dua

477 94 0
                                    

Carmina tidak menurunkan kewaspadaannya pada Norrix. Dari tadi ia terus mengamati pergerakan laki-laki aneh itu. Carmina tahu jika penyihir memang memiliki penampilan yang sangat mencolok seperti itu. Tetap saja ia tidak terbiasa melihatnya.

"Kau belum pernah melihat penyihir sebelumnya? Kau terus menatapku dengan tatapan seperti itu. Apakah aku benar-benar terlihat aneh?" tanya Norrix.

Carmina menggeleng pelan. 'Mana mungkin. Begini-begini aku juga pernah menjadi penyihir hebat di kehidupan sebelumnya. Bahkan namaku tercatat di menara sihir,'

"Tidak. Aku hanya merasa aneh saja dengan keberadaanmu di rumahku. Tentu saja aku sudah pernah melihat penyihir sebelumnya," jawab Carmina dingin.

Norrix mengangkat satu alisnya ketika mendengar jawaban Carmina dan menghembuskan napasnya. "Kerajaan membutuhkanmu secepatnya, kapan kau akan selesai berkemas-kemas? Kita harus pergi ke menara sihir,"

Carmina membalik badannya dan menatap Norrix tajam. "Jangan memaksaku, aku bisa saja merobek perjanjian itu dan membiarkan kerajaan sialan ini hancur. Aku tidak peduli sama sekali dengan wabah penyakit itu,"

Norrix tersentak. "Ah, maaf. Aku tidak bermaksud menyinggungmu. Hanya saja adikku juga sedang terjangkit oleh wabah penyakit itu sehingga aku tidak bisa tenang. Kami benar-benar membutuhkan bantuanmu, nona Sharpe,"

"Panggil saja aku Carmina. Aku juga tidak sudi menyandang nama keluarga itu lagi," balas Carmina sambil menggendong sebuah tas di punggungnya.

Norrix tersenyum. "Sesuai keinginanmu, Carmina. Apakah kau anak dari Baron Sharpe? Mengapa kau bisa tiba ke desa ini? Jaraknya jauh sekali dengan kastel Sharpe,"

"Ia mengusir semua anak perempuannya dari rumah karena ia tidak sanggup membiayai kami. Aku hanya berusaha mencari desa yang cocok untukku," jawab Carmina.

Mereka berdua kemudian keluar dari rumah Carmina. Carmina segera pamit kepada kepala desa dan mereka mulai berangkat ke menara sihir. Norrix terus melihat Carmina dan ia merasakan ada yang berbeda dengan gadis itu.

"Kau terlihat sangat mandiri untuk anak yang diusir oleh orang tuanya. Apakah kau pernah belajar tentang obat-obatan di kerajaan lain?" tanya Norrix penasaran.

Carmina mendengus ketika mendengar pertanyaan Norrix. Baginya, laki-laki itu terlalu banyak omong. Ingin rasanya Carmina memotong lidah Norrix agar dia tidak bisa bicara. Tapi tidak mungkin ia melakukan hal itu pada ketua menara sihir.

"Tuan Zayne, sebenarnya apa yang kau butuhkan? Ilmu pengetahuanku atau latar belakangku? Jika kau bertanya tentang hal yang tidak penting sekali lagi aku akan pulang ke desaku. Lagi pula ini masih belum terlalu jauh," ucap Carmina.

Norrix meringis. "Aku hanya ingin mencairkan suasana, karena perjalanan ini akan menghabiskan waktu yang lumayan lama. Satu-satunya orang yang bisa aku ajak bicara hanya dirimu saja. Maaf jika aku menganggumu,"

Mendengar jawaban Norrix yang seperti itu, Carmina jadi merasa iba. "Aku rasa aku yang terlalu sensitif. Tapi lebih baik jika kita mencari tanaman obat itu terlebih dahulu. Sayangnya, tanaman obat itu jarang tumbuh di kerajaan ini,"

"Benarkah? Lalu bagaimana bisa kau menyembuhkan desa yang terkena wabah penyakit jika tanamannya saja jarang ditemukan?" tanya Norrix penasaran.

"Aku tidak sengaja menemukannya dalam perjalanan menuju desa itu. Tanaman itu bernama eitus. Satu tanaman eitus saja bisa digunakan untuk menyembuhkan ratusan orang. Aku memberikan air rebusan eitus kepada mereka dan beberapa hari kemudian mereka sembuh," jelas Carmina.

Norrix berpikir sejenak. "Apakah ada tanda khusus di mana tanaman eitus itu tumbuh? Kita membutuhkan lumayan banyak tanaman eitus karena wabah penyakit ini sudah menyebar ke beberapa desa,"

Carmina menggeleng. "Sayang sekali tidak. Tanaman eitus itu benar-benar gaib. Dia bisa tumbuh di padang pasir, es, batu, dan tempat-tempat tidak masuk akal yang lain. Saat itu aku menemukannya tumbuh di bebatuan,"

"Apakah tidak ada orang yang membudidayakan tanaman eitus? Apakah ada kerajaan lain yang menjual tanaman eitus?" tanya Norrix.

"Tanaman eitus bisa dibudidayakan, tapi kemungkinan berhasilnya sangat kecil. Jika ada kerajaan lain yang menjualnya, pasti mereka akan menjualnya dengan harga yang sangat mahal. Aku tidak yakin kerajaan ini mampu membelinya," jawab Carmina.

Norrix menatap Carmina dengan tatapan putus apa. "Apakah itu berarti tidak ada harapan lagi untuk adikku? Apakah kini aku harus benar-benar merelakannya?"

Carmina terkejut mendengar kata-kata Norrix. "Hei, tanaman eitus adalah tanaman yang bisa menyembuhkan segala penyakit. Aku yakin aku bisa membuat ramuan obat dengan tanaman lain, dan mungkin saja penyembuhannya lebih cepat,"

"Aku merasa sangat tidak berguna. Aku tidak bisa melakukan apa pun karena tidak ada informasi tentang penyakit itu. Aku juga tidak bisa melakukan percobaan kepada pasien yang menderita penyakit itu," keluh Norrix.

Carmina menepuk bahu Norrix yang lebar. "Kau adalah ketua menara sihir, kau tidak boleh menyerah secepat ini. Aku yakin kau pasti ingin melihat adikmu hingga ia tua. Jika kau menyerah, perjuangan adikmu selama ini akan sia-sia,"

"Ah terima kasih Carmina. Omong-omong, berapa umurmu? Aku rasa umur kita tidak berbeda jauh. Aku berumur dua puluh lima tahun," ucap Norrix.

Carmina mengangkat satu alisnya. "Aku berumur dua puluh tahun. Aku rasa kita usia kita lumayan berbeda jauh. Kita berbeda lima tahun,"

Norrix mendelik. "Kau tidak terlihat seperti usia dua puluh tahun! Sikapmu itu sangat dewasa. Kau ternyata pintar mengelabuiku, aku benar-benar tidak menduganya,"

"Aku tidak pernah berniat untuk mengelabuimu. Jika kau merasa seperti itu, terserah saja. Lalu, seberapa lama lagi kita akan berjalan? Kau tidak berniat menyewa kereta kuda?" tanya Carmina kesal.

"Sebentar lagi. Kau tahu jika desamu itu sangat terpencil,bukan? Aku berusaha keras untuk mencarimu. Bahkan aku baru tidur setelah aku menemukan rumahmu," jawab Norrix.

Beberapa menit kemudian, mereka tiba di sebuah desa yang ramai. Norrix segera mengeluarkan beberapa puluh barrel untuk menyewa kereta kuda. Barrel adalah mata uang yang ada di kerajaan itu.

Carmina duduk di kereta kuda dan memejamkan matanya. "Sudah lama sekali aku tidak menaiki kereta kuda, apa lagi kereta kuda yang mahal seperti ini. Kenapa kau tidak menyewa kereta kuda yang lebih murah?"

"Aku meminta bantuanmu untuk menyembuhkan wabah penyakit, tidak mungkin jika aku menyewa kereta kuda yang memiliki kualitas rendah. Keberadaanmu benar-benar sangat menguntungkan," balas Norrix.

Carmina tersenyum kecil. "Aku tahu, jika aku berhasil menyembuhkan wabah penyakit itu hingga tuntas, jangan lupa memberikanku bayaran yang setimpal. Ingat, aku bisa saja membiarkan kerajaan ini berada dalam bahaya,"

"Tenang saja. Raja tidak mungkin membiarkanmu begitu saja. Bisa-bisa kau akan dipekerjakan di menara sihir bersamaku. Kita akan membentuk kombinasi yang cocok," ucap Norrix sambil memamerkan giginya.

Carmina terdiam sejenak ketika merasakan nyeri di dadanya ketika melihat senyuman Norrix. "Tapi bagaimana jika aku tidak mau bekerja denganmu? Kau terlalu cerewet, Norrix. Aku penasaran bagaimana bawahanmu bisa bekerja denganmu,"

Norrix menggaruk kepalanya. "Aku sangat fokus jika aku sudah bekerja. Aku rasa kau adalah salah satu orang terpilih yang pernah melihatku berbicara sebanyak ini. Seharusnya kau bangga, tahu,"

Carmina tertawa kencang. "Bangga? Untuk apa? Bahkan jika aku mengetahui rahasia gelap kerajaan, aku tidak akan merasa bangga. Jangan terlalu percaya diri, tuan Zayne. Omong-omong, mengapa kau tidak membawa bawahanmu untuk mencariku?"

Norrix tertegun ketika mendengar tawa yang keluar dari mulut perempuan dingin itu. Norrix kemudian berdehem. "Sejujurnya, aku diam-diam kabur dari menara sihir. Mereka tidak percaya dengan manusia biasa sepertimu untuk menangani wabah penyakit itu. Karena itu, Carmina, kau harus buktikan jika manusia juga berbakat dalam menyembuhkan penyakit!"

Saudade [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang