Bagian 7

299 18 3
                                    

"Eh Chi, Naina kok belom dateng sih?" Firla celingak-celinguk.

"Iya ya, gue takut itu anak kenapa kenapa di gudang." Timpal Chia.

"Dia kayaknya ngambek deh sama kita."

"Iya ih, terus gimana?"

"HADUH! CAPEK!" Teriak Naina saat masuk kedalam kelas lalu duduk disebelah Firla, dengan tangan yang dijadikan sebagai kipas.


"Ngapain lari-lari? Dari mana?"

"Gudang lah! Bego!"

"Kok lama?" Kata Firla yg kepo.

"Panjang ceritanya, capek gue. Tadi ada Bu Rere?" Tanya Naina.

"Nggak ada." Jawab Chia dan Firla kompak, dan mendapat pelototan tajam dari Naina membuat keduanya cengengesan.

"GILA LO BERDUA?! KENAPA NGGAK NYUSUL GUE?!" Ucap Naina nyaring.

"Sorry, tadi gue sama Chia mau nyusul lo ke gudang. Tapi bocah satu ini katanya laper terus ngajak ke kantin."

"Maaf kali Nai, gue dari tadi pagi belum sarapan." Ujar Chia.

"Bodo amat!"

***

Raka masuk kedalam rumahnya, naik ke lantai atas menuju kamarnya. Saat di dalam kamar, dia melempar tasnya kesembarang tempat, lalu tidur terlentang sambil menatap langit langit kamar. Baginya hari ini sangat melelahkan karena sepulang dari sekolah tadi, ada rapat dadakan dari osis mengenai Pemilihan Ketos.

Niat Raka ikut kandidat osis untuk menghilangkan rasa bosan, tetapi tadi saat rapat osis, Raka malah beradu tatap seperti saling ingin membunuh dengan Elzio Saputra, ketua geng Valas.
Mungkin jika tadi ada satu karambit, perang dunia antar geng dimulai.

Tiba-tiba pikirannya teringat kejadian di rooftop sekolah tadi. Sudut bibirnya terangkat, menampakkan senyum miring khasnya.

"Bang, makan dulu. Mamah sudah buatin nasi goreng." Ujar Sarah mamah Raka.

"Nanti."

"Nanti keburu dingin nasinya."

"Hmm."

"Oke, mamah tunggu di bawah."


***

"Nai, ke supermarket depan dong. Tolong beliin Bunda tepung, buat bikin kue." Kata Kiran.

"Aduh Bunda, ngantuk ih. Suruh abang aja lah." Protes Naina.

"Abang pergi ke rumah temennya."

"Males ah." Ucap Naina dengan muka ditekuk.

"Ya udah, nanti kalau kuenya udah jadi kamu nggak boleh makan." Kata Kiran mengancam.

"Ya iya Bun, mana uangnya?" Pasrah Naina kemudian.

"Ini, yang ikhlas belinya." Ujar Kiran sambil menyodorkan selembar uang kertas kepada Naina.

RAKAVATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang