Raka meneguk minuman yang sedari tergeletak dimeja. Sekarang dia berada di warung mbok jum, warung yang berada dibelakang sekolah. Dengan seragam sekolah yang awut-wutan, rambut acak-acakan, dan dasi yang dia kalungkan di leher. Biar metal katanya.
"Gue kira lo butuh pacar deh." Riva menatap Raka yang kini menatapnya dengan tatapan horor seperti ingin melahapnya habis-habisan.
"Pacar? Mending langsung nikah." Usul Alved menjentikkan jarinya.
"Nikah mulu pikiran lo, sekolah aja masih bego." Timpal Rangga yang sedari tadi hanya menyimak perdebatan dari teman-temannya.
"Gue nggak butuh pacar." Suara khas milik Raka membuat ke'empat sahabatnya saling menatap.
"Butuh deh, gue kira kalo lo punya pacar pasti nanti lo bakal keurus. Move on deh dari Tari." Ucap Alved.
"Keurus? Lo kira Raka bocil yang di perempatan gang kompleks rumah lo? Yang kalau pas sore mabar game online." Kata Rangga yang malah sebal sendiri.
"Lo nyuruh Raka nyari pacar apa pembantu ped? Jangan deh kalau pembantu, kasihan Bi Jeje diduakan."
Pletak!
"
Sialan, malah sampai Bi Jeje segala. Kesandung nanti."
"Pala lo cari pembantu ah, yang bener gitu kalau ngomong." Tonyor Riva, sukses mengenai kepala Jayno.
Raka malah tertawa mendengar ejekan demi ejekam dari teman-temannya. "Lo nyuruh gue cari pacar tapi lo semua jomblo. Gimana nih maksud lo?"
Diam, semuanya diam mendengar skak mat dari Raka. "Minta rokok ang." Rangga melihat Raka, bukan hanya Rangga saja melainkan semuanya. Sesuatu yang langka kembali terjadi.
Sesuatu yang jarang sekali Raka sentuh. Benda yang Raka benci seumur hidupnya itu karena telah membuat Ayahnya pergi meninggalkannya.
"Mau ngerokok lo?" Polos Rangga.
"Nggak, mau minum!" Raka menyambar rokok yang Rangga pegang, berjalan keluar warung sembari memetik korek api.
"Kenapa tuh?" Senggol Riva. "Mana gue tau, langka loh."
"Kembali ketopik, Raka! Lo suka sama Naina?"
"Nggak."
"Sialan! guee tau kalo lo itu suk--"
"Gue balik." Potong Raka kembali masuk kedalam warumg, menyampirkan tas ransel hitam dipundaknya.
"Naina siapa?" Tanya Aldo seorang siswa dari sebelah, SMA Permita yang juga anggota Dalagaz.
"Anjrit! Suka banget lo nguping." Heran Alved.
"Anjing! Kayak anak cewek suka ngambek!" Teriakan itu sukses membuat Raka berhenti berjalan dan menoleh kearah Aldo.
"Sukurin lo, do. Mati lo hari ini." Riva cekikikan senang melihat wajah Aldo yang langsung berubah. "Nggak lo ka, ini nih si Alved."
***
Ceklek!
Raka langsung menyelong masuk kedalam rumah. Dia tak memperhatikan jika di ruang tamu ada Mamahnya yang sedang menunggunya pulang.
KAMU SEDANG MEMBACA
RAKAVA
Teen FictionRakava Andrian Pratama. Ketua geng motor Dalagaz yang tampan, gagah, berhati dingin, pemberani, dan angkuh, tetapi bisa berubah menjadi seorang laki-laki yang menggemaskan dimata para perempuan, atau bahkan kejam dan tidak tau rasa belas kasih, sesu...