dua puluh tiga

178 50 7
                                    

Carmina terdiam menatap aliran air yang mengalir. Semuanya terasa tidak nyata. Setelah berada dalam kebingungan selama enam abad akhirnya Carmina mengetahui alasan ia mendapatkan penderitaan yang seperti itu.

Carmina menundukkan kepalanya dan terkekeh. Siapa sangka kisah cinta antara malaikat dan iblis itu adalah dirinya dan Norrix. Semuanya tiba-tiba terasa menggelikan bagi Carmina. Ternyata itu adalah jawaban dari segalanya.

"Aku tidak pernah menyesal mengambil keputusan seperti itu. Pada akhirnya semuanya kembali damai. Mereka tidak perlu menderita kali karena diriku," ucap Carmina pelan.

"Carmina," Norrix yang baru tersadar segera bangun dan menatap Carmina. Ingatan Norrix sudah kembali sepenuhnya. Norrix menatap Carmina dengan tatapan rindu.

Carmina hanya terdiam walaupun ia tahu arti tatapan Norrix. Carmina telah mengikhlaskan segalanya, termasuk Norrix. Carmina tidak ingin berharap lebih. Dia tahu Norrix bisa saja kembali menjadi sumber penderitaannya.

"Carmina, aku terlahir kembali untuk membantumu. Aku tidak mengerti kenapa lahir kembali memakan waktu selama itu. Namun, kita bisa meminta pada Oriel untuk segera menghentikan hukumanmu itu," ucap Norrix.

Carmina menatap Norrix dengan canggung. Setelah mengingat semua kenangannya, Carmina tidak menyangka jika dirinya bisa separah itu dulu. Namun, Carmina tidak bisa menampik jika dirinya masih mencintai Norrix, walaupun hukuman yang ia jalani ini adalah akibat dari hubungannya dengan Norrix.

"Jelaskan semuanya padaku, Norrix. Aku tidak memiliki ingatan lagi setelah aku meninggal. Sebenarnya apa yang kau lakukan di sini? Apakah kau ingin membantuku lagi? Bagaimana jika ada malaikat yang menganggumu seperti dulu?" tanya Carmina.

Norrix menghembuskan napasnya. "Aku benar-benar minta maaf, Carmina. Aku benar-benar tidak menyangka jika Amriel akan mengetahui kelahiranku saat itu. Kau boleh membenciku selamanya. Semua penderitaan dan kesengsaraan ini, semuanya salahku. Seharusnya akulah yang menanggung segalanya,"

Carmina menggeleng. "Aku telah gagal menjadi pemimpin dari bangsa iblis dan perbuatanku malah membahayakan mereka. Setidaknya dengan menjalani hukuman ini mereka dapat hidup seperti dulu lagi,"

"Ini semua kesalahanku, Carmina! Aku tahu jika awalnya kau sama sekali tidak tertarik padaku tapi aku tidak ingin jika hanya aku yang merasakan perasaan ini. Aku membuatmu jatuh cinta denganku dan itu malah membuatmu berada di posisi yang sangat tidak menyenangkan," pekik Norrix frustasi.

"Aku tahu, tapi itu tetap menjadi kesalahanku. Para iblis itu memang konyol, sebenarnya apa yang mereka dari seorang remaja yang baru memasuki usia dewasa?" Carmina terkekeh.

"Oriel mengetahui kisah kita berdua. Dia kemudian memberiku satu kesempatan untuk terlahir kembali menjadi manusia. Dia mengatakan jika kita memang ditakdirkan untuk bersama, maka takdir pasti akan mempertemukan kita lagi," jelas Norrix.

Carmina menahan tawanya. "Sudahlah, Norrix. Kita memang ditakdirkan untuk bertemu, tapi tidak untuk bersama. Kau ingin melawan alam semesta sekali lagi? Kau ingin merasakan penderitaan yang sama sepertiku? Tidak, bukan? Kembalilah menjadi malaikat dan biarkan aku menjalani hukumanku hingga selesai,"

Norrix terdiam dan tertawa getir. "Haha, aku tahu jika suatu hari kau pasti akan menolakku. Yang aku lakukan selama ini hanyalah membawa penderitaan ke kehidupanmu. Mana mungkin kau mau menerimaku kembali seperti dulu. Namun, biarkan aku menolongmu untuk menghentikan hukumanmu itu, Carmina,"

"Silahkan, lagi pula aku akan menjalani hukumanku sebanyak delapan kehidupan lagi. Itu tidak akan terasa. Jika kau datang lebih awal mungkin aku akan memohon-mohon padamu agar kau bisa menghentikan hukumanku," sahut Carmina.

Carmina kemudian berdiri dan menatap mata air yang ada di hadapannya. Ia menatap mata air itu dengan teliti dan menemukan sesuatu yang sangat ia ketahui. Carmina mendekati sarang berwarna hitam itu dan menatap beberapa telur berukuran besar di dalamnya.

"Astaga, aku tidak bisa melepas sarangnya jika masih ada telur di dalamnya. Sebenarnya hewan apa yang sarangnya bisa meracuni seisi kerajaan?" keluh Carmina.

Carmina membulatkan matanya ketika mendengar suara yang sangat ia kenal. Carmina membalik badannya dan melihat naga hitam yang berukuran sangat besar. Carmina menahan senyumannya melihat hal itu.

Naga itu kemudian segera turun dan berubah menjadi seorang perempuan. Dia menatap Carmina dengan tatapan tidak percaya. Norrix yang menyusul Carmina menatap perempuan itu dengan aneh.

"Zaylra, kini kau sudah dewasa, bahkan kau sudah bisa mengubah wujudmu menjadi manusia. Sebenarnya apa yang kau lakukan di dunia manusia? Dunia iblis jauh lebih aman untuk naga hitam sepertimu," ucap Carmina sambil tersenyum.

Zaylra langsung memeluk Carmina dan menangis. Carmina membalas pelukannya. Norrix mengangkat satu alisnya, masih tidak menyangka jika naga yang selalu mengetahui pertemuan mereka itu bisa berubah menjadi manusia.

"Nona Carmina, aku selalu berusaha untuk mencari keberadaanmu di dunia manusia. Nona Leeta menyuruhku untuk tinggal di lembah ini karena dia akan mencarimu ke tempat yang lain. Nona Leeta yakin jika suatu hari kau akan kembali ke sini," ucap Zaylra.

Carmina tertawa pelan. "Ya aku kembali ke sini dan aku sudah mendapatkan ingatanku kembali. Apakah kalian tidak menemukanku di sini enam abad yang lalu? Padahal saat itu aku tinggal di desa dekat lembah ini,"

"Ah, saat itu nona Leeta terlambat menemukanmu dan kekuatannya sangat lemah saat itu. Karena itu dia menemuimu dengan wujud anak kecil sebelum kau meninggal. Setelah kejadian itu nona Leeta memerintahkan agar aku tinggal di lembah ini," jawab Zaylra.

Carmina menatap beberapa butir telur yang ada di sarang berwarna hitam itu. "Apakah itu adalah telur-telurmu? Sarangmu menyebabkan penyakit bagi manusia dan mereka akan membunuhku jika aku tidak berhasil membawa sarangmu,"

Norrix masih menatap Zaylra dengan bingung. "Jangan bilang jika kau yang menulis kisah kami berdua di buku yang berbahasa aneh itu?" tanyanya.

"Ah, iya. Akulah yang menulis buku itu, tapi sepertinya manusia tidak bisa membaca huruf yang sering kita gunakan. Lalu telur-telur ini akan menetas seminggu lagi, setelah itu aku akan memberikan mereka pada ayah mereka," ucap Zaylra.

"Kau sudah memiliki anak dan hidupku masih begini-begini saja. Aku jadi menyesal karena telah berbuat konyol di masa lalu. Jika saja pikiranku lurus mungkin aku sudah memiliki anak yang usianya sebaya dengan anakmu," Carmina memegang kepalanya.

Norrix menatap Carmina dengan tatapan cemberut. Benar, dia harus meminta pada Oriel agar dia menghentikan hukuman Carmina. Walaupun Norrix tahu harga yang akan dibayar pasti tidak murah.

Zaylra menatap mereka berdua dan tersenyum. "Sepertinya takdir kalian memang terikat satu sama lain. Aku jadi merasa terhormat karena menjadi saksi dari cinta terlarang kalian,"

"Kau tidak perlu menyebutnya seperti itu. Jika diingat-ingat lagi aku jadi malu. Seharusnya aku bunuh diri saja saat itu, maka malaikat tidak memiliki alasan lagi untuk menyerang dunia iblis," dengus Carmina.

Norrix mengerutkan keningnya dan menatap sarang telur naga itu. "Jika telur itu baru menetas seminggu lagi, berarti kami harus menginap di sini selama seminggu. Lumayan lama juga. Zaylra, apakah kau tahu penginapan yang berada di dekat sini,"

"Norrix, kau adalah penyihir di dunia ini. Kau bisa menggunakan sihirmu untuk membuat rumah sementara. Mungkin memang benar, seharusnya saat itu aku segera membunuhmu. Siapa sangka kau akan tumbuh sebagai orang yang bodoh," maki Carmina.

"Aku ini penyihir, Carmina, bukan kuli bangunan. Aku bisa membuat sihir pelindung dan menginap dibawah langit jika kau mau. Dasar, kata-katamu masih sama pedasnya seperti dulu," balas Norrix cemberut

Zaylra meringis mendengar pembicaraan mereka berdua. "Aku tidak tahu apa yang terjadi pada mata kalian, tapi di belakang kalian adalah rumahku. Kalian bisa menginap di rumahku selama yang kalian mau,"

Carmina dan Norrix langsung memalingkan wajah mereka karena malu. Carmina memaki dirinya sendiri karena tidak bisa melihat bangunan dengan jarak sedekat itu. Sementara Norrix hanya menahan senyumnya sambil melirik Carmina diam-diam.

Saudade [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang