lima belas

207 49 1
                                    

Norrix mendelik dan hendak membalas kata-kata bangsawan itu, tapi Nora menahannya. Norrix terpaksa diam walaupun dia ingin membela Carmina. Gadis itu tidak bergerak sama sekali walau mereka semua menuduh Carmina.

"Ah, aku rasa kita tidak boleh berpikiran buruk terlebih dahulu. Nona Carmina benar-benar sudah menyelamatkan kerajaan ini. Bahkan banyak bangsawan yang sudah ditolong olehnya. Kenapa kalian malah mencurigainya?" tanya ratu.

Carmina menatap mata-mata bangsawan yang menyebalkan itu. Para laki-laki sialan itu hanya tidak ingin para perempuan memiliki derajat yang sama dengan mereka. Mereka adalah makhluk yang memiliki kepercayaan diri yang rendah.

Raja mengangguk setuju dengan kata-kata ratu. "Banyak sekali orang yang diselamatkan olehnya. Jika dia adalah mata-mata dari kerajaan lain, tidak mungkin dia akan menolong kita. Aku juga mendengar nona Carmina menjadikan dirinya sendiri sebagai percobaan untuk membuktikan efektifitas obat tersebut,"

Para bangsawan itu tak berkutik ketika sang raja mengatakan hal itu. Tentu saja Carmina tahu jika semudah itu untuk meyakinkan mereka. Semua orang pasti akan merendahkan orang lain untuk meninggikan dirinya sendiri. Begitu juga dengan para laki-laki itu.

"Yang mulia, bisa saja dia berpura-pura untuk menolong kita. Apakah yang mulia tidak curiga saat para pasien itu memuntahkan cairan berwarna hitam? Bisa saja dia diam-diam meletakkan racun di obat itu! Lagi pula penyakit itu tidak pernah ada sebelumnya!"

Carmina memutar matanya ketika menyadari betapa bebalnya orang-orang itu. Ingin rasanya Carmina menyeret mereka ke kerajaan lain dan menyuruh mereka untuk membuktikan sendiri penyakit itu. Bagaimana bisa kerajaan ini bisa maju jika bangsawannya saja memiliki pikiran yang kolot.

Beberapa bangsawan laki-laki yang lain juga berusaha untuk meyakinkan sang raja. Tentu saja raja tidak bisa membuat keputusan seenaknya. Bangsawan-bangsawan itu juga ikut membantu walau pada akhirnya mereka hanya menjadi beban.

Raja kemudian mendesah pelan. "Baiklah. Nona Carmina, tolong buktikan padaku dan para bangsawan yang ada di kerajaan ini jika parasit yang kau sebutkan itu benar-benar nyata. Apakah kau bisa melakukannya?"

Carmina mengangguk tegas. "Saya bisa melakukannya, yang mulia,"

Raja itu kemudian tersenyum senang. Norrix segera menghampiri Carmina dengan tatapan khawatir. "Astaga, Carmina. Seharusnya kau membuat permintaan itu saat kau berbicara pribadi dengan raja! Jika begini para bangsawan tidak akan menyetujuimu,"

"Aku tahu. Aku sengaja melakukan hal itu. Ternyata harga diri mereka benar-benar rendah hingga mereka tidak rela jika perempuan setara dengan mereka. Tanpa mereka sadari hal yang mereka lakukan kali ini benar-benar menjatuhkan harga diri mereka," balas Carmina.

"Tapi apakah kau benar-benar bisa membuktikan keberadaan parasit itu? Bagaimana jika itu adalah parasit yang tidak bisa dilihat kasat mata?" tanya Norrix khawatir.

"Aku sudah pernah menemukan parasit itu sebelumnya. Parasit itu berasal dari sarang binatang. Tapi aku tidak mengetahui binatang apa yang bisa membuat sarang seperti itu. Mungkin saja kali ini binatang itu mendirikan sarangnya di dekat sungai," jawab Carmina.

Norrix mengangguk-angguk. Dia kemudian memelototi satu-satu pria yang berani menatap Carmina. Norrix tidak rela Carmina dilihat orang lain, apa lagi hari ini gadis itu benar-benar cantik. Sial, Norrix ingin sekali menjadikan Carmina sebagai miliknya, tapi ia sadar diri.

"Kakak? Sudah aku duga jika kakak akan datang ke pesta kerajaan kali ini. Aku harap kakak tidak lupa dengan perjanjian kita," ucap Zero yang tiba-tiba datang.

Carmina melotot. "Untuk apa kau datang ke sini? Kau ingin aku diincar oleh pembunuh bayaran? Baron Sharpe itu pasti datang ke sini, bukan?"

"Dia tidak akan berani membunuhmu, kak. Jika dia mencoba membunuhmu maka aku akan melindungimu. Omong-omong, aku tidak percaya jika kakak benar-benar berani meminta hal seperti itu di depan bangsawan lain. Apakah ini karena ayah mengusir kakak?" tanya Zero penasaran.

"Bukan urusanmu. Lalu jangan sok akrab denganku sebelum kau membunuh si tua bangka itu. Cepat pergi dari sini," usir Carmina kesal.

Nora tiba-tiba datang dan merangkul tangan Carmina. "Carmina! Aku bangga sekali denganmu! Aku tidak menyangka kau akan meminta hal seperti itu pada yang mulia raja. Sayang sekali mulut para bangsawan itu memang menyebalkan sekali. Ingin rasanya aku menyihir mereka menjadi tikus,"

Zero terkejut ketika Nora tiba-tiba datang. Ia menatap Nora dengan tatapan cemburu karena kakaknya sama sekali tidak menolak rangkulan Nora walaupun Nora adalah orang asing. "Hei, jangan dekat-dekat dengan kakakku. Aku tahu jika saat itu kau menguping pembicaraanku dengan kakakku, dasar menyebalkan,"

"Berkacalah bocah! Kau pikir kenapa kakakmu itu tidak mau denganmu? Jika kau tidak lahir maka kakakmu masih akan hidup tenang di kastel! Jangan menyalahkanku karena aku bisa dekat dengan kakakmu!" balas Nora.

Norrix dan Carmina melotot melihat pertengkaran adik mereka. Norrix segera membawa Nora pergi dari sana dan Carmina menepuk-nepuk bahu Zero. Carmina tidak tahu bagaimana cara menenangkan adiknya yang terlihat sangat kesal itu.

"Kenapa kakak bisa dekat dengannya? Kenapa kakak terus menolakku, padahal aku adalah adik kandung kakak? Apakah kakak benar-benar tidak akan pernah memaafkan kesalahanku?" tanya Zero sedih.

Menyadari jika adiknya itu dalam emosi yang tidak stabil, Carmina segera mengajak Zero untuk pergi ke taman kerajaan. Bulan terlihat sangat terang dan memantulkan cahayanya.

"Dengar, Zero. Aku tidak pernah bilang jika ini semua adalah kesalahanmu. Aku tidak pernah membencimu. Aku yakin saudara kita yang lain juga tidak membencimu. Berhentilah berpikir jika kami membencimu. Ini semua terjadi karena keserakahan dan keegoisan ayah. Dia memiliki harta yang banyak tapi memilih untuk membuang-buangnya. Kini dia mengusir putrinya sendiri karena menganggap mereka sebagai beban," jelas Carmina.

Zero menundukkan kepalanya. "Bagaimana mungkin aku tidak merasa bersalah? Dari awal ini semua memang salahku. Tidak usah membelaku, kak. Mungkin yang dikatakan oleh Nora memang benar. Jika saja aku tidak terlahir mungkin semua ini tidak akan terjadi. Kenapa aku harus lahir?"

Carmina memandang wajah Zero. "Aku tidak tahu. Namun, aku tahu jika semua orang terlahir dengan tujuan yang berbeda-beda, hanya saja kau belum menyadarinya sekarang. Jangan selalu berpikir buruk tentang dirimu sendiri,"

"Sebenarnya aku sempat bertemu dengan Kak Senka, tapi dia langsung kabur begitu melihat wajahku. Saat itu, aku benar-benar merasa sakit hati. Keberadaanku membuat kalian hidup dalam ketakutan. Aku tidak pernah menginginkan hal itu. Aku yakin situasinya akan lebih baik jika aku membunuh diriku sendiri," ucap Zero.

Carmina langsung memeluk adiknya itu. Ah, sudah berapa lama ia tak memeluk Zero? Carmina benar-benar membatasi hubungannya dengan Zero karena ayahnya yang pilih kasih itu. Carmina tahu jika Zero benar-benar menginginkan perhatiannya, tapi Carmina tidak bisa memberikannya.

"Jangan mengatakan hal seperti itu. Situasinya tidak akan membaik walaupun kau membunuh dirimu. Selama kau masih hidup, kau masih memiliki kesempatan untuk membuat hidup saudaramu menjadi lebih baik. Jangan menyerah, aku menyayangimu," Carmina memeluk Zero dengan erat.

Mata Zero mulai berair dan ia mati-matian menahan tangisannya. "Kak, kenapa kau harus sebaik ini padaku? Aku benar-benar orang yang berdosa. Aku tidak pantas disayangi oleh orang baik sepertimu,"

Carmina terkekeh. Orang baik? Entah sudah berapa kali ia membunuh orang lain dengan tangannya sendiri. Ia membunuh, memfitnah, dan membohongi orang lain untuk bertahan hidup. Namun, semuanya sia-sia.

"Aku lebih berdosa dari dirimu, Zero. Pergilah sebelum anak buah ayah menemukan kita," ucap Carmina sambil mengecup dahi Zero. Zero mengangguk dan pergi.

"Ah, pada akhirnya kau berbaikan dengan adikmu, ya? Omong-omong, kapan kau akan pergi mencari parasit itu? Aku akan membantumu," tawar Norrix yang tiba-tiba datang.

Carmina berpikir sejenak. "Aku tidak tahu di mana parasit itu. Kita harus menelusuri sungai itu dari mata airnya. Apakah kau tahu di mana mata airnya?"

"Aku rasa dekat dengan lembah Vermond," jawab Norrix dan Carmina membeku.

Saudade [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang