. "Nggak! Enak aja lo ngusulin gue."
"Demi kelas Nai, nanti kalo nggak ada yang tampil kelas kita di disk." Melas Ratih.
"Nggak, kalau demi kelas kenapa nggak lo aja?! Lagian suruh siapa bilangnya mepet, harusnya itu jauh-jauh hari sebelum acara. Lo kira gue artis papan tulis apa?!"
KAMU SEDANG MEMBACA
RAKAVA
Teen FictionRakava Andrian Pratama. Ketua geng motor Dalagaz yang tampan, gagah, berhati dingin, pemberani, dan angkuh, tetapi bisa berubah menjadi seorang laki-laki yang menggemaskan dimata para perempuan, atau bahkan kejam dan tidak tau rasa belas kasih, sesu...