Bagian 32

214 7 0
                                    

"Ini beneran jamkos?" Tanya Alved yang sedari tadi celingak celinguk di ambang pintu memastikan jika hari ini benar jam kosong.

"Iya jamkos, lo nggak percaya sama ketua osis." Jawab Riva sambil memainkan spidol papan tulis.

"Ya nggak percaya lah, ketosnya aja ikut kandidat cuma iseng." Ejek Jayno yang hanya dilirik sinis Raka.

"Ya makanya, pada kerja kek. Apa kek." Sindir Rangga yang sedang menyapu lantai kelas.

"Kesambet apaan lo bersihin kelas?" Sambar Jayno.

"Nggak piket salah, piket salah. Sebenarnya lo mau gue gimana?"

"Ya udah lanjutin, ini nih masih kotor." Oceh Jayno membuat Rangga ingin sekali membersihkan muka Jayno dengan sapu yang dia pegang.

"Ka, lo punya kemeja kotak-kotak berapa?" Tanya Alved tiba-tiba yang masih berdiri diambang pintu.

"Modal dikit jadi cowok." Jawab Raka membuat Alved menghembuskan nafasnya kasar. "Pelit lo!"

"Bodo amat! Jangan lupa besok suruh anggota yang lain buat jaga depan sama belakang sekolah. Ini acara sekolah, jangan sampai ada yang ngerusak acara ini gara-gara ada bentrok sama Dalagaz." Kata Raka memperingatkan.

"Ashiappp, udah gue bilang kemarin di grub. Lo nggak buka grub ya?"

"Buka! Gue kan ngingetin lagi, bikin emosi mulu lo." Kesal Raka sembari menaikkan kedua kakinya diatas meja.

"Awas aja nanti ada bentrok sampai gue turun tangan, Rangga yang kena duluan." Lanjut Raka memperingatkan.

Rangga menoleh, menghentikan menyapu lantai. "Okay, gue selalu siap kena imbas."

Jam menunjukan pukul 10.45 menit. Seluruh siswa-siswi sibuk dengan tugasnya masing-masing, ada yang diluar kelas mengangkat meja dan kursi untuk dibawa kepalangan, ada yang menyapu dan mengepel lantai kelas, ada yang sudah mendekor stand kelas mereka masing-masing.

Naina keluar kelas, membawa paper bag. Menuruni satu persatu anak tangga menuju kelapangan sekolah.

"Yu, kok belum ambil meja?" Tanya Naina membuat Bayu yang berdiri membelakanginya terkejut.

"Emm, anu--- ambilnya dimana?" Tanya Bayu dengan nyengir.

"Ambil salah satu meja dari kelas. Mau ambil dimana? Rumah lo?" Heran Naina membuat Bayu nyengar nyengir sendiri.

"Sana gih kekelas, minta tolong sama Bobi buat ngangkat meja sama kursi."

"Gila aja lo? Kelas kita dilantai dua. Gila aja ngangkatnya dari atas."

"Ya terus lo mau ambil dari mana bambank? Sana deh, jangan banyak protes. Kesal malah gue yang ngurus semua." Amuk Naina membuat Bayu berjalan gontai menuju ke kelas.

Naina duduk dibawah tiang bendera dengan tangan masih memegang paper bag. Matanya sibuk melihat kesekeliling. Sesekali tersenyum sendiri, melihat siswa-siswi menghias stand dengan kewalahan. Tiba-tiba kedua pipinya terasa sangat dingin.

"Apaan sih?!" Amuk Naina yang masih kaget dengan keberadaan Zio.

"Es teh manis, buat cewek yang paling manis." Katanya dengan tersenyum sambil menyodorkan segelas es teh manis kepada Naina.

"Idih! Makasih. Harus sama gelasnya juga nih?"

Zio tertawa. "Ya gimana, biar beda sama yang lain."

"Lo ngapain kesini?" Tanya Naina sambil mengaduk es teh manis yang ternyata gulanya masih mengendap dibawah. "Nggak papa sih, lagian juga diosis urusannya usah ada yang handle."

RAKAVATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang