Bagian 6

279 16 0
                                    

Raka berjalan dengan santai, kedua tangannya berada di dalam saku celana dan matanya menatap lurus kedepan dengan tajam, beberapa kali menggoda siswi yang tengah berjalan berlawanan arah dengannya.

Tujuannya kali ini adalah di rooftoop, tempat untuk bolos kedua setelah Warung Mbok Jum belakang sekolah.

Raka tidur di sebuah kursi panjang rooftop dengan tanggan kanannya sebagai bantalan kepala dan tangan kirinya ia jadikan sebagai penutup mata menghalangi sinar matahari yang menyelinap di wajah tampannya.

***

"Gue disuruh Pak Yayan naruh ini di gudang, temenin dong." Pinta Naina kepada dua temannya.

"Nggak ah, lo sendiri aja, habis ini kan pelajarannya Bu Rere, gila nanti kalo telat di hukum lagi." Ucap Firla.

"Gue takut, lo nggak ingat gue takut sendirian? Ayo ah temenin, jahat lo berdua." Rengek Naina.

"Sendiri aja deh Nai, bukannya gue lupa sama cerita lo itu.Tapi gue nggak mau dihukum sama itu guru." Ujar Chia.

"Ya gitu, kalo gue lagi butuh lo, lo pada nggak mau, coba kalo lo yang butuh ke gue, gue fine fine aja." Kata Naina yang kemudian berlalu meninggalkan teman temannya.

"Lagian nih apa coba? Buku buku gini suruh taruh digudang, berat lagi, Nih lagi sepi disini, merinding guee, Sumpah tu oncom bener bener keterlaluan ga mau nemenin gue." Cerocos Naina panjang lebar.

Sampai disana Naina bingung, mana yang pintu gudang, karena disana terdapat dua pintu.

"Ini yang mana ya? Gue sekolah disini tapi ga tau gudang sekolah sini, terus ini gimana coba? Masa gue buka satu satu, ini gue udah merinding, sepi banget dah. Ya udah deh gue buka pintu yang ini dulu. Lagian kenapa nggak ada tulisannya." Ucap Naina.

Saat membuka pintu, tangan Naina kewalahan membuat buku-buku yang ada di tangan Naina berjatuhan.

Raka masih memejamkan matanya, dia mendengar suara pintu rooftoop yang terbuka. Raka pikir itu teman temannya, tetapi mendengar suara benda jatuh Raka langsung mengubah posisinya menjadi duduk.

"Aduhh, pake jatuh segala, ribet tau." Omel Naina sambil berjongkok mengambil buku buku yang berjatuhan.

Tiba tiba Naina mendengar suara derap langkah kaki yang semakin mendekat kearahnya.

"Aduhh, itu siapa sih? Nggak tau ya kalo gue itu udah merinding banget disini." Ucap Naina dengan gemetaran tak karuan.

Padahal, di rooftop sangat terang, matahari menyinari seluruh alam dengan sinar terangnya.

Derap langkah kaki itu semakin mendekat ke arah Naina. "Ngapain lo kesini?" Tanya seseorang kepada Naina.

"Kok setan bisa ngomong ya? Eh ini setan apa begal?" Ucap Naina pelan dengan tangan gemetar.

Raka nerjongkok menyamakan posisinya seperti Naina, membuat Naina semakin menunduk.

Jari-jari tangan Naina memainkan ujung buku, Raka tau bahwa Naina sekarang sedang ketakutan, tanggan Raka kemudian menyentuh dagu Naina agar Naina menatap kearahnya. Naina yang di perlakukan seperti itu langsung memukul tangan Raka dengan buku yg sedari tadi ia pegang.

Bugh bugh bugh!

"Rasain lo begal siluman!"

Lengkap sudah wajah Raka dipenuhi dengan lebam-lebam. "Stop!"

Naina perlahan membuka matanya dan dengan hati hati. Mata Naina sedikit terbelakak melihat wajah memar Raka.

"Sorry, sorry. Gue kira lo---" Ucap Naina dengan tangan yang hampir menyentuh wajah Raka tetapi langsung ditepis kasar oleh Raka.

RAKAVATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang