Carmina terus bereksperimen di laboratorium. Ia masih mencoba mencari tahu apa yang sebenarnya terjadi pada tubuhnya. Norrix juga terus membantu Carmina dalam membuat ramuan obat itu. Carmina memejamkan matanya karena dadanya kembali terasa sakit.
"Carmina? Jika kau merasa kelelahan, lebih baik kau beristirahat. Kau tahu jika kau belum sembuh sepenuhnya, bukan?" ucap Norrix sambil menepuk bahu Carmina.
Carmina menggeleng. "Tidak, aku harus berusaha untuk menemukan obat yang cocok. Aku tidak boleh beristirahat terlalu banyak,"
Norrix hanya bisa mendesah mendengar jawaban Carmina. Norrix merasa jika Carmina bekerja seperti seorang budak. Ia bekerja tanpa henti dan tidak beristirahat sama sekali. Norrix kemudian kembali melakukan pekerjaannya.
Carmina mencoba meminum salah satu ramuan obat itu dan meletakkan tangannya di dada. Ia kemudian kembali memejamkan matanya. Norrix memperhatikan Carmina dalam diam. Carmina kemudian tersenyum.
"Sepertinya aku sudah menemukan obat yang cocok. Tapi aku masih harus melakukan penelitian. Biasanya ada beberapa orang yang tidak cocok dengan obat-obatan ini. Aku akan berusaha lebih keras lagi," ucap Carmina.
Norrix menatap obat yang diminum oleh Carmina. Ia kemudian mengambilnya dan meminumnya juga. Mata Norrix mendelik ketika merasakan sensasi dingin di tubuhnya. "Apa khasiat obat ini? Kenapa aku merasakan sensasi dingin di tubuhku?"
"Obat ini berfungsi untuk menyembuhkan organ-organ dalam yang rusak. Phantom Eye sudah melukai organ dalamku dan aku harus segera menyembuhkannya. Jika aku terlambat maka mungkin aku sudah mati sekarang," sahut Carmina.
"Bisakah kau tidak mengatakan hal seperti itu dengan mudah? Jujur saja, aku merasa tidak nyaman. Aku ingin kau bisa hidup lebih lama, Carmina," ucap Norrix.
Carmina meletakkan obat-obat itu dan menatap Norrix. "Aku sudah mencoba, Norrix. Tapi tidak akan ada yang berubah. Kau hanya akan menjadi salah satu orang yang pernah singgah dalam hidupku kemudian pergi. Mungkin saja aku akan melihat kematianmu dan kau juga akan melihat kematianku,"
"Carmina, bagaimana jika aku membantumu untuk lepas dari kutukan itu? Apakah kau mau menerima tawaranku? Aku berjanji akan membantumu," ucap Norrix serius.
Carmina menatap Norrix dengan tatapan yang tidak bisa diartikan. Belum pernah ada orang yang menawarkannya untuk lepas dari kutukan itu. Carmina terdiam sejenak dan berpikir. Ia tidak yakin Norrix bisa melepaskan kutukan itu. Namun, mungkin Carmina bisa mencobanya.
"Baiklah. Tapi aku benar-benar tidak mempunyai petunjuk sama sekali tentang ini, kecuali namaku yang selalu sama di setiap kehidupan dan tanda lahir berbentuk sayap yang juga selalu ada di setiap kehidupanku," jawab Carmina.
Norrix menyipitkan matanya. "Baiklah, dua hal itu saja sudah terdengar aneh. Bagaimana mungkin kau selalu memiliki nama dan tanda lahir yang sama di ke dua puluh lima kehidupan? Sepertinya ada seseorang yang mengaturnya seperti itu,"
"Aku juga tidak mengerti. Awalnya aku berpikir ini semua hanya kebetulan, tapi ini terlalu janggal untuk dibilang sebuah kebetulan. Bukan hanya dua kali, tapi sampai dua puluh lima kali!" pekik Carmina.
"Carmina, maaf jika aku menanyakan hal ini. Tapi apa yang menyebabkan kau meninggal di setiap kehidupan? Berapa umur termudamu saat kau meninggal?" tanya Norrix.
Carmina mencoba untuk mengingat itu kembali dan tubuhnya langsung terasa lemas. Norrix langsung menangkap tubuh Carmina yang hampir jatuh dan membawanya ke sofa. "Ah, sebaiknya aku memang tidak boleh menanyakan hal itu. Kau tidak perlu menjawabnya,"
"Tidak, aku akan menjawabnya. Umur termudaku saat meninggal adalah lima belas tahun. Penyebab kematianku ada banyak, dan selalu mengenaskan. Aku pernah diracun, dijatuhkan dari terbing, digigit oleh binatang buas hingga anggota badanku terkoyak, ditusuk oleh pembunuh bayaran, saudara, bahkan orang tuaku sendiri. Dipenggal karena aku dicurigai sebagai roh jahat yang lahir berkali-kali karena aku menceritakan hal itu," Carmina mengatur napasnya yang tidak beraturan.
Norrix memeluk Carmina. "Tenang, Carmina. Di kehidupanmu yang kali ini aku berjanji akan melindungimu dari orang-orang seperti itu. Aku berjanji kau tidak akan merasakan hal seperti itu lagi,"
"Seseorang pernah mengatakan hal seperti itu kepadaku, dan dia berakhir membunuhku. Aku terluka, tapi pada akhirnya aku terbiasa dengan hal itu. Pada akhirnya tidak ada orang yang bisa aku percayai. Mereka akan membenciku atau kemungkinan yang paling buruk, mereka ikut serta dalam penyebab kematianku," jawab Carmina.
Norrix menatap Carmina dengan tatapan gemetar. Perempuan ini, Norrix memang tahu jika Carmina adalah orang yang dingin. Norrix menatap Carmina dengan lelah. Norrix tidak ingin menyerah begitu saja.
"Carmina, apakah kau tahu janji sihir? Janji itu mengikat dua orang yang terikat dengan janji itu. Jika aku melanggar janji itu, maka aku akan memberikan sisa hidupku kepada dirimu. Ayo kita lakukan perjanjian itu," putus Norrix.
Carmina mendelik. "Kau gila?! Jangan pernah melakukan perjanjian itu! Jika kau benar-benar tidak ingin membantuku, tolong lindungi saja aku hingga aku meninggal. Itu saja sudah cukup untukku,"
Norrix terdiam. Ia tidak ingin Carmina kembali menjalankan siksaan itu. Norrix terus berpikir bagaimana caranya mematahkan kutukan itu. "Baiklah. Tapi aku akan tetap mencari tahu apa yang membuatmu seperti itu,"
Carmina hanya mengangkat bahunya. "Bagaimana dengan obat yang aku buat? Apa ada reaksi positif dari pasien? Atau ada reaksi negatif?"
"Mereka semua memuntahkan cairan hitam itu. Tapi ada juga yang tidak memuntahkannya. Sepertinya Phantom Eye sudah terlalu banyak jumlahnya di dalam tubuh orang itu," jawab Calla.
Gerard mengangguk. "Ada juga yang sudah terlalu parah sehingga walaupun parasit itu telah keluar, mereka masih menderita sakit parah. Kita harus mengembangkan obat yang bisa menyembuhkan organ dalam yang terluka,"
Carmina langsung mengambil obat yang tadi ia minum dan menunjukkannya pada Gerard dan Calla. "Ini obatnya. Aku harus melakukan penelitian lagi agar obat ini bisa menyembuhkan dengan lebih baik,"
"Wow, Carmina, kau benar-benar cepat. Kami semua benar-benar berhutang budi kepadamu. Aku yakin seluruh orang di kerajaan akan mengingat kebaikanmu," ucap Calla sambil menepuk-nepuk bahu Carmina.
"Benar. Setelah menunggu berhari-hari tanpa harapan yang pasti, Carmina datang dan langsung mengetahui apa penyakit itu. Carmina, apakah kau pernah belajar di kerajaan lain?" tanya Gerard penasaran.
Carmina tersenyum kaku. "Ah, mungkin bisa dibilang begitu? Sulit untuk menjelaskannya. Kalian tidak akan mengerti,"
Calla hanya mengangguk. "Gerard, ayo kita cari penyihir lain dan segera beritahu obat ini pada mereka. Aku yakin mereka pasti senang dengan penemuan ini,"
Calla dan Gerard langsung keluar dari ruangan. Norrix melirik mejanya dan melihat beberapa lembar kertas. Norrix kemudian mengambil kertas itu dan membacanya. Mata Norrix mendelik ketika membacanya.
"Carmina tenyata juga pernah menjadi putri? Astaga, seharusnya dia tidak mendapat takdir seburuk itu jika dia terlahir menjadi putri. Tapi dari laporan ini dia dibunuh oleh keluarganya sendiri, sangat menyedihkan," Norrix berdecak.
Norrix kemudian lanjut membaca biodata-biodata itu. "Hanya ada dua belas biodata saja. Tapi aku takjub mereka masih biodata selama tiga abad seperti ini. Pasti menyiksa sekali hidup seperti itu. Jika aku berada di posisi Carmina, maka aku akan lebih memilih tinggal di neraka selamanya dari pada seperti itu,"
Norrix kemudian masuk ke dalam laboratorium dan menyadari jika Carmina tertidur. Norrix tersenyum pelan melihat itu. Ia mengangkat tubuh Carmina ke kamarnya. "Selamat tidur, Carmina,"
KAMU SEDANG MEMBACA
Saudade [END]
FantasyCarmina Sharpe selalu memiliki nasib yang menyedihkan. Ia akan mati dengan mengenaskan, lalu hidup kembali. Situasi itu terus terulang tanpa henti. Carmina tidak mengerti mengapa ia terus mengalami hal itu. Namun, Carmina tetap mencoba untuk menjala...