tiga puluh (END)

566 56 8
                                    

playlist kali ini adalah Another Day! cocok banget sama chapter ini 🥺

***

Carmina tertawa kecil ketika menyadari Norrix sudah menghilang. Carmina belum mengungkapkan semuanya kepada Norrix. Carmina tertawa kemudian jatuh. Air mata mulai keluar dari matanya.

"Aku belum mengatakan bahwa aku masih berharap dengan hubungan kita! Kenapa kau pergi secepat itu?!" pekik Carmina keras.

Garlid yang menyaksikan kejadian itu menghembuskan napasnya dan berubah menjadi manusia. Carmina terisak dan melihat sebuah bulu berwarna hitam. Tangisan Carmina semakin kencang. Bagaimana bisa Norrix menyimpan sayapnya itu di dalam tubuhnya?!

"Jadi begini rasanya kehilangan orang yang kau cintai. Apakah kau dulu juga merasakan hal seperti ini, Norrix? Benar, ternyata dulu aku sangat egois. Ternyata rasanya sangat sakit, sakit sekali," Carmina memegang dadanya dan menangis.

Garlid hanya bisa menatap Carmina karena dia tidak tahu harus berbuat apa. Garlid kemudian terdiam di sana hingga sore hari. Carmina yang sudah kelelahan karena menangis kemudian pingsan.

Garlid langsung membawa tubuh Carmina. "Pasti berat kehilangan orang yang kau cintai, Carmina. Kau terus merasakan penderitaan walaupun Norrix telah menghentikan penderitaanmu ini," ucapnya pelan.

Mereka berdua kemudian segera kembali ke kastel Sharpe. Carmina tidak bisa mengingat apa yang terjadi setelah itu. Semuanya benar-benar terasa seperti mimpi. Atau mungkin Carminalah yang menganggapnya seperti itu.

Carmina ingin mencari Norrix, tapi dia tidak tahu kapan dan di mana laki-laki itu akan terlahir. Mungkin kini Carmina juga akan menjelajah seperti yang Leeta lakukan saat Carmina menjalani hukumannya.

Mereka akhirnya tiba di kastel Sharpe. Galrid kemudian pergi dan kembali ke dunia iblis. Leeta hanya terdiam karena ia sudah tahu apa yang terjadi. Galrid sudah menceritakan semuanya dengan jelas dan rinci.

Carmina kemudian mengurung dirinya di kamar. Leeta membuka pintu kamar Carmina dan masuk ke dalam. Ia mendesah pelan. "Semuanya berubah. Setelah Norrix memutuskan untuk menjalani hukumanmu, tidak ada satu manusia pun yang mengingatnya,"

"Aku masih mengingatnya, aku tidak mungkin bisa melupakannya," jawab Carmina.

Leeta mengangguk. "Aku tahu, eksistensi Norrix benar-benar menghilang dan itu terdengar menyedihkan. Entah apa yang dia lakukan jika dia sadar jika tidak ada manusia yang mengingatnya, bahkan adiknya sendiri,"

"Entahlah, aku rasa dia tidak akan mengingatnya. Dia juga tidak akan mengingatku," Carmina tertawa getir.

"Carmina, kau harus relakan semuanya. Kali ini kau harus menjalani kehidupanmu dengan baik. Norrix sudah mengorbankan dirinya demi dirimu. Kau juga sudah bukan iblis, walaupun masih ada kekuatan yang tersisa di dalam dirimu," ucap Leeta.

Leeta kemudian pergi dari kamar Carmina dan meninggalkan gadis itu sendirian. Apa yang dikatakan Leeta memang benar, tapi ia tidak rela jika Norrix melupakannya begitu saja. Carmina kembali menangis.

"Di lain hari, jangan katakan hal yang menyedihkan, Norrix. Jangan katakan apa pun. Biarkan aku memelukmu. Selama apa pun kita akan bertemu, aku akan selalu menunggumu. Cinta memang seperti itu," ucapnya lirih.

Carmina kemudian tertawa pelan dan kembali tenggelam dalam kesedihannya. Zero dan Leeta hanya melihat kakak mereka itu dengan tatapan miris. Carmina benar-benar dalam kondisi yang parah.

"Apakah tidak ada cara untuk membuatnya senang?" tanya Zero khawatir.

Leeta menggeleng. "Tidak ada. Kita akan menunggunya sampai dia benar-benar pulih. Dia tidak akan bisa melupakan Norrix seumur hidupnya. Cinta mereka abadi, Zero. Aku belum pernah melihat cinta seperti itu sebelumnya,"

Zero hanya mengangguk. Mereka berdua kemudian pergi dari sana. Menunggu Carmina hingga perempuan itu bisa menerima kenyataan pahit yang selalu menimpanya.

*

Leeta tertawa kecil ketika mendengar suara anak-anak yang sedang bermain. Ia menatap kedua anak itu dan tersenyum kecil. Ia kemudian menoleh ke Oriel yang sedang berada di sampingnya.

"Oriel, kenapa kau tidak mengatakan jika akulah iblis yang kau maksud itu?" tanya Leeta penasaran. Oriel kemudian menoleh.

"Tentu saja mereka akan terkejut. Lebih baik mereka tidak tahu. Apa lagi dengan fakta jika kita adalah malaikat dan iblis yang bisa melihat masa depan," jawab Oriel.

Leeta tersenyum. "Kita tidak seberuntung mereka. Kita memang saling mencintai, tapi dengan kekuatan ini kita bahkan tidak bisa menikah dengan bangsa sendiri. Kita berdua memang sangat menyedihkan,"

Oriel tertawa. "Yah, mau bagaimana lagi. Kita tidak sehebat mereka yang berani menentang aturan alam semesta. Masa depan mereka sangatlah manis. Aku sebenarnya ingin mengatakan jika mereka akan terus berjodoh di masa depan, setelah mereka terlahir kembali menjadi manusia,"

"Kita tidak boleh mengatakan masa depan pada siapa pun. Hanya kita berdua yang boleh mengetahui hal itu. Ternyata menjadi orang yang terpilih berat juga. Kita berdua bahkan tidak bisa mati karena kekuatan ini," keluh Leeta.

"Tapi setidaknya kita bisa melihat kisah mereka yang sangat manis. Semua perjuangan, pengorbanan, dan air mata itu kini sudah berganti menjadi hal yang lebih baik. Mereka benar-benar ditakdirkan sejak awal," sahut Oriel.

Leeta mengangguk. "Ayo kita kembali ke dunia masing-masing, Oriel. Tugas kita sudah selesai. Tidak ada yang perlu dikhawatirkan lagi. Mereka akan terus bahagia selamanya, karena takdir telah merestui mereka,"

Leeta kembali melirik seorang anak perempuan yang sedang bermain dengan seorang laki-laki berambut pirang. Ia tersenyum dan segera pergi dari sana. Karena seberapa keras pun alam semesta menentang mereka, takdir akan menuntun mereka untuk kembali bersama.

***

writed : 1 January - 29 January 2021
published : 29 January - 31 March 2021

jangan lupa buat baca ceritaku yang selanjutnya!

jangan lupa buat baca ceritaku yang selanjutnya!

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Saudade [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang