enam belas

196 45 2
                                    

Carmina membeku mendengar kata-kata Norrix. Lembah Vermond, lembah yang tak pernah ia ingin dengar lagi namanya. Di sanalah tempat di mana kejadian tragis itu terjadi. Memori-memori kembali merasuki pikiran Carmina.

"Apakah kau serius? Kau tidak berbohong bukan?" tanya Carmina tidak percaya.

Norrix tertegun melihat reaksi Carmina. "Iya, tadi aku sudah bertanya kepada salah satu bangsawan dan mereka mengatakan jika mata air sungai itu berada dekat dengan lembah Vermond. Apakah ada masalah?"

Carmina terdiam sejenak dan menghembuskan napasnya. "Aku rasa di sini bukanlah tempat yang baik untuk membicarakan hal itu. Bisakah kita pulang ke kastel terlebih dahulu?"

Norrix mengangguk. Ia mencari Nora dan mereka segera pulang ke kastel. Carmina terus memegang kepalanya karena frustasi. Dari semua tempat yang ada di kerajaan ini, kenapa harus lembah Vermond? Tentu saja Carmina tidak bisa melupakan tempat itu.

'Pada akhirnya, aku akan melupakan semuanya. Nama orang, kenangan, dan semuanya. Tapi hatiku tidak pernah melupakan kenangan tragis yang ada di hidupku. Apakah takdir benar-benar mempermainkanku?' tanya Carmina di dalam hatinya.

Mereka akhirnya tiba di kastel Zayne. Carmina segera membersihkan dirinya dan dibantu oleh pelayan-pelayan yang ada di sana. Tidak pernah ada yang curiga ketika Carmina tinggal di kastel Zayne. Mereka berpikir jika Norrix hanya ingin membalas jasa Carmina, padahal Norrix ingin merebut hati perempuan itu.

Carmina memakai baju tidurnya dan merebahkan badannya. Jujur saja, dia merasa tidak akan sanggup untuk menceritakan kenangan itu pada Norrix. Semuanya benar-benar terasa menyakitkan. Bahkan ketika Carmina mengingat senyum Norrix kala itu, hatinya masih terasa sakit.

"Carmina, apakah aku boleh masuk?" tanya Norrix dan ia segera masuk ke dalam.

Carmina terkejut dan langsung duduk di ranjangnya. Ia menatap Norrix dengan malu karena ia hanya memakai baju tidur. Norrix yang menyadari itu hanya berdehem dan duduk di kursi yang ada di kamar Carmina.

"Tidak apa, kau masih memakai baju. Tidak ada yang perlu kau khawatirkan,"

Carmina menahan tawanya ketika Norrix mengatakan hal itu. Tentu saja dia tahu jika dia masih memakai baju! Namun, itu terasa tidak sopan jika laki-laki melihat perempuan menggunakan baju tidurnya.

"Carmina, kapan kau akan mulai mencari keberadaan parasit itu? Aku akan membantumu mencarinya. Lalu aku rasa lembah Vermond itu ada hubungannya dengan masa lalumu. Maukah kau menceritakannya padaku?" tanya Norrix lembut.

Carmina duduk di depan Norrix dan menatap langit-langit kamar. Ia kemudian memutuskan untuk memberitahu Norrix tentang kenyataan yang sebenarnya. Dia sendiri sudah muak menahan semuanya sendirian.

"Enam abad yang lalu, di kehidupanku yang ketiga, aku terlahir di sebuah desa yang berada di kerajaan ini. Aku hidup dengan bahagia, memiliki orang tua yang lengkap, juga hidup yang berkecukupan. Saat aku berumur sepuluh tahun, aku jatuh cinta dengan seorang laki-laki," Carmina menjeda pembicaraannya.

"Laki-laki itu merupakan laki-laki yang pemalu, berbeda denganku yang tidak bisa diatur. Awalnya aku hanya ingin berteman dengannya, tapi lama kelamaan aku jatuh cinta dengannya. Aku kemudian menemukan tempat persembunyian yang berada di lembah Vermond. Kami sering bermain berdua di sana," lanjutnya.

Norrix menatap mata Carmina. Netra biru itu menatap mata hitam Carmina dan membuatnya merasakan kerapuhan lagi di dalam hatinya. Carmina tidak pernah merasa serapuh ini sebelumnya.

"Laki-laki itu bernama Norrix, ia memiliki rambut pirang dan mata biru. Aku yang pertama kali merasakan cinta benar-benar buta. Walaupun aku tahu Norrix tidak akan pernah membalas perasaanku, aku tidak pernah menyerah membuatnya jatuh cinta denganku. Hingga suatu hari, saat kami berusia delapan belas tahun, dia membawa seorang perempuan cantik yang merupakan kekasihnya,"

Badan Norrix menegang sejenak. Rambut pirang dan mata biru, itu karakteristik yang benar-benar sama dengannya. Norrix merutuki dirinya sendiri kenapa ia tidak jatuh cinta dengan Carmina kala itu. Apakah karena fisik Carmina yang tidak menarik? Tidak, Carmina tetap menarik dengan rambut dan matanya yang berwarna hitam.

"Di sinilah kebodohanku dimulai. Aku tahu jika Norrix telah memiliki kekasih, tapi aku tidak membatasi jarakku dengannya. Semua orang mengira jika aku seperti itu karena aku menganggapnya saudara. Namun, kenyataaannya berbeda. Aku membohongi diriku sendiri dan mengatakan jika aku mendukungnya dengan kekasihnya itu. Amriel, kekasih Norrix, tampaknya menyadari jika aku mencintai kekasihnya,"

Napas Carmina mulai tidak beraturan. Beberapa memori yang berusaha ia lupakan kini muncul kembali. Carmina tahu jika dia tidak bisa disandingkan dengan Amriel. Perempuan itu terlalu cantik, dan ia juga pintar. Carmina berbeda dengannya.

Norrix memegang bahu Carmina. "Kau tidak perlu melanjutkannya jika kau tidak ingin,"

Carmina menatap Norrix dan mendesah. "Amriel sangat membenciku. Dia sering memfitnahku dan membuatku dibenci oleh warga desa. Bahkan saat kedua orang tuaku meninggal tidak ada yang mau membantuku menguburkan mereka. Amriel kemudian menjebakku dengan menggunakan Norrix. Aku tidak mengerti kenapa ia bisa mengontrol Norrix dengan kekuatannya itu. Pada akhirnya kejadian itu terjadi, Norrix mengajakku pergi ke lembah Vermond,"

"Kami berbincang sebentar dan tiba-tiba dia menusukku dengan pisau yang ia bawa. Saat itu aku benar-benar terkejut. Aku bahkan tidak berpikir untuk melawannya. Norrix memperdalam pisau itu dan membuatku semakin banyak mengeluarkan darah. Tiba-tiba saja Amriel muncul dan Norrix tersadar lalu terkejut. Norrix berusaha membawaku ke tabib desa tapi ia dikontrol oleh Amriel agar kembali ke desa. Begitulah, pada akhirnya aku mati,"

Mereka berdua sama-sama terdiam dalam waktu yang lama. Norrix benar-benar merasakan kecurigaan di dalam hatinya ketika mendengar nama Amriel. Para malaikat biasanya memiliki akhiran yang sama di nama mereka yaitu -el.

"Aku yakin Amriel tahu kenapa kau dihukum seperti itu, Carmina. Namun, aku masih tidak mengerti. Untuk apa dia melakukan hal itu? Apakah karena ia dendam dengan bangsa iblis? Tapi kau sendiri sudah dihukum karena kesalahan sepele," ucap Norrix.

Carmina menggeleng pelan. "Aku juga curiga dengan Amriel. Perawakannya benar-benar seperti malaikat. Jika kau bertanya mengapa aku terus membela iblis, dialah alasanku. Dia terlihat seperti malaikat, tapi tingkah lakunya mengerikan,"

Norrix menelan ludahnya mendengar kata-kata Carmina. Hidup selama enam abad tanpa kehilangan ingatannya sedikitpun. Wajar saja jika Carmina pernah bertemu malaikat ataupun iblis. Norrix benar-benar bodoh. Untuk pertama kalinya Norrix meragukan keberadaan para malaikat.

"Carmina, sepertinya kita memang harus pergi ke lembah Vermond. Semuanya terasa sangat mencurigakan. Apa lagi dengan nisan yang memiliki namamu dengan huruf yang hanya kita berdua bisa baca. Mungkin saja kita akan bertemu dengan malaikat atau iblis di sana," ujar Norrix yakin.

Carmina tertawa. "Astaga, Norrix. Jujur saja aku sendiri masih meragukan ingatanku itu. Bisa saja dua orang kekasih yang aku lihat itu muncul dari kekacauan ingatanku karena aku sudah terlalu lama hidup. Lagi pula kenapa kau bisa dengan mudahnya percaya denganku? Bisa saja aku membunuhmu karena dendam,"

"Tidak apa, bunuh saja aku. Masih ada Nora yang akan mewarisi gelarku dan semua yang ada di kastel ini. Aku benar-benar membenci diriku, Carmina. Aku terus berpikir apa yang dilakukan oleh Norrix setelah ia membunuhmu. Apakah dia merasa sedih? Atau dia senang? Apakah dia kecewa?" sahut Norrix.

"Kau tidak perlu berpikir sejauh itu. Aku sudah sangat sering melihat manusia yang bereinkarnasi. Ada yang dulunya seorang buronan kemudian dia hidup sebagai keluarga kerajaan. Roda kehidupan selalu berputar, tapi tidak berlaku denganku," Carmina kemudian tertawa miris.

"Jadi kapan kita akan pergi ke lembah Vermond, Carmina?" tanya Norrix.

Carmina berpikir sejenak. "Dua hari lagi. Lebih cepat lebih baik. Aku tidak ingin para bangsawan itu menyewa pembunuh bayaran dengan cepat dan membunuhku. Setidaknya, aku akan berbuat baik kali ini,"

Saudade [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang