tujuh belas

200 47 8
                                    

putar lagu di atas biar lebih kerasa feelnya ^^

***

Carmina menatap jalanan yang mulai berbatu. Norrix benar-benar serius ketika dia mengatakan akan membantunya. Carmina sendiri masih ragu dengan hatinya. Dia tidak bisa membantah jika dia masih mencintai Norrix, tapi semuanya terasa abu-abu.

"Aku rasa sebentar lagi kita tidak akan bisa menggunakan kereta kuda. Ada sungai yang lumayan besar. Aku akan menggunakan sihirku agar kita bisa melewatinya," ucap Norrix.

Carmina mengangguk. Dia masih mengingat jalannya, walaupun dia tidak yakin jika semuanya masih sama. Semuanya sudah berubah. Carmina bahkan terkejut ketika menyadari jika ada banyak pohon yang sudah ditebang.

Beberapa saat kemudian, kereta kuda berhenti. Carmina dan Norrix turun dari kereta kuda dan menatap sungai yang memiliki arus yang deras. Carmina menatap pemandangan di depannya dan menyadari jika ia akan mulai mendaki.

Norrix menggunakan sihirnya dan mereka berdua berjalan di atas air itu. Carmina mengenggam tangan Norrix dan membuat laki-laki itu menahan senyumannya. Norrix tahu jika dia tidak pantas untuk Carmina, tapi dia tidak bisa menghilangkan rasa cintanya.

"Astaga, aku tidak yakin jika kita bisa ke atas dengan cepat. Aku heran kenapa mereka tahan hidup di tempat yang sulit dijangkau. Entah apa yang dipikirkan oleh orang-orang itu," keluh Carmina.

Norrix tertawa dan menepuk bahu Carmina. "Tidak perlu terburu-buru. Jika kau takut dikejar oleh pembunuh bayaran, mereka tidak akan bisa melintasi sungai itu dengan mudah tanpa sihir. Tenang saja,"

Carmina terdiam sesaat. Entah mengapa ia kembali teringat petualangannya dulu dengan Norrix. Carmina tiba-tiba merindukan semuanya. Ia merindukan masa kecilnya yang bahagia tanpa bayang-bayang penderitaan.

"Carmina? Apa yang kau pikirkan?" tanya Norrix bingung. Carmina tersentak dan memalingkan wajahnya. Ia tidak ingin Norrix tahu apa yang dia pikirkan.

"Norrix, aku tahu jika kau adalah penyihir agung, tapi kenapa kau jarang sekali menggunakan sihir? Yang kau lakukan di menara sihir hanyalah mengerjakan tugas biasa, bukan menangani tugas secara langsung," tanya Carmina penasaran.

Norrix menggaruk kepalanya. "Sejujurnya aku sendiri tidak menyangka jika aku akan diangkat menjadi penyihir agung. Padahal ada banyak sekali penyihir perempuan yang lebih berbakat dari pada aku. Aku rasa itu karena para bangsawan itu akan marah jika penyihir agungnya adalah perempuan,"

"Lagi-lagi para bangsawan sialan itu. Tak bisakah mereka diam dan melakukan tugas mereka seperti biasa? Dasar orang-orang tidak berguna," maki Carmina.

"Lalu alasanku jarang menggunakan sihir adalah karena aku memiliki daya tahan tubuh yang kurang baik. Aku akan kelelahan jika terlalu sering menggunakan sihir. Karena itulah penyihir perempuan lain yang akan mengurus tugas di lapangan," jawab Norrix.

Mereka berdua mulai berjalan menuju desa itu. Carmina bisa merasakan tekanan di kakinya saat jalan yang ia lalui mulai menanjak. Norrix yang menyadari itu langsung mengenggam tangan Carmina dengan erat.

"Aku kira penyihir perempuan akan marah ketika kau dinobatkan sebagai penyihir agung. Atau jangan-jangan mereka sedang merencanakan pemberontakan di belakangmu?" tanya Carmina curiga. Kehidupannya yang kejam membuatnya sulit berpikir positif.

"Tidak, merekalah yang malah memilihku sebagai penyihir agung sekaligus ketua menara sihir. Mereka melakukan hal itu karena tahu tidak akan ada yang menerima perempuan untuk duduk dalam posisi itu. Mereka tahu jika aku tidak pernah membedakan perempuan dan laki-laki," sambung Norrix.

Carmina mengangguk-angguk. Ia menatap wajah Norrix yang berwarna keemasan. Tidak pernah ada yang berubah. Pada awalnya Carmina merasa aneh dengan hal itu karena Norrix seolah makhluk yang turun dari langit. Tiba-tiba Carmina tersentak.

"Norrix, kau pernah bilang jika kau sering bertemu dengan malaikat di mimpimu, bukan? Apakah mereka memiliki kulit yang keemasan?" tanya Carmina penasaran. Norrix mengerutkan keningnya dan berpikir sejenak.

"Aku tidak bisa melihat mereka dengan jelas. Lagi pula aku ini hanya manusia biasa, mana mungkin aku bisa melihat mereka dengan jelas? Yang jelas, mereka memiliki sayap berwarna putih. Kenapa kau tiba-tiba menanyakan hal ini?" tanya Norrix bingung.

"Amriel, gadis itu juga memiliki kulit yang keemasan sepertimu. Aku tidak pernah memikirkan ini sebelumnya. Namun, sepertinya kau juga memiliki hubungan dengan para malaikat itu. Karena itulah kau bisa membaca huruf aneh itu," jelas Carmina.

Norrix tersentak. "Kau mengatakan jika aku adalah malaikat? Itu terdengar tidak masuk akal. Untuk apa malaikat turun ke bumi dan lahir kembali menjadi manusia? Mereka bisa saja langsung turun ke bumi dan mengubah wujud mereka,"

Carmina berpikir sejenak. Walaupun dia awalnya tidak percaya dengan malaikat karena mereka tidak pernah membantunya, tapi kini ia percaya. Karena Carmina pernah melihat beberapa dari mereka.

Aura mereka terlihat sangat berbeda dengan manusia biasa. Manusia yang hanya hidup sekali mungkin tidak akan menyadarinya. Namun, Carmina bisa membedakannya. Mereka memiliki kulit keemasan, itulah ciri khas mereka. Carmina juga pernah melihat beberapa iblis yang menyamar menjadi manusia, tapi mereka lebih sulit untuk dibedakan. Iblis memiliki kulit yang pucat, tapi banyak manusia yang memiliki kulit seperti itu.

"Norrix, sepertinya kau juga adalah malaikat yang dihukum sepertiku. Kita hanya berbeda bangsa. Aku adalah bangsa iblis dan kau adalah bangsa malaikat. Karena itulah hanya kita berdua yang bisa membaca huruf itu, karena hanya malaikat dan iblis yang menggunakan huruf itu," ucap Carmina serius.

Norrix terdiam sejenak dan berhenti. "Carmina, kita telah sampai di lembah Vermond,"

Carmina mendelik dan melihat pemandangan di depannya. Sudah banyak yang berubah, tapi ada beberapa benda yang masih berada di tempatnya. Carmina menahan tangisannya ketika melihat semua itu. Ia seolah dipaksa untuk melihat memori yang ingin dia lupakan.

Carmina berjalan menuju tempat di mana ia dulu sering menghabiskan waktunya dan tangisannya pun pecah. Norrix hanya mengikuti Carmina dan terdiam. Carmina duduk dan mulai mengeluarkan semua isi hatinya.

Di sini, semua kenangan itu terjadi. Kenangan-kenangan indahnya bersama Norrix, juga kejadian tragis itu. Semua itu terasa semakin jelas ketika ia menatap pemandangan di sekitarnya. Tiba-tiba saja dia bisa melihat semua masa lalunya.

Norrix menyodorkan sapu tangan kepada Carmina dan gadis itu menggunakannya untuk menghapus air matanya. Carmina kemudian berdiri dan mencari nisan yang dulu ia temukan. Norrix tetap mengikuti Carmina tanpa mengatakan apa pun.

Carmina kemudian melihat sebuah nisan di depannya dengan tatapan terkejut. Aneh, nisan itu terlihat sangat terawat seolah ada orang yang terus membersihkannya. Carmina bisa membaca namanya dengan jelas di nisan itu, tidak salah lagi.

"Norrix, inilah nisan yang aku temukan enam abad yang lalu. Aneh sekali, nisan ini terlihat sama dengan yang ada di ingatanku. Seharusnya nisan ini sudah hancur dimakan waktu. Kau bisa membaca namanya, bukan?" tanya Carmina.

Norrix mengangguk. "Di situ tertulis nama Carmina dengan huruf yang kau duga huruf yang hanya digunakan oleh malaikat dan iblis. Mungkin ada iblis lain yang terus menjaga nisanmu agar tetap baik-baik saja,"

"Padahal aku hanya pelayan dari iblis itu. Untuk apa mereka merawat nisanku? Atau jangan-jangan Amriel masih hidup dan mengawasi nisanku di sini?" tanya Carmina was-was.

Norrix menundukkan kepalanya dan menatap nisan itu dengan teliti. "Kata-katamu tadi, mungkin itu benar. Kita berdua adalah malaikat dan iblis yang dihukum dan terlahir kembali ke dunia manusia,"

Carmina menatap nisan itu dengan sendu. "Mungkinkah di kehidupan kali ini aku bisa memecahkan teka-teki yang tidak jelas ini? Apakah aku akan terbebas dari segala penderitaan ini? Apakah aku bisa?"

"Kau bisa, Carmina," Norrix memegang nisan itu. Carmina ikut memegang nisan itu dan tiba-tiba sebuah cahaya putih menerangi mereka berdua. Norrix yang panik langsung mengenggam tangan Carmina dan mereka berdua tenggelam dalam cahaya itu.

Saudade [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang