satu

1.2K 125 3
                                    

Carmina menatap sinar matahari yang masuk melalui jendela kamarnya. Carmina menghembuskan napasnya dan segera bersiap-siap untuk memulai aktivitasnya. Carmina memakai peralatannya saat bekerja dan segera pergi dari rumahnya.

"Carmina! Ini masih pagi, mengapa kau tidak sarapan terlebih dahulu?" tawar Alice.

Carmina menatap teman dekatnya itu dan menggeleng. "Tidak, ada yang harus aku selesaikan hari ini. Aku tidak boleh terlambat. Sampai jumpa, Alice,"

Carmina kemudian segera berjalan ke bukit yang berada dekat dengan desanya. Carmina menjual tanaman obat untuk bertahan hidup. Setidaknya, itulah yang ia inginkan pada kehidupannya yang ke dua puluh lima kali ini.

"Andai saja aku bisa pergi lebih jauh lagi, mungkin aku bisa mendapat lebih banyak uang. Kali ini aku terlahir sebagai putri bangsawan miskin yang diusir oleh orang tuanya," ucap Carmina pelan sambil mengamati tanaman obat yang ada.

Carmina membuka bukunya dan memastikan tanaman obat itu. Ia kemudian mencabut tanaman obat itu dan memasukkannya ke dalam tas. Setelah beberapa jam melakukan hal itu, Carmina memutuskan untuk beristirahat di bawah pohon yang rindang.

"Kapan kehidupan yang menyedihkan ini akan berakhir? Tahun ini aku sudah berumur dua puluh tahun. Usia maksimal selama aku hidup adalah dua puluh lima tahun. Kira-kira apa yang penyebab kematianku kali ini?" tanya Carmina pada dirinya sendiri.

Carmina terus mengalami kelahiran kembali sebanyak dua puluh lima kali. Carmina mendapatkan kesadarannya saat ia pertama kali lahir. Awalnya, Carmina berpikir bahwa ia terus diberi kesempatan untuk memulai hidup yang baru. Tapi setelah mengalami itu berkali-kali, Carmina merubah pikirannya. Ini lebih terasa seperti kutukan.

"Kapan penderitaan ini akan berakhir? Ditusuk, diracun, dijebak, kecelakaan, dibunuh oleh binatang, aku sudah pernah mengalami semuanya. Aku masih mengingat dengan jelas bagaimana rasa sakitnya. Apakah mereka tidak berniat untuk menghentikan siksaan ini? Apakah aku benar-benar orang yang berdosa?" tanya Carmina putus asa.

Berapa ratus tahun pun berlalu, ingatan Carmina tidak pernah menghilang. Ia bisa mengingat detail-detail kehidupan sejak kehidupannya yang pertama. Carmina selalu merasakan siksaan dalam ingatannya itu.

"Bahkan mereka sama sekali tidak berniat untuk memberikan kehidupan yang tenang padaku. Sebenarnya apa dosa yang aku buat sehingga aku dihukum sekejam ini. Jika aku sejahat itu, aku rasa siksaan dalam dua puluh lima kehidupan sudah sangat cukup," lanjut Carmina.

Carmina menutup matanya dan menggumamkan sebuah nada yang selalu ia senandungkan sejak ia kecil. Alunan nada itu yang membuat emosi Carmina stabil setelah mendapat siksaan selama hidupnya. Tapi sampai saat ini Carmina tidak mengingat di kehidupan yang mana ia pertama kali menggumamkan nada itu.

Carmina bangkit dan segera kembali ke desa. Ia membawa tumbuhan-tumbuhan itu ke sebuah toko. "Paman Sam, aku mendapatkan lumayan banyak tanaman obat,"

Sam, seorang laki-laki dewasa yang sudah menginjak kepala empat kemudian segera memisahkan tanaman-tanaman obat yang dibawa oleh Carmina. Setelah menghitung jumlahnya, ia segera memberikan seratus barrel kepada Carmina.

"Carmina, ada seseorang dari menara sihir yang ingin bertemu denganmu. Dia membutuhkan bantuanmu dalam membuat ramuan obat. Kau tahu jika bakatmu itu sangat berguna, bukan? Aku rasa kau bisa menerima tawarannya," ucap Sam.

Carmina mengangkat satu alisnya. "Benarkah? Apakah dia meninggalkan sesuatu untukku? Seperti kertas sihir? Atau semacamnya?"

"Sayang sekali, dia tidak meninggalkan apa pun. Aku rasa dia sedang terburu-buru sehingga dia tidak meninggalkan apa pun. Tapi aku yakin dia akan kembali. Kau adalah orang yang menyelamatkan desa kami dari wabah penyakit," jawabnya.

Carmina tersenyum. "Aku rasa aku memang harus menyelamatkan kalian dengan ilmu pengetahuanku. Jika aku tidak bisa menyelamatkan kalian dengan ilmuku ini, maka sia-sia saja. Aku akan menjadi orang yang tidak berguna,"

Carmina segera pergi dari toko itu dan kembali ke rumahnya. Langit mulai berubah menjadi warna kemerahan. Carmina segera memasak makanan dan membersihkan dirinya. Ia kemudian menatap tanda lahir berbentuk sayap yang ada di tangannya.

"Aku yakin tanda lahir ini ada hubungannya dengan kutukan itu. Anehnya, ini tidak terlihat seperti tanda lahir, lebih terlihat tato. Tapi tanda lahir ini selalu ada di kedua puluh lima kehidupanku," ucap Carmina.

Carmina kemudian segera menghabiskan makanan yang telah ia masak. Setelah selesai, Carmina duduk di meja yang ada di rumahnya. Carmina pergi ke desa ini karena orang tuanya membenci semua anak perempuannya. Carmina memiliki lima saudara, dan ia tidak tahu di mana empat saudara perempuannya yang lain.

"Aku memang tidak dekat dengan mereka, tapi aku menyayangi kakak dan adik perempuanku. Apakah mereka bisa bertahan hidup? Mereka tidak memiliki kemampuan untuk bertahan hidup. Berbeda denganku yang sudah terbiasa dengan hal seperti ini," ujar Carmina ragu.

Tiga tahun yang lalu, Carmina datang ke desa yang sedang dilanda wabah penyakit. Karena ia pernah berprofesi sebagai tabib di kehidupan sebelumnya, Carmina berusaha dengan keras untuk menyembuhkan mereka. Perjuangan Carmina tidak sia-sia, semua warga di desa itu sembuh. Mereka kemudian memberikan sebuah rumah kecil untuk Carmina.

Carmina kemudian mengingat kata-kata Sam. "Siapa penyihir yang mencariku? Aku yakin orang itu hanya mengaku-ngaku sebagai penyihir agar dia mendapat perhatian. Tidak mungkin ada penyihir yang mau mencari orang sepertiku, kecuali penyihir itu memang gila,"

Esok paginya, mulut Carmina terbuka lebar ketika melihat seorang laki-laki yang tidur di depan rumahnya. Carmina tidak mungkin membangunkan semua orang saat pagi masih buta, jadi dia menyeret laki-laki itu ke dalam dan mengikat tangan dan kakinya.

"Mari kita tunggu dia bangun. Sebenarnya apa yang dia lakukan di depan rumah seorang perempuan sepertiku? Apakah dia penguntit?" tanya Carmina kesal.

Carmina memutuskan untuk memasak makanan. Ia kemudian terhanyut dalam kegiatannya itu dan tidak menyadari jika laki-laki itu sudah terbangun dan melihatnya. Tapi laki-laki itu hanya diam dan melihatnya.

Saat Carmina telah selesai dan membalik badannya, ia hampir menjatuhkan sup yang telah ia masak. "Astaga! Kenapa kau tidak memberitahuku jika kau sudah bangun? Lalu kenapa kau tertidur di depan rumah seorang perempuan yang tinggal sendiri?"

Laki-laki itu mendesah. "Aku yakin kau akan terkejut jika aku tiba-tiba berbicara. Aku terus mencarimu sejak pagi, tapi warga desa mengatakan jika kau sedang mencari tanaman obat. Aku memutuskan untuk berkeliling desa setelah matahari terbenam. Sayangnya, setelah aku menemukan rumahmu, kau sudah tertidur. Jadi aku memutuskan untuk tidur di depan rumahmu,"

Carmina memutar matanya. "Jadi kau yang katanya penyihir itu? Jangan berbohong, tidak mungkin ada penyihir yang akan mencari orang sepertiku. Masih ada banyak sekali orang yang lebih berbakat dariku di luar sana. Katakan tujuanmu yang sebenarnya,"

"Memang masih ada orang yang lebih berbakat, tapi orang itu berasal dari kerajaan sebelah. Tidak mungkin aku meminta bantuan kepada kerajaan sebelah di saat konflik yang memanas seperti ini. Aku adalah Norrix Zayne, aku yakin kau pasti sudah pernah mendengar namaku," jawab Norrix.

Mata Carmina mendelik. "Untuk apa penyihir agung dan ketua menara sihir pergi mencariku? Apakah ramuan obat itu benar-benar hal yang penting? Atau kalian ingin menggunakan ilmu pengetahuanku untuk bereksperimen?"

"Astaga, aku belum pernah bertemu dengan seseorang yang memiliki pikiran senegatif dirimu. Aku dengar kau berhasil menyembuhkan wabah penyakit di desa ini. Kini kerajaan sedang berada di ambang bahaya karena wabah penyakit itu merebak di mana-mana. Kami butuh bantuanmu," ucap Norrix memohon.

Carmina terdiam ragu. Ia kemudian berpikir, mungkin saja dia harus berbuat baik sebanyak-banyaknya agar kutukan reinkarnasinya itu menghilang. Dengan pelan, Carmina mengangguk. "Baiklah, aku juga tidak ingin merasa kesulitan karena kerajaan berada di ambang bahaya. Ayo kita buat perjanjian,"

Norrix tersenyum senang dan mengeluarkan kertas yang ada di dalam tasnya. Carmina membaca perjanjian itu dengan teliti dan menandatanganinya. Norrix kemudian segera memasukkan kertas itu ke dalam tasnya. "Ah, siapa namamu?"

"Carmina, Carmina Sharpe," jawab Carmina tegas dan Norrix tersenyum kecil.

Saudade [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang