Setelah itu, setengah jam mereka berada dikelas. Naina, Firla, dan Chia akhirnya berada di kantin.
"Kalian mau pesen apa? Biar gue yang pesen." Ucap Firla semangat.
"Gue siomay sama es teh aja deh." Ucap Naina.
"Gue sama kayak Naina deh Fir." Usul Chia.
"Oke." Kata Firla sambil melangkah pergi ke arah penjual siomay. Tetapi tiba-tiba tangan Firla di pegang oleh Chia.
"Tapi, lo yang traktir kan?" Kata Chia dengan cengiran kudanya.
"Enak aja lo bagong! Gue yang pesen gue juga yang bayar. Emang gue mak lo?" Firla langsung menonyor kepala Chia.
"Cepet deh Fir, gue laper, suwer tadi belum sarapan." Protes Naina dengan wajah lesu.
"Iya, sabar nyonya besar."
Setelah makanan mereka datang, mereka asik dengan makanan mereka sendiri. Naina yang memakan siomaynya dengan sangat lahap seperti belum makan satu tahun, Firla yang memakan nasi goreng dengan pelan-pelan dan Chia memakan siomaynya dengan belepotan.
Tiba-tiba kepala Naina menoleh kearah pojok kantin. Tempat duduk kantin yang hanya boleh di duduki oleh anggota Dalagaz. Selain anggota Dalagaz, langsung kill.
"Kenapa lo? Lihat apaan?" Tanya Chia penasaran.
"Nggak papa."
BRAK!
Orang-orang yang berada di kantin langsung melihat ke arah sumber suara, lebih tepatnya ke arah Chia. Begitu pula dengan komplotan Raka yang ikut menoleh ke arah meja kantin Naina.
"Hehehe maaf ya, nggak sengaja."
"Lo ngapain sih?"
"Iya, kan gue udah minta maaf. Sensi amat dah sama gue, ya nggak Fir?" Tanya Chia yang meminta persetujuan dari Firla yang sedari tadi hanya santai menghadapi Chia yang sungguh membuat semua orang mendadak punya penyakit jantung.
"Nggak, nih duitnya lo yang bayar." Suruh Firla pada Chia sambil menyodorkan selembar uang kertas berwarna biru.
"Ya, kan lo yang bayar." Kata Chia tak tahu diri.
"Kan ini pake duit gue tolol! Lo yang tinggal ke penjualnya, apa susahnya sih?!" Gerutu Firla.
"Kan lo juga bisa, kenapa tadi nggak sekalin bayar sih?" Ucap Chia membuat Firla menatap Chia dengan tajam.
"Nggak tau diri, lo Chi." Gemas Naina melihat tingkah Chia yang membuatnya kesal sendiri.
"Lo nggak mau nih? Ya udah nggak jadi gue traktir, yang gue traktir cuma Naina."
"Iya-iya gue yang bayar, lo tunggu gue disini. Awas aja lo balik ke kelas." Kata Chia yang akhirnya mengalah.
"Good girl." Jawab Firla sambil mengacak-acak rambut Chia dengan kasar.
"Nggak usah gitu juga kali! Ish!"
Setelah itu mereka kembali ke kelas. Dan kalian pasti tau bagaimana suasana kelas jika sedang jamkos.
Banyak yang menyebarkan hot news, nge stand up komedi di depan kelas, main game sambil tiduran di atas meja seperti orang mati, curhat dari hati kehati, pergi ke kantin sampai jam pulang sekolah, dll.
Naina memilih ke perpustakaan sekolah sendirian, sedangkan Firla dan Chia memilih berada didalam kelas.
Tetapi tak sengaja saat berjalan mengambil buku di rak paling tinggi tubuh Naina menabrak dada bidang seseorang.
BRUK!
"Aduh!" rintih Naina.
"Hobi banget nabrak gue." Sindir Raka dengan memincingkan matanya. "Bacot."
"Dih, gak tau diri."
"KAMPRET! BISA DIEM G---" Kata kata Naina terpotong karena mulutnya tiba-tiba dibekap oleh Raka.
"Lo bisa baca?" Ujar Raka dengan mengarahkan kepala Naina kearah dinding perpustakaan, membuat Naina membaca tulisan.
"PERPUSTAKAAN SEKOLAH, Harap Tenang."
"Udah tau! tangan lo habis pegang apa?!" Tanya Naina mengintrogasi.
"Sampah." Singkat Raka dengan santai.
"Dasar ya!" Naina mencubit bahu kekar Raka.
"Sakit! Sinting ya lo?!"
"Suka banget ya lo tonjok-tonjokan kayak tadi?" Tanya Naina basa-basi mengingat saat di kantin tadi Raka lagi-lagi berantem dengan salah satu siswa kelas sebelas.
"Kenapa? Mau gue tonjok juga?" Tanya Raka.
"Emang kerjaan anak geng motor itu gitu ya? Masalah kalian apa sih emangnya? Kayak di dunia ini yang punya masalah serius cuma lo doang sampai-sampai harus bikin onar, ganggu aktifitas orang." Cerosos Naina panjang lebar.
Raka mendekatkan tubuhnya kearah Naina, semakin dekat dan sangat dekat sampai punggung Naina membentur dinding pojok perpustakaan. Mengunci pergerakan Naina.
"Emang kerjaan lo cuma bisa ngomong panjang lebar doang ya? Suka cari masalah ya? Suka ikut campur masalah orang ya?" Jawab Raka menirukan cara bicara Naina.
"Yang ada dipikiran lo tentang geng motor itu apa cantik? Nggak usah sok tau jadi orang. Urusi aja hidup lo sendiri, belum bener kan hidup lo." Lanjut Raka dengan jari telunjuk menyentil dahi Naina dengan keras.
"Tau apa lo tentang hidup gue?" Sewot Naina.
"Lo yang mulai duluan, jangan sampai gue tambah marah terus bikin lo----" Raka menghentikan kalimatnya, menatap Naina yang sedang menunduk ketakutan. "Gue udah bilang kan sama lo, jangan bawa-bawa Dalagaz kalau lo nggak mau mati. Kurang baik apa gue?"
Naina mendongak. "Baik? Orang yang baik aja nggak pernah menganggap dirinya baik. Sedangkan lo! Sok bilang kalau lo baik. Kalau lo emang baik, lo nggak akan bolos, nakal, sama berantem nggak jelas kayak tadi."
Raka tertawa sumbang, untung saja guru piket penjaga perpustakaan sedang tidak ada. "Sekarang gue tanya sama lo, kenapa lo seakan-akan benci banget sama gue? Kenapa? Gue pengen tau alasan lo."
"Harus gue jawab? Penting jawaban gue buat lo? Nggak kan? Nggak usah sok pengen tau kenapa gue nggak suka sama lo."
"Woi! Keluar ka!" Teriak Alved yang sudah berada di luar perpus. "Warung Mbok Jum, gece!"
Raka menoleh kearah pintu, ternyata bukan hanya Alved saja yang datang. Rangga, Jayno dan Riva juga ada. Empat cowok itu menatap Raka yang masih mengunci pergerakan Naina. "Ngapain tuh kalian berdua? Malah ena-ena di dalam perpus."
"Woi! Cepet lah! Keburu dilihat sama Bu Kas." Teriak Riva cukup keras.
Raka akhirnya berjalan keluar kelas, emosinya masih memburu. "Urusan kita belum selesai!" Suara itu membuat Naina menelan ludahnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
RAKAVA
Teen FictionRakava Andrian Pratama. Ketua geng motor Dalagaz yang tampan, gagah, berhati dingin, pemberani, dan angkuh, tetapi bisa berubah menjadi seorang laki-laki yang menggemaskan dimata para perempuan, atau bahkan kejam dan tidak tau rasa belas kasih, sesu...