Norrix terus memperhatikan Carmina yang sedang membaca bukunya. Sudah lama sekali Norrix tidak melihat senyum Carmina. Norrix ingin sekali bertanya tentang kehidupan-kehidupan Carmina sebelumnya. Namun, dia tidak ingin menyakiti Carmina lagi.
"Apakah kau tak curiga jika aku hanya berbohong tentang kelahiran berulang itu? Atau kau sebenarnya hanya menunggu hingga aku jujur?" tanya Carmina.
Norrix menggeleng. Dia tidak pernah sama sekali meragukan kata-kata Carmina. "Aku percaya denganmu. Lagi pula tidak ada manfaatnya sama sekali jika kau jujur atau berbohong kepadaku. Kau bahkan sudah sangat menguntungkan kami dengan obat yang kau buat,"
Carmina menundukkan kepalanya. "Kenapa kau bisa percaya denganku? Kita bahkan baru bertemu beberapa hari yang lalu. Sepertinya sangat mustahil jika kau percaya begitu saja denganku, apa lagi ceritaku memang terdengar tidak masuk akal,"
"Entahlah, hatiku percaya dengan kata-katamu. Apa lagi kau mengatakan jika hidupmu selalu berakhir dengan buruk seperti itu, bukan? Aku rasa bukan hanya penyebab kau meninggal, tapi kau seolah hidup dengan kesialan," ucap Norrix.
"Kau pasti sudah melihat biodata-biodataku di kehidupan sebelumnya, bukan? Aku memang bersahabat dengan kesialan. Aku berusaha dengan sangat keras untuk menghindari kesialan, tapi dia tampaknya memang sudah menjadi sahabat dekatku," sahut Carmina.
Norrix berpikir sejenak mendengar kata-kata Carmina. "Apakah ada suatu tempat yang sangat familiar untukmu? Entah kenapa aku merasa ini adalah pekerjaan makhluk langit. Sepertinya kau adalah salah satu dari mereka dulu,"
Carmina mendelik. "Itu terdengar sangat mustahil. Lalu kenapa kau bisa sebegitu yakinnya jika ada makhluk-makhluk seperti itu? Aku selalu berdoa agar mereka menghentikan ini. Tapi sepertinya mereka menutup telinga mereka, atau memang mereka tidak pernah ada,"
"Mereka ada, Carmina. Malaikat dan iblis, mereka nyata. Hanya saja kita manusia biasa mungkin tidak akan pernah melihat mereka. Jujur saja, terkadang aku memimpikan mereka. Namun, aku tidak bisa melihatnya dengan jelas,"
"Bisa saja itu adalah imajinasimu saja, Norrix. Aku juga sering memimpikan hal seperti itu, semua orang juga pasti pernah mengalaminya. Jika mereka nyata, pasti mereka mau membantuku untuk menghentikan siksaan ini," jawab Carmina.
Norrix mendesah pelan. Dia tidak bisa menyalahkan Carmina. Hidup yang dijalani oleh perempuan itu sudah sangat berat. Norrix tahu dia tidak bisa berdebat dengan Carmina tentang masalah hidup, sudah pasti dia akan kalah.
Carmina kemudian bangkit dari tempat duduknya dan melihat ke arah jendela. Mata Carmina terbelalak ketika melihat sebuah tanaman yang sangat ia ketahui, eitas. Dengan cepat Carmina berlari ke bawah dan mencabut tanaman itu.
"Norrix! Aku menemukan tanaman eitas!" pekik Carmina gembira.
Norrix langsung berlari mengikuti Carmina dan menatap tanaman yang dipegang oleh Carmina. "Jadi seperti itu bentuk tanaman eitas. Jika begitu lebih baik kau gunakan saja untuk dirimu terlebih dahulu. Jika kau sudah sehat maka kau pasti bisa membuat ramuan obat bagi pasien lain,"
"Tapi hidup mereka lebih penting dari pada hidupku, Norrix. Aku akan mati beberapa tahun lagi dan akan terlahir kembali, tapi tidak dengan mereka. Lebih baik kau gunakan ini untuk mereka saja. Norrix, apakah kau bisa membuat ramuan yang berisi tanaman eitas? Kita harus memanfaatkannya dengan baik karena kita tidak tahu kapan eitas tumbuh," ucap Carmina.
"Tidak, hidupmu juga sama pentingnya dengan hidup mereka Carmina. Kau harus menyembuhkan dirimu sendiri. Kau harus mengikuti kata-kataku, Carmina. Saat ini aku adalah atasanmu. Lalu aku akan mencoba untuk mengikuti kata-katamu," jawab Norrix.
Carmina menunduk dan menatap tanaman yang berada di di tangannya. Mereka berdua kemudian kembali ke dalam laboratorium dan Carmina mengambil sepotong kecil tanaman eitas dan merebusnya. Carmina kemudian meminum air rebusan itu dan dadanya tidak terasa sakit lagi. Norrix tersenyum kecil melihat itu.
"Calla! Gerard! Kami menemukan tanaman eitas! Kita harus bisa membuat seluruh orang yang terkena wabah penyakit mendapatkan obat ini. Apakah kalian memiliki ide bagaimana caranya kita memberikan mereka semua obat ini dengan jumlah tanaman yang sedikit?" tanya Norrix serius.
"Tuan Zayne, Carmina mengatakan jika dia menyembuhkan orang-orang di desanya dengan rebusan air tanaman eitas. Tapi tanaman eitas akan kehilangan manfaatnya setelah direbus, jadi kita tidak bisa merebusnya berkali-kali. Bagaimana jika memotong tanaman eitas menjadi beberapa bagian dan merebusnya?" tanya Calla.
Carmina mengangkat tangannya. "Maaf, Calla. Tapi dengan cara itu maka manfaat tanaman eitas juga akan berkurang. Namun, kita bisa mengakalinya dengan obat yang sudah aku buat dulu. Permasalahan kita kini adalah organ dalam pasien yang rusak. Mungkin kita bisa mencampur tanaman eitas dengan obat yang sudah aku buat,"
"Baron Sharpe pasti kesal melihat putrinya yang dia buang menjadi sepintar ini. Aku yakin kau membuat lebih banyak uang dari pada ayahmu, Carmina. Jika ayahmu memintamu kembali, tolong jangan diterima," celetuk Gerard.
"Bukan saatnya untuk membahas hal itu. Ayo kita membuat obat seperti yang Carmina katakan. Kita harus bergerak dengan cepat atau jumlah pasien yang meninggal akan bertambah," ucap Norrix tegas.
Mereka kemudian langsung menuju laboratorium dan mencoba obat baru yang akan mereka buat. Mereka bahkan tidak dapat beristirahat karena mereka harus membuat obat itu secepat mungkin. Beberapa jam kemudian, puluhan botol obat sudah selesai mereka buat.
Carmina menahan napasnya ketika mereka sampai di tempat para pasien itu berada. Norrix menepuk bahu Carmina dan mengenggam tangannya. Jantung Carmina bedegup dengan kencang ketika salah satu orang meminum obat itu.
"Ah, astaga. Aku tidak pernah merasa sesehat ini sebelumnya. Siapa pun yang membuat obat ini, semoga dia selalu diberikan kebahagiaan,"
Carmina langsung menghembuskan napasnya. Beberapa pasokan obat kembali tiba dan Carmina bisa melihat wajah kebahagiaan. Untuk pertama kalinya Carmina merasakan sesuatu yang aneh di hatinya.
'Apakah begini rasanya, menjadi berguna?' tanya Carmina dalam hatinya.
"Carmina, kau sudah berusaha dengan keras. Bagaimana jika kita pergi berjalan-jalan di ibukota? Kau akan kembali ke desa beberapa hari lagi, bukan?" ajak Norrix.
Carmina mengangguk. "Aku sudah lama tidak berada di ibukota. Terakhir aku pergi ke sini saat aku berusia enam belas tahun. Saat itu adalah debutanteku tapi aku menggunakan gaun yang aku jahit sendiri karena tidak memiliki uang,"
Norrix mengeraskan rahangnya. "Ayahmu itu, mendengarnya saja sudah sangat menyebalkan. Apakah kau tidak berniat untuk balas dendam kepada ayahmu? Orang brengsek seperti itu pantas mendapatkan pukulan,"
"Walaupun aku mau, aku tidak bisa Norrix. Apa cara yang aku pakai untuk balas dendam? Aku tidak memiliki harta dan tahta sepertinya. Apa lagi di dunia seperti ini, mereka lebih menghargai laki-laki dibanding perempuan. Mereka pasti akan lebih membela ayahku dan mengatakan jika aku adalah anak durhaka," sahut Carmina.
"Aku benar-benar ingin mengubah dunia yang menyebalkan ini. Tetaplah hidup, Carmina. Mari kita ubah dunia ini agar menjadi lebih baik," ucap Norrix tersenyum.
"Aku selalu ingin hidup. Aku ingin merasakan fase menikah dan punya anak. Tentu saja aku pernah menikah dan punya anak di kehidupan sebelumnya. Tapi aku meninggal saat melahirkan karena diracuni, lalu anakku yang sudah terkena racun itu juga meninggal. Saat itu aku tahu dunia memang benar-benar tidak pernah berpihak padaku," ucap Carmina.
Norrix membulatkan matanya. Tidak habis pikir mengapa mereka tega meracuni ibu hamil. Norrix kemudian memeluk Carmina. "Apakah kau pernah merasakan hal ini sebelumnya? Aku yakin tidak pernah ada orang yang mencoba mengerti dirimu, Carmina. Jujur saja, kau memang sulit dimengerti. Sayangnya hatiku benar-benar ingin mengerti dirimu,"
Carmina tertegun ketika Norrix memeluknya. Perasaan nyaman yang tidak pernah ia rasakan kemudian muncul. Carmina kemudian membalas pelukan Norrix dan merasakan sesuatu yang sangat familiar. Seolah mereka sudah sering melakukan hal itu sebelumnya.
"Aku akan berusaha sekeras mungkin agar penderitaanmu itu bisa berakhir, Carmina. Bahkan seorang narapidana tidak pantas mendapatkan siksaan selama dua puluh lima kehidupan. Aku berjanji," ucap Norrix sambil mengusap rambut Carmina.
KAMU SEDANG MEMBACA
Saudade [END]
FantasyCarmina Sharpe selalu memiliki nasib yang menyedihkan. Ia akan mati dengan mengenaskan, lalu hidup kembali. Situasi itu terus terulang tanpa henti. Carmina tidak mengerti mengapa ia terus mengalami hal itu. Namun, Carmina tetap mencoba untuk menjala...