"Kebelakang yuk!" Ajak Rangga membuat ketiga temannya menoleh kearahnya meminta jawaban.
"Renang." Cengir Rangga.
"Lo aja sendiri, gue mau rebahan." Ucap Riva santai sambil memejamkan matanya.
"Nggak asik! Raka pergi kemana sih? Pulang sekolah juga udah dari tadi." Kesal Rangga yang sedari tadi menunggu Raka diambang pintu kamar.
Alved melirik Rangga sekilas. "Pantengin terus, sampai lo berubah jadi iron man."
Rangga duduk disofa saat kakinya terasa mulai pegal. "Dari mana aja lo?" Tanya Rangga yang melihat Raka membuka pintu.
"Kenapa lo?" Timpal Jayno yang melihat Raka langsung berbaring ditempar tidur, di sebelah Riva.
Riva menoleh, menenatap Raka yang sedang memejamkan matanya.
Plak!
Raka melempar kasar bantal yang ada disebelahnya kearah Riva. Tanggan kanannya memegangi keningnya yang terasa sakit.
"Lo ngapain ?!""Kesambet lo va?" Celetuk Rangga, membuat Jayno memeluk Rangga seperti orang yang sedang ketakutan.
"Apaan sih lo?!" Amuk Rangga yang berusaha melepaskan pelukan dari Jayno.
"Ripaaaa, lo sehat walafiat kan?" Tanya Alved yang hanya diangguki oleh Riva.
"YEAYYYYY KALIAN KENA PRANKKK KENA PRANKK GUE BERHASILLLL UHUYYY. KATAKAN PETA KATAKAN PETA." Teriak Riva sambil loncat-loncat di atas tempat tidur.
"Sinting."
"MAKANYA NGGAK USAH PADA SOK SERIUS. SANTUYYY SANTUYYY PERANGNYA MASIH NANTI MALAM." Heboh Riva lagi.
"Lo sekarang bisa sok santuy, awas kalau nanti malam lo keringat dingin. Gue nggak mau nanggung." Skak Alved membuat Riva menghentikkan loncatannya.
"ITU URUSAN BELAKANGAN. ASEK NGANTUK GUE TIBA-TIBA ILANG, MAS RAKA MASIH NGAM---"
"ABANG!!! BILANGIN KETEMAN ABANG JANGAN BANYAK BACOT BANG! BERISIK! AWAS KALAU TERIAK LAGI. SASA SOBEK MULUTNYA PAKAI GERGAJI." Teriak seorang gadis dari luar kamar.
Jleb!
Kalimat itu sukses membuat kaki Riva tiba-tiba lemas. Ke'empat temannya tertawa tebahak-bahak melihat raut wajah Riva yang berubah menjadi pucat pasi.
"Adik lo disini? Anjir sih omongannya pedes bener tuh anak. Les dimana sih adik lo ngomongnya kok gitu?"
"Tanya sendiri, gue pangg---"
"Eitss nggak usahh, nggak usah repot-repot. Gue mau tidur aja." Cegah Riva yang akhirnya kembali memposisikan dirinya berbaring disebelah Raka.
"Btw bro, bener Valas yang nyerang lo kemarin pas lo sama Naina di mall?" Tanya Jayno. "Yoi."
"Bang." Riva mengerutkan keningnya, mengubah posisinya menjadi duduk, melihat nama yang tertera di layar ponselnya.
"Kenapa to?" Tanya Riva. "Kesambet apa lo panggil gue bang?" Lanjut Riva.
Itu, Tito. Perwakilan dari SMA Pelita, satu sekolah dengan Gea.
"Serius nih! Anjenk lo."
"Ya, kenapa? Ada apa?"
"Tadi gue telpon Raka sama Rangga nggak diangkat." Raka dan Rangga langsung menatap Riva, mengerutkan keningnya, padahal mereka berdua baru saja mabar game online.
"Volumenya tambah lagi." Kata Rangga membuat Riva menambah volume suara.
"Waktu sekolah lo pergi ke Bandung, acara osis kan? Nah waktu itu ada salah satu anak Valas lewat depan markas kita, kayak nantangin. Karena sebelum itu Dika nggak sengaja ngejelek-jelekkin Valas, dan mungkin ada anak Valas yang denger terus nggak terima."
KAMU SEDANG MEMBACA
RAKAVA
Teen FictionRakava Andrian Pratama. Ketua geng motor Dalagaz yang tampan, gagah, berhati dingin, pemberani, dan angkuh, tetapi bisa berubah menjadi seorang laki-laki yang menggemaskan dimata para perempuan, atau bahkan kejam dan tidak tau rasa belas kasih, sesu...